Budaya batik

Jumat, 17 April 2015

Batik adalah kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi bagian dari budaya Indonesia (khususnya Jawa) sejak lama. Perempuan-perempuan Jawa pada masa lampau menjadikan keterampilan mereka dalam membatik sebagai mata pencaharian, sehingga pada masa lalu pekerjaan membatik adalah pekerjaan eksklusif perempuan sampai ditemukannya "Batik Cap" yang memungkinkan masuknya laki-laki ke dalam bidang ini. Ada beberapa pengecualian bagi fenomena ini, yaitu batik pesisir yang memiliki garis maskulin seperti yang bisa dilihat pada corak "Mega Mendung", dimana di beberapa daerah pesisir pekerjaan membatik adalah lazim bagi kaum lelaki.

Tradisi membatik pada mulanya merupakan tradisi yang turun temurun, sehingga kadang kala suatu motif dapat dikenali berasal dari batik keluarga tertentu. Beberapa motif batik dapat menunjukkan status seseorang. Bahkan sampai saat ini, beberapa motif batik tadisional hanya dipakai oleh keluarga keraton Yogyakarta dan Surakarta.


Batik Cirebon bermotif mahluk laut
Batik merupakan warisan nenek moyang Indonesia ( Jawa ) yang sampai saat ini masih ada. Batik juga pertama kali diperkenalkan kepada dunia oleh Presiden Soeharto, yang pada waktu itu memakai batik pada Konferensi PBB

Corak batik
Ragam corak dan warna Batik dipengaruhi oleh berbagai pengaruh asing. Awalnya, batik memiliki ragam corak dan warna yang terbatas, dan beberapa corak hanya boleh dipakai oleh kalangan tertentu. Namun batik pesisir menyerap berbagai pengaruh luar, seperti para pedagang asing dan juga pada akhirnya, para penjajah. Warna-warna cerah seperti merah dipopulerkan oleh Tionghoa, yang juga memopulerkan corak phoenix. Bangsa penjajah Eropa juga mengambil minat kepada batik, dan hasilnya adalah corak bebungaan yang sebelumnya tidak dikenal (seperti bunga tulip) dan juga benda-benda yang dibawa oleh penjajah (gedung atau kereta kuda), termasuk juga warna-warna kesukaan mereka seperti warna biru. Batik tradisonal tetap mempertahankan coraknya, dan masih dipakai dalam upacara-upacara adat, karena biasanya masing-masing corak memiliki perlambangan masing-masing.

sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Batik#Budaya_batik

PSIKOLOGI PENDIDIKAN

Jumat, 04 Maret 2011

11PSIKOLOGI PENDIDIKAN

A. Pendahuluan

Psikologi pendidikan adalah studi yang sistematis terhadap proses dan faktor-faktor yang berhubungan dengan pendidikan. Sedangkan pendidikan adalah proses pertumbuhan yang berlangsung melalui tindakan-tindakan belajar (Whiterington, 1982:10). Dari batasan di atas terlihat adanya kaitan yang sangat kuat antara psikologi pendidikan dengan tindakan belajar. Karena itu, tidak mengherankan apabila beberapa ahli psikologi pendidikan menyebutkan bahwa lapangan utama studi psikologi pendidikan adalah soal belajar. Dengan kata lain, psikologi pendidikan memusatkan perhatian pada persoalan-persoalan yang berkenaan dengan proses dan faktor-faktor yang berhubungan dengan tindakan belajar.
Karena konsentrasinya pada persoalan belajar, yakni persoalan-persoalan yang senantiasa melekat pada subjek didik, maka konsumen utama psikologi pendidikan ini pada umumnya adalah pada pendidik. Mereka memang dituntut untuk menguasai bidang ilmu ini agar mereka, dalam menjalankan fungsinya, dapat menciptakan kondisi-kondisi yang memiliki daya dorong yang besar terhadap berlangsungnya tindakan-tindakan belajar secara efektif.

B. Mendorong Tindakan Belajar

Pada umumnya orang beranggapan bahwa pendidik adalah sosok yang memiliki sejumlah besar pengetahuan tertentu, dan berkewajiban menyebarluaskannya kepada orang lain. Demikian juga, subjek didik sering dipersepsikan sebagai sosok yang bertugas mengkonsumsi informasi-informasi dan pengetahuan yang disampaikan pendidik. Semakin banyak informasi pengetahuan yang mereka serap atau simpan semakin baik nilai yang mereka peroleh, dan akan semakin besar pula pengakuan yag mereka dapatkan sebagai individu terdidik.
Anggapan-anggapan seperti ini, meskipun sudah berusia cukup tua, tidak dapat dipertahankan lagi. Fungsi pendidik menjejalkan informasi pengetahuan sebanyak-banyakya kepada subjek didik dan fungsi subjek didik menyerap dan mengingat-ingat keseluruhan informasi itu, semakin tidak relevan lagi mengingat bahwa pengetahuan itu sendiri adalah sesuatu yang dinamis dan tidak terbatas. Dengan kata lain, pengetahuan-pengetahuan (yang dalam perasaan dan pikiran manusia dapat dihimpun) hanya bersifat sementara dan berubah-ubah, tidak mutlak (Goble, 1987 : 46). Gugus pengetahuan yang dikuasai dan disebarluaskan saat ini, secara relatif, mungkin hanya berfungsi untuk saat ini, dan tidak untuk masa lima hingga sepuluh tahun ke depan. Karena itu, tidak banyak artinya menjejalkan informasi pengetahuan kepada subjek didik, apalagi bila hal itu terlepas dari konteks pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari.
Namun demikian bukan berarti fungsi traidisional pendidik untuk menyebarkan informasi pengetahuan harus dipupuskan sama sekali. Fungsi ini, dalam batas-batas tertentu, perlu dipertahankan, tetapi harus dikombinasikan dengan fungsi-fungsi sosial yang lebih luas, yakni membantu subjek didik untuk memadukan informasi-informasi yang terpecah-pecah dan tersebar ke dalam satu falsafah yang utuh. Dengan kata lain dapat diungkapkan bahwa menjadi seorang pendidik dewasa ini berarti juga menjadi “penengah” di dalam perjumpaan antara subjek didik dengan himpunan informasi faktual yang setiap hari mengepung kehidupan mereka.
Sebagai penengah, pendidik harus mengetahui dimana letak sumber-sumber informasi pengetahuan tertentu dan mengatur mekanisme perolehannya apabila sewaktu-waktu diperlukan oleh subjek didik.Dengan perolehan informasi pengetahuan tersebut, pendidik membantu subjek didik untuk mengembangkan kemampuannya mereaksi dunia sekitarnya. Pada momentum inilah tindakan belajar dalam pengertian yang sesungguhya terjadi, yakni ketika subjek didik belajar mengkaji kemampuannya secara realistis dan menerapkannya untuk mencapai kebutuhan-kebutuhannya.
Dari deskripsi di atas terlihat bahwa indikator dari satu tindakan belajar yang berhasil adalah : bila subjek didik telah mengembangkan kemampuannya sendiri. Lebih jauh lagi, bila subjek didik berhasil menemukan dirinya sendiri ; menjadi dirinya sendiri. Faure (1972) menyebutnya sebagai “learning to be”.
Adalah tugas pendidik untuk menciptakan kondisi yang kondusif bagi berlangsungnya tindakan belajar secara efektif. Kondisi yang kondusif itu tentu lebih dari sekedar memberikan penjelasan tentang hal-hal yang termuat di dalam buku teks, melainkan mendorong, memberikan inspirasi, memberikan motif-motif dan membantu subjek didik dalam upaya mereka mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan (Whiteherington, 1982:77). Inilah fungsi motivator, inspirator dan fasilitator dari seorang pendidik.

C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar

Agar fungsi pendidik sebagai motivator, inspirator dan fasilitator dapat dilakonkan dengan baik, maka pendidik perlu memahami faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar subjek didik. Faktor-faktor itu lazim dikelompokkan atas dua bahagian, masing-masing faktor fisiologis dan faktor psikologis (Depdikbud, 1985 :11).
1. Faktor Fisiologis
Faktor-faktor fisiologis ini mencakup faktor material pembelajaran, faktor lingkungan, faktor instrumental dan faktor kondisi individual subjek didik.Material pembelajaran turut menentukan bagaimana proses dan hasil belajar yang akan dicapai subjek didik. Karena itu, penting bagi pendidik untuk mempertimbangkan kesesuaian material pembelajaran dengan tingkat kemampuan subjek didik ; juga melakukan gradasi material pembelajaran dari tingkat yang paling sederhana ke tingkat lebih kompeks.
Faktor lingkungan, yang meliputi lingkungan alam dan lingkungan sosial, juga perlu mendapat perhatian. Belajar dalam kondisi alam yang segar selalu lebih efektif dari pada sebaliknya. Demikian pula, belajar padapagi hari selalu memberikan hasil yang lebih baik dari pada sore hari. Sementara itu, lingkungan sosial yang hiruk pikuk, terlalu ramai, juga kurang kondisif bagi proses dan pencapaian hasil belajar yang optimal.
Yang tak kalah pentingnya untuk dipahami adalah faktor-faktor instrumental, baik yang tergolong perangkat keras (hardware) maupun perangkat lunak (software). Perangkat keras seperti perlangkapan belajar, alat praktikum, buku teks dan sebagainya sangat berperan sebagai sarana pencapaian tujuan belajar. Karenanya, pendidik harus memahami dan mampu mendayagunakan faktor-faktor instrumental ini seoptimal mungkin demi efektifitas pencapaian tujuan-tujuan belajar.
Faktor fisiologis lainnya yang berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar adalah kondisi individual subjek didik sendiri. Termasuk ke dalam faktor ini adalah kesegaran jasmani dan kesehatan indra. Subjek didik yang berada dalam kondisi jasmani yang kurang segar tidak akan memiliki kesiapan yang memadai untuk memulai tindakan belajar.
2. Faktor Psikologis
Faktor-faktor psikologis yang berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar
jumlahnya banyak sekali, dan masing-masingnya tidak dapat dibahas secara
terpisah.
Perilaku individu, termasuk perilaku belajar, merupakan totalitas penghayatan dan aktivitas yang lahir sebagai hasil akhir saling pengaruh antara berbagai gejala, seperti perhatian, pengamatan, ingatan, pikiran dan motif.
2.1. Perhatian
Tentulah dapat diterima bahwa subjek didik yang memberikan perhatian intensif dalam belajar akan memetik hasil yang lebih baik. Perhatian intensif ditandai oleh besarnya kesadaran yang menyertai aktivitas belajar. Perhatian intensif subjek didik ini dapat dieksloatasi sedemikian rupa melalui strategi pembelajaran tertentu, seperti menyediakan material pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan subjek didik, menyajikan material pembelajaran dengan teknik-teknik yang bervariasi dan kreatif, seperti bermain peran (role playing), debat dan sebagainya.
Strategi pemebelajaran seperti ini juga dapat memancing perhatian yang spontan dari subjek didik. Perhatian yang spontan dimaksudkan adalah perhatian yang tidak disengaja, alamiah, yang muncul dari dorongan-dorongan instingtif untuk mengetahui sesuatu, seperti kecendrungan untuk mengetahui apa yang terjadi di sebalik keributan di samping rumah, dan lain-lain. Beberapa hasil penelitian psikologi menunjukkan bahwa perhatian spontan cendrung menghasilkan ingatan yang lebih lama dan intensif dari pada perhatian yang disengaja.
2.2. Pengamatan
Pengamatan adalah cara pengenalan dunia oleh subjek didik melalui penglihatan, pendengaran, perabaan, pembauan dan pengecapan. Pengamatan merupakan gerbang bai masuknya pengaruh dari luar ke dalam individu subjek didik, dan karena itu pengamatan penting artinya bagi pembelajaran.
Untuk kepentingan pengaturan proses pembelajaran, para pendidik perlu memahami keseluruhan modalitas pengamatan tersebut, dan menetapkan secara analitis manakah di antara unsur-unsur modalitas pengamatan itu yang paling dominan peranannya dalam proses belajar. Kalangan psikologi tampaknya menyepakati bahwa unsur lainnya dalam proses belajar. Dengan kata lain, perolehan informasi pengetahuan oleh subjek didik lebih banyak dilakukan melalui penglihatan dan pendengaran.
Jika demikian, para pendidik perlu mempertimbangkan penampilan alat-alat peraga di dalam penyajian material pembelajaran yang dapat merangsang optimalisasi daya penglihatan dan pendengaran subjek didik. Alat peraga yang dapat digunakan, umpamanya ; bagan, chart, rekaman, slide dan sebagainya.
2.3. Ingatan
Secara teoritis, ada 3 aspek yang berkaitan dengan berfungsinya ingatan, yakni (1) menerima kesan, (2) menyimpan kesan, dan (3) memproduksi kesan. Mungkin karena fungsi-fungsi inilah, istilah “ingatan” selalu didefinisikan sebagai kecakapan untuk menerima, menyimpan dan mereproduksi kesan.
Kecakapan merima kesan sangat sentral peranannya dalam belajar. Melalui kecakapan inilah, subjek didik mampu mengingat hal-hal yang dipelajarinya.
Dalam konteks pembelajaran, kecakapan ini dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, di antaranya teknik pembelajaran yang digunakan pendidik. Teknik pembelajaran yang disertai dengan penampilan bagan, ikhtisar dan sebagainya kesannya akan lebih dalam pada subjek didik. Di samping itu, pengembangan teknik pembelajaran yang mendayagunakan “titian ingatan” juga lebih mengesankan bagi subjek didik, terutama untuk material pembelajaran berupa rumus-rumus atau urutan-urutan lambang tertentu. Contoh kasus yang menarik adalah mengingat nama-nama kunci nada g (gudeg), d (dan), a (ayam), b (bebek) dan sebagainya.
Hal lain dari ingatan adalah kemampuan menyimpan kesan atau mengingat. Kemampuan ini tidak sama kualitasnya pada setiap subjek didik. Namun demikian, ada hal yang umum terjadi pada siapapun juga : bahwa segera setelah seseorang selesai melakukan tindakan belajar, proses melupakan akan terjadi. Hal-hal yang dilupakan pada awalnya berakumulasi dengan cepat, lalu kemudian berlangsung semakin lamban, dan akhirnya sebagian hal akan tersisa dan tersimpan dalam ingatan untuk waktu yang relatif lama.
Untuk mencapai proporsi yang memadai untuk diingat, menurut kalangan psikolog pendidikan, subjek didik harus mengulang-ulang hal yang dipelajari dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama. Implikasi pandangan ini dalam proses pembelajaran sedemikian rupa sehingga memungkinkan bagi subjek didik untuk mengulang atau mengingat kembali material pembelajaran yang telah dipelajarinya. Hal ini, misalnya, dapat dilakukan melalui pemberian tes setelah satu submaterial pembelajaran selesai.
Kemampuan resroduksi, yakni pengaktifan atau prosesproduksi ulang hal-hal yang telah dipelajari, tidak kalah menariknya untuk diperhatikan. Bagaimanapun, hal-hal yang telah dipelajari, suatu saat, harus diproduksi untuk memenuhi kebutuhan tertentu subjek didik, misalnya kebutuhan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam ujian ; atau untuk merespons tantangan-tangan dunia sekitar.
Pendidik dapat mempertajam kemampuan subjek didik dalam hal ini melalui pemberian tugas-tugas mengikhtisarkan material pembelajaran yang telah diberikan.
2.4. Berfikir
Definisi yang paling umum dari berfikir adalah berkembangnya ide dan konsep (Bochenski, dalam Suriasumantri (ed), 1983:52) di dalam diri seseorang. Perkembangan ide dan konsep ini berlangsung melalui proses penjalinan hubungan antara bagian-bagian informasi yang tersimpan di dalam didi seseorang yang berupa pengertian-perngertian. Dari gambaran ini dapat dilihat bahwa berfikir pada dasarnya adalah proses psikologis dengan tahapan-tahapan berikut : (1) pembentukan pengertian, (2) penjalinan pengertian-pengertian, dan (3) penarikan kesimpulan.
Kemampuan berfikir pada manusia alamiah sifatnya. Manusia yang lahir dalam keadaan normal akan dengan sendirinya memiliki kemampuan ini dengan tingkat yang reletif berbeda. Jika demikian, yang perlu diupayakan dalam proses pembelajaran adalah mengembangkan kemampuan ini, dan bukannya melemahkannya. Para pendidik yang memiliki kecendrungan untuk memberikan penjelasan yang “selengkapnya” tentang satu material pembelajaran akan cendrung melemahkan kemampuan subjek didik untuk berfikir. Sebaliknya, para pendidik yang lebih memusatkan pembelajarannya pada pemberian pengertian-pengertian atau konsep-konsep kunci yang fungsional akan mendorong subjek didiknya mengembangkan kemampuan berfikir mereka. Pembelajaran seperti ni akan menghadirkan tentangan psikologi bagi subjek didik untuk merumuskan kesimpulan-kesimpulannya secara mandiri.
2.5. Motif
Motif adalah keadaan dalam diri subjek didik yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu. Motif boleh jadi timbul dari rangsangan luar, seperti pemberian hadiah bila seseorang dapat menyelesaikan satu tugas dengan baik. Motif semacam ini sering disebut motif ekstrensik. Tetapi tidak jarang pula motif tumbuh di dalam diri subjek didik sendiri yang disebut motif intrinsik. Misalnya, seorang subjek didik gemar membaca karena dia memang ingin mengetahui lebih dalam tentang sesuatu.
Dalam konteks belajar, motif intrinsik tentu selalu lebih baik, dan biasanya berjangka panjang. Tetapi dalam keadaan motif intrinsik tidak cukup potensial pada subjek didik, pendidik perlu menyiasati hadirnya motif-motif ekstrinsik. Motif ini, umpamanya, bisa dihadirkan melalui penciptaan suasana kompetitif di antara individu maupun kelompok subjek didik. Suasana ini akan mendorong subjek didik untuk berjuang atau berlomba melebihi yang lain.Namun demikian, pendidik harus memonitor suasana ini secara ketat agar tidak mengarah kepada hal-hal yang negatif.
Motif ekstrinsik bisa juga dihadirkan melalui siasat “self competition”, yakni menghadirkan grafik prestasi individual subjek didik.Melalui grafik ini, setiap subjek didik dapat melihat kemajuan-kemajuannya sendiri. Dan sekaligus membandingkannya dengan kemajuan yang dicapai teman-temannya.Dengan melihat grafik ini, subjek didik akan terdorong untuk meningkatkan prestasinya supaya tidak berada di bawah prestasi orang lain.

Mengenal Teori psikologi kepribadian

Selasa, 11 Januari 2011


Teori psikologi kepribadian memiliki ragam yang sangat banyak yang mencakup teori psikoanalisis, behavioris, humanis, fenomenologis, ekstensialis, maupun sosiologis. Bahkan, keragaman itu cenderung akan bertambah sejalan dengan evolusi pemikiran mengenai tingkah laku manusia.

Tujuan utama teori psikologi kepribadian adalah:

  • Mengetahui pola tingkah laku individu.
  • Mengetahui sejauh mana individu itu berbeda antara satu dan lainnya dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
  • Mengetahui sejauh mana individu itu unik.

Pendapat Para Tokoh Psikologi

Teori psikologi kepribadian dirumuskan dengan sejumlah cara oleh pada pemikir psikologi baik aliran psikoanalis, behavioris, humanis, dll. Namun, pada dasarnya pandangan para tokoh itu menekankan pada hal penanaman dan pelekatan tingkah laku dalam kepribadian seseorang dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

Pendapat para tokoh tersebut mengenai teori psikologi kepribadian:

  • Allport: organisasi dinamis dalam individu yang terdiri dari sistem-sistem psikofisik, yang menentukan tingkah laku dan fikiran individu secara unik
  • Murray: tingkah laku lahiriah dari lahir sampai mati
  • Freud: integrasi dari id, ego, superego
  • Adler: gaya hidup individu dan karakteristik individu dalam menghadapi masalah-masalah hidup termasuk tujuan hidup.
  • Cattell: segala sesuatu yang mampu menggambarkan apa yang akan dilakukan seseorang dalam situasi tertentu
  • Jung: integrasi ego, ketidaksadaran pribadi dan ketidaksadaran kolektif, kompleks-kompleks, arkhetip-arkhetip serta persona dan anima.

Permasalahan Kepribadian

Permasalahan kepribadian yang paling sederhana adalah ketidakmampuan individu untuk menyesuaikan diri secara terus menerus. Ketidakmampuan ini tidak disertai dengan gangguan psikosa ataupun neurosa namun dapat mengganggu relasi-relasi sosial dan kebahagiaan pribadi. Contoh permasalahan kepribadian ini antara lain adalah perasaan rendah diri, cemburu, iri hati, mencintai kegiatan seksual secara berlebihan, dsb.

Dalam teori psikologi kepribadian, permasalahan kepribadian ini dapat menyebabkan suatu kekacauan kepribadian atau personality disorder. Kekacauan kepribadian adalah kesulitan yang dialami individu dalam penyesuaian diri secara sosial, termasuk ketidakmampuan dan ketidaktepatan motivasi dan emosi dalam merespons sesuatu, misalnya, paranoid, schizoid, gangguan sosioapatis, dll.

Pembentukan Kepribadian

Pembentukan kepribadian dalam teori psikologi kepribadian terdiri atas:

  • Pengaruh biologis atau genetis.
  • Pengaruh lingkungan yang terdiri atas pengalaman secara umum, yakni dipengaruhi oleh keyakinan, kebiasaan, dan norma-norma yang diyakini oleh masyarakat dimana individu itu berinteraksi, serta pengalaman unik, yakni berasal dari reaksi individu secara unik dalam menghadapi tekanan dan hambatan sosial.

Konsistensi Karakteristik Kepribadian

Karakteristik kepribadian individu memiliki konsistensi yang cukup tinggi. Konsistensi tinggi ini biasanya dimiliki oleh subjek dewasa dan cenderung mengalami perubahan-perubahan saat usia remaja.

Metode Pengukuran Kepribadian

Ada beberapa metode yang bisa digunakan untuk mengukur kepribadian individu, yaitu:

  • Medote Observasi, yakni mengobservasi perilaku individu dalam keadaan normal, situasi eksperimen, atau melalui interview. Hasil dari observasi ini akan dicatat pada suatu bagan yang sudah dibakukan (alat tes psikologi), seperti rating scale (skala rating).
  • Metode Inventori, yakni hasil observasi individu terhadap dirinya sendiri yang digali dari pertanyaan dan pernyataan baku (alat tes psikologi) yang harus diisi atau dipilih oleh individu berdasarkan ciri-ciri yang dia anggap mendekati dirinya. Alat tes itu antara lain adalah MMPI, CPI, EPPS, dll.
  • metode Proyektif, yakni individu diberi kebebasan untuk mengekspresikan diri. Metode ini memiliki alat tes yang sudah baku, seperti TAT, DAM, Wartegg, dan Rorschach. Rorschach, misalnya, berupa suatu rangsang berbentuk gambar yang tidak jelas. Individu dapat mengekspresikan diri secara bebas dengan menafsirkan sesuka hati gambar-gambar itu. Nah, persepsi individu terhadap gambar-gambar tersebut tentu dipengaruhi oleh berbagai pengalamannya di masa lampau. Itulah sisi yang diukur.
Sumber: http://www.anneahira.com/teori-psikologi-kepribadian.htm


training center | pelatihan humas | pelatihan jurnalistik | workshop jurnalistik | psikologi | psikologi kepribadian | psikologi pendidikan | psikologi sosial | psikologi anak | psikologi umum

Contoh Makalah Psikologi Kepribadian


makalah . merupakan sesuatu yang wajib ditemui bagi Anda yang telah menempuh pendidikan di perguruan tinggi, baik swasta maupun negeri. Makalah juga salah satu tugas yang pastinya pernah diberikan oleh dosen-dosen Anda, entah dalam mata kuliah apapun. Ada makalah yang bertopik ekonomi, makalah yang bertopik sosiologi, makalah yang bertopik perpajakan dan sebagainya. Dan salah satu contoh makalah adalah contoh makalah psikologi kepribadian.


Psikologi

Psikologi merupakan salah satu cabang ilmu yang mempelajari kepribadian seseorang dengan sesama manusia dan lingkungan sekitarnya. Psikologi pada dasarnya bukanlah mata pelajaran yang akan ditemukan di tingkatan Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA) ataupun Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Tentu saja mata kuliah ini dipelajari di bangku perkuliahan.

Pada artikel kali ini akan mencoba membahas tentang contoh makalah psikologi kepribadian. Walaupun demikian, Anda juga dapat menerapkan penulisan makalah berikut untuk contoh-contoh makalah lainnya.


Makalah Psikologi Kepribadian

Untuk penulisan makalah psikologi sendiri, sebenarnya tidak jauh berbeda dengan penulisan makalah pada umumnya. Bahwa, sebuah makalah pun turut mematuhi penulisan sistematika yang benar dan tepat.

Berikut ini adalah sistematika penulisan untuk makalah yang benar:

A. Bagian Pendahuluan:

Bagian pendahuluan dari sebuah makalah haruslah mencantumkan beberapa hal di bawah ini. Sebab, bagian pendahuluan akan mengantarkan pembaca pada bagian depan makalah Anda.

Dan berikut ini adalah tiga hal yang seharusnya ada di bagian pendahuluan:

  1. Halaman judul, halaman ini memuat judul dari sebuah makalah Anda, yang dapat mewakili seluruh isi dari makalah. Karena ini adalah contoh makalah psikologi, Anda mungkin bisa menggunakan istilah psikologi sebagai judul;

  2. Kata pengantar, halaman ini memuat kata pengantar dari si pengarang atau penulis makalah. Layaknya kata pengantar pada umumnya, makalah psikologi juga menggunakan kata pengantar. Dan tetap ingat, sebisa mungkin gunakan istilah-istilah yang sesuai dengan ilmu kajian Anda; dan

  3. Daftar isi, halaman ini memuat konten-konten ataupun judul dan subjudul dari makalah Anda.


B. Bagian Isi:

Bagian isi dari sebuah makalah harus juga mencantumkan beberapa hal penting, yang sangat berguna bagi pembaca Anda untuk memahami dan mengerti isi sajian dari makalah Anda. Dan selalu ingat bahwa bagian isi wajib ditulis sesuai dengan sistematika. Berikut ini adalah bagian-bagian dari isi, yaitu:

  1. Bab I, bab pertama berisi perihal permasalahan apa yang akan Anda angkat sebagai tema. Untuk contoh makalah psikologi, mungkin Anda dapat menggunakan permasalahn berikut: “Misteri Kepribadian Ganda”;

  2. Bab II, bab kedua berisi perihal metode dan teori kajian yang Anda pergunakan dalam makalah Anda. Untuk metode dan teori kajian sendiri, Anda bisa memilih satu dari ketiga metode berikut: metode pustaka; metode survey ke lapangan; atau metode campuran pustaka dan survey;

  3. Bab III, bab ketiga berisi perihal ulasan dan paparan Anda tentang permasalah yang telah Anda angkat. Harus tetap diingat bahwa untuk bab ketiga ini Anda harus turut memperkuat argument Anda dengan berdasarkan buku referensi psikologi sejenis agar paparan Anda tidak diragukan mengenai misteri kepribadian ganda tersebut; dan

  4. Bab IV, bab keempat berisi perihal kesimpulan dari permasalah yang Anda angkat. Usahakan pada kesimpulan ini Anda benar-benar telah sampai pada kesimpulan dari misteri kepribadian ganda, yang meliputi segala aspek tentunya.


C. Bagian Penunjang:

Bagian penunjang dari sebuah makalah harus juga mencantumkan pendukung dari isi makalah Anda. Maksudnya adalah, lampirkan beberapa data penambah jika bisa. Dan tentu saja, Anda harus mencantumkan daftar pustaka yang berisi buku bacaan apa saja yang Anda pergunakan selama penulisan makalah.

Demikianlah sajian mengenai contoh makalah psikologi kepribadian, yang dapat juga Anda aplikasikan pada contoh-contoh makalah lainnya. Selamat menulis makalah!

Sumber: http://www.anneahira.com/contoh-makalah-psikologi-kepribadian.htm


training center | pelatihan humas | pelatihan jurnalistik | workshop jurnalistik | psikologi | psikologi kepribadian | psikologi pendidikan | psikologi sosial | psikologi anak | psikologi umum

Psikologi Kepribadian

Oleh: AnneAhira.com Content Team

Kepribadian menurut psikologi akan dijelaskan oleh George Kelly yang memandang bahwa kepribadian sebagai cara yang unik dari individu dalam mengartikan pengalaman-pengalaman hidupnya. Sementara Gordon Allport merumuskan kepribadian sebagai “sesuatu” yang terdapat dalam diri individu yang membimbing dan memberi arah kepada seluruh tingkah laku individu yang bersangkutan.

Menurut Allport kepribadian adalah suatu organisasi yang dinamis dari sistem psikofisik individu yang menentukan tingkah laku dan pikiran individu secara khas. Allport menggunakan istilah sistem psikofisik dengan maksud menunjukkan bahwa jiwa dan raga manusia adalah suatu sistem yang terpadu dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain, serta diantara keduanya selalu terjadi interaksi dalam mengarahkan tingkah laku.

Sedangkan istilah khas dalam batasan kepribadian Allport itu memiliki arti bahwa setiap individu memiliki kepribadiannya sendiri. Tidak ada dua orang yang berkepribadian sama, karena itu tidak ada dua orang yang berperilaku sama.


Sumber: http://www.anneahira.com/psikologi-kepribadian.htm


training center | pelatihan humas | pelatihan jurnalistik | workshop jurnalistik | psikologi | psikologi kepribadian | psikologi pendidikan | psikologi sosial | psikologi anak | psikologi umum

Psikologi Pendidikan adalah


Psikologi pendidikan

Oleh: AnneAhira.com Content Team

Psikologi pendidikan adalah yang mengkaji perilaku individu dalam situasi pendidikan dengan tujuan untuk menemukan berbagai fakta, generalisasi dan teori-teori psikologi yang berkaitan dengan pendidikan, yang diperoleh dari melalui metode ilmiah tertentu, dalam rangka pencapaian efektivitas proses pendidikan.

Kegiatan pendidikan, khususnya pada pendidikan formal, seperti pengembangan kurikulum, proses belajar mengajar, sistem evaluasi, dan bimbingan konseling merupakan beberapa kegiatan utama yang dalam pendidikan yang di dalamnya membutuhkan psikologi.

Pendidikan merupakan sesuatu yang kegiatan yang di dalamnya banyak melibatkan orang, diantaranya pendidik, peserta didik, masyrakat, orangtua. Oleh karena itu, agar tujuan pendidikan dapat tercapai maka setiap orang yang berhubungan dengan pendidikan harus mengerti atau memahami perilaku individu sekaligus dapat menunjukan perilakunya secara efektif. Pendidikan memang tidak bisa lepas dari psikologi.


Sumber : http://www.anneahira.com/psikologi-pendidikan.htm





training center | pelatihan humas | pelatihan jurnalistik | workshop jurnalistik | psikologi | psikologi pendidikan | psikologi sosial | psikologi anak | psikologi umum

Pengertian Psikologi Pendidikan

Psikologi Pendidikan adalah Satu cabang dari ilmu jiwa yang menyoroti atau mempelajari tentang aspek – aspek pendidikan.

Menurut ensiklopedia amerika, Psikologi pendidikan adalah ilmu yang lebih berprinsip dalam proses pengajaran yang terlibat dengan penemuan – penemuan dan menerapkan prinsip – prinsip dan cara untuk meningkatkan keefisien di dalam pendidikan.

Menurut Barrow, Psikologi Pendidikan adalah seperangkat ilmu yang diperoleh dari penelitian psikologi sebagai acuan lebih efektif di dalam proses belajar mengajar.

Menurut Witheringron pada 1978, Education Psikologi is a sistematic study of the process and factor involved in the education of human being.

Menurut Muhibin Syah pada tahun 2002, mengartikan psikologi Pendidikan adalah sebuah disiplin psikologi yang menyelidiki masalah psikologis yang terjadi dalam dunia pendidikan.

Menurut Ellio, dkk di tahun 1999, Education of Pshycology is the aplication of phsycology to the study of development, learning, motivation, instruction, and related issues.

Unknow Source"


training center | pelatihan humas | pelatihan jurnalistik | workshop jurnalistik | psikologi | psikologi pendidikan | psikologi sosial | psikologi anak | psikologi umum

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda FazaniDistributed by CahayaBiru.com
 
FaceBlog © Copyright 2009 Computers and Internet Education | Blogger XML Coded And Designed by Edo Pranata