tag:blogger.com,1999:blog-68149270781960244902024-03-13T19:53:11.601-07:00Computers and Internet EducationKaka Dens Khttp://www.blogger.com/profile/00479097781151698027noreply@blogger.comBlogger52125tag:blogger.com,1999:blog-6814927078196024490.post-81550709399395291522015-04-17T18:51:00.003-07:002015-04-17T18:51:41.018-07:00Budaya batik<a href="http://gallerynisrina.com/" target="_blank">Batik</a> adalah kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi bagian dari budaya Indonesia (khususnya Jawa) sejak lama. Perempuan-perempuan Jawa pada masa lampau menjadikan keterampilan mereka dalam membatik sebagai mata pencaharian, sehingga pada masa lalu pekerjaan membatik adalah pekerjaan eksklusif perempuan sampai ditemukannya "Batik Cap" yang memungkinkan masuknya laki-laki ke dalam bidang ini. Ada beberapa pengecualian bagi fenomena ini, yaitu batik pesisir yang memiliki garis maskulin seperti yang bisa dilihat pada corak "Mega Mendung", dimana di beberapa daerah pesisir pekerjaan membatik adalah lazim bagi kaum lelaki.<br />
<br />
Tradisi membatik pada mulanya merupakan tradisi yang turun temurun, sehingga kadang kala suatu motif dapat dikenali berasal dari batik keluarga tertentu. Beberapa motif batik dapat menunjukkan status seseorang. Bahkan sampai saat ini, beberapa motif batik tadisional hanya dipakai oleh keluarga keraton Yogyakarta dan Surakarta.<br />
<br />
<br />
<b>Batik Cirebon</b> bermotif mahluk laut<br />
Batik merupakan warisan nenek moyang Indonesia ( Jawa ) yang sampai saat ini masih ada. Batik juga pertama kali diperkenalkan kepada dunia oleh Presiden Soeharto, yang pada waktu itu memakai batik pada Konferensi PBB<br />
<br />
<a href="http://gallerynisrina.com/" target="_blank">Corak batik</a><br />
Ragam corak dan warna Batik dipengaruhi oleh berbagai pengaruh asing. Awalnya, batik memiliki ragam corak dan warna yang terbatas, dan beberapa corak hanya boleh dipakai oleh kalangan tertentu. Namun batik pesisir menyerap berbagai pengaruh luar, seperti para pedagang asing dan juga pada akhirnya, para penjajah. Warna-warna cerah seperti merah dipopulerkan oleh Tionghoa, yang juga memopulerkan corak phoenix. Bangsa penjajah Eropa juga mengambil minat kepada batik, dan hasilnya adalah corak bebungaan yang sebelumnya tidak dikenal (seperti bunga tulip) dan juga benda-benda yang dibawa oleh penjajah (gedung atau kereta kuda), termasuk juga warna-warna kesukaan mereka seperti warna biru. Batik tradisonal tetap mempertahankan coraknya, dan masih dipakai dalam upacara-upacara adat, karena biasanya masing-masing corak memiliki perlambangan masing-masing.<br />
<br />
sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Batik#Budaya_batikKaka Dens Khttp://www.blogger.com/profile/00479097781151698027noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6814927078196024490.post-13007605968944142322011-03-04T21:56:00.000-08:002011-03-07T05:26:28.159-08:00PSIKOLOGI PENDIDIKAN<h1 style="margin-bottom: 12px; margin-left: 18pt; margin-top: 0pt; text-indent: -18pt;color:black;"><a href="http://kakadens.blogspot.com/2011/03/psikologi-pendidikan.html"><span lang="EN-US"><span style=";font-family:Aardvark Cafe;font-size:large;color:blue;" >11PSIKOLOGI PENDIDIKAN</span></span></a></h1><h1 color="black" style="margin-bottom: 12px; margin-left: 18pt; margin-top: 0pt; text-indent: -18pt;"><span lang="EN-US"><span style=";font-family:Aardvark Cafe;font-size:large;color:blue;" > </span></span></h1><h1 style="margin-bottom: 12px; margin-left: 18pt; margin-top: 0pt; text-indent: -18pt;color:white;"><span lang="EN-US"><span style=";font-family:Aardvark Cafe;font-size:large;" > </span></span><span style="font-size:small;"><b><span lang="EN-US">A.<span style="font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal;font-family:Times New Roman;" > </span>Pendahuluan</span></b></span></h1><h1 style="margin-bottom: 12px; margin-left: 18pt; margin-top: 0pt; text-indent: -18pt;color:white;"><span style="font-size:small;"><b><span lang="EN-US"> </span></b></span></h1><div class="MsoNormal" style="direction: ltr; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify; text-indent: 42.55pt; unicode-bidi: embed;color:white;"><span lang="EN-US" style="font-size:small;">Psikologi pendidikan adalah studi yang sistematis terhadap proses dan faktor-faktor yang berhubungan dengan pendidikan. Sedangkan pendidikan adalah proses pertumbuhan yang berlangsung melalui tindakan-tindakan belajar (Whiterington, 1982:10). Dari batasan di atas terlihat adanya kaitan yang sangat kuat antara psikologi pendidikan dengan tindakan belajar. Karena itu, tidak mengherankan apabila beberapa ahli psikologi pendidikan menyebutkan bahwa lapangan utama studi psikologi pendidikan adalah soal belajar. Dengan kata lain, psikologi pendidikan memusatkan perhatian pada persoalan-persoalan yang berkenaan dengan proses dan faktor-faktor yang berhubungan dengan tindakan belajar.</span></div><div class="MsoNormal" style="direction: ltr; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify; text-indent: 42.55pt; unicode-bidi: embed;color:white;"><span lang="EN-US" style="font-size:small;">Karena konsentrasinya pada persoalan belajar, yakni persoalan-persoalan yang senantiasa melekat pada subjek didik, maka konsumen utama psikologi pendidikan ini pada umumnya adalah pada pendidik. Mereka memang dituntut untuk menguasai bidang ilmu ini agar mereka, dalam menjalankan fungsinya, dapat menciptakan kondisi-kondisi yang memiliki daya dorong yang besar terhadap berlangsungnya tindakan-tindakan belajar secara efektif.</span></div><div class="MsoNormal" style="direction: ltr; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify; text-indent: 42.55pt; unicode-bidi: embed;color:white;"><span style="font-size:small;"><br /></span></div><h2 style="margin-bottom: 12px; margin-left: 18pt; margin-top: 0pt; text-indent: -18pt;color:white;"><span lang="EN-US" style="font-size:small;"><b>B.</b><span style="font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 700;font-family:Times New Roman;" > </span><b>Mendorong Tindakan Belajar</b></span></h2><h2 style="margin-bottom: 12px; margin-left: 18pt; margin-top: 0pt; text-indent: -18pt;color:white;"><span lang="EN-US" style="font-size:small;"><b> </b></span></h2><div class="MsoBodyText2" style="margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt;color:white;" align="justify"><span lang="EN-US" style="font-size:small;"> Pada umumnya orang beranggapan bahwa pendidik adalah sosok yang memiliki sejumlah besar pengetahuan tertentu, dan berkewajiban menyebarluaskannya kepada orang lain. Demikian juga, subjek didik sering dipersepsikan sebagai sosok yang bertugas mengkonsumsi informasi-informasi dan pengetahuan yang disampaikan pendidik. Semakin banyak informasi pengetahuan yang mereka serap atau simpan semakin baik nilai yang mereka peroleh, dan akan semakin besar pula pengakuan yag mereka dapatkan sebagai individu terdidik.</span></div><div class="MsoNormal" style="direction: ltr; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify; text-indent: 42.55pt; unicode-bidi: embed;color:white;"><span lang="EN-US" style="font-size:small;">Anggapan-anggapan seperti ini, meskipun sudah berusia cukup tua, tidak dapat dipertahankan lagi. Fungsi pendidik menjejalkan informasi pengetahuan sebanyak-banyakya kepada subjek didik dan fungsi subjek didik menyerap dan mengingat-ingat keseluruhan informasi itu, semakin tidak relevan lagi mengingat bahwa pengetahuan itu sendiri adalah sesuatu yang dinamis dan tidak terbatas. Dengan kata lain, pengetahuan-pengetahuan (yang dalam perasaan dan pikiran manusia dapat dihimpun) hanya bersifat sementara dan berubah-ubah, tidak mutlak (Goble, 1987 : 46). Gugus pengetahuan yang dikuasai dan disebarluaskan saat ini, secara relatif, mungkin hanya berfungsi untuk saat ini, dan tidak untuk masa lima hingga sepuluh tahun ke depan. Karena itu, tidak banyak artinya menjejalkan informasi pengetahuan kepada subjek didik, apalagi bila hal itu terlepas dari konteks pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari.</span></div><div class="MsoNormal" style="direction: ltr; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify; text-indent: 42.55pt; unicode-bidi: embed;color:white;"><span lang="EN-US" style="font-size:small;">Namun demikian bukan berarti fungsi traidisional pendidik untuk menyebarkan informasi pengetahuan harus dipupuskan sama sekali. Fungsi ini, dalam batas-batas tertentu, perlu dipertahankan, tetapi harus dikombinasikan dengan fungsi-fungsi sosial yang lebih luas, yakni membantu subjek didik untuk memadukan informasi-informasi yang terpecah-pecah dan tersebar ke dalam satu falsafah yang utuh. Dengan kata lain dapat diungkapkan bahwa menjadi seorang pendidik dewasa ini berarti juga menjadi “penengah” di dalam perjumpaan antara subjek didik dengan himpunan informasi faktual yang setiap hari mengepung kehidupan mereka.</span></div><div class="MsoNormal" style="direction: ltr; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify; text-indent: 42.55pt; unicode-bidi: embed;color:white;"><span lang="EN-US" style="font-size:small;">Sebagai penengah, pendidik harus mengetahui dimana letak sumber-sumber informasi pengetahuan tertentu dan mengatur mekanisme perolehannya apabila sewaktu-waktu diperlukan oleh subjek didik.Dengan perolehan informasi pengetahuan tersebut, pendidik membantu subjek didik untuk mengembangkan kemampuannya mereaksi dunia sekitarnya. Pada momentum inilah tindakan belajar dalam pengertian yang sesungguhya terjadi, yakni ketika subjek didik belajar mengkaji kemampuannya secara realistis dan menerapkannya untuk mencapai kebutuhan-kebutuhannya.</span></div><div class="MsoNormal" style="direction: ltr; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify; text-indent: 42.55pt; unicode-bidi: embed;color:white;"><span lang="EN-US" style="font-size:small;">Dari deskripsi di atas terlihat bahwa indikator dari satu tindakan belajar yang berhasil adalah : bila subjek didik telah mengembangkan kemampuannya sendiri. Lebih jauh lagi, bila subjek didik berhasil menemukan dirinya sendiri ; menjadi dirinya sendiri. Faure (1972) menyebutnya sebagai “<i>learning to be</i>”.</span></div><div class="MsoNormal" style="direction: ltr; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify; text-indent: 42.55pt; unicode-bidi: embed;color:white;"><span lang="EN-US" style="font-size:small;">Adalah tugas pendidik untuk menciptakan kondisi yang kondusif bagi berlangsungnya tindakan belajar secara efektif. Kondisi yang kondusif itu tentu lebih dari sekedar memberikan penjelasan tentang hal-hal yang termuat di dalam buku teks, melainkan mendorong, memberikan inspirasi, memberikan motif-motif dan membantu subjek didik dalam upaya mereka mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan (Whiteherington, 1982:77). Inilah fungsi motivator, inspirator dan fasilitator dari seorang pendidik.</span></div><h2 style="margin-bottom: 12px; margin-left: 18pt; margin-top: 0pt; text-indent: -18pt;color:white;"><span lang="EN-US" style="font-size:small;"><b>C.</b><span style="font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 700;font-family:Times New Roman;" > </span><b>Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar</b></span></h2><div class="MsoNormal" style="direction: ltr; margin-bottom: 12px; margin-top: 0pt; text-align: justify; text-indent: 42.55pt; unicode-bidi: embed;color:white;"><span lang="EN-US" style="font-size:small;">Agar fungsi pendidik sebagai motivator, inspirator dan fasilitator dapat dilakonkan dengan baik, maka pendidik perlu memahami faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar subjek didik. Faktor-faktor itu lazim dikelompokkan atas dua bahagian, masing-masing faktor fisiologis dan faktor psikologis (Depdikbud, 1985 :11).</span></div><div class="MsoNormal" style="direction: ltr; margin-bottom: 12px; margin-left: 18pt; margin-top: 0pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; unicode-bidi: embed;color:white;"><span lang="EN-US" style="font-size:small;">1.<span style="font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal;font-family:Times New Roman;" > </span>Faktor Fisiologis</span></div><div class="MsoNormal" style="direction: ltr; margin-bottom: 0pt; margin-left: 14.2pt; margin-top: 0pt; text-align: justify; text-indent: 1cm; unicode-bidi: embed;color:white;"><span lang="EN-US" style="font-size:small;">Faktor-faktor fisiologis ini mencakup faktor material pembelajaran, faktor lingkungan, faktor instrumental dan faktor kondisi individual subjek didik.Material pembelajaran turut menentukan bagaimana proses dan hasil belajar yang akan dicapai subjek didik. Karena itu, penting bagi pendidik untuk mempertimbangkan kesesuaian material pembelajaran dengan tingkat kemampuan subjek didik ; juga melakukan gradasi material pembelajaran dari tingkat yang paling sederhana ke tingkat lebih kompeks.</span></div><div class="MsoNormal" style="direction: ltr; margin-bottom: 0pt; margin-left: 14.2pt; margin-top: 0pt; text-align: justify; text-indent: 1cm; unicode-bidi: embed;color:white;"><span lang="EN-US" style="font-size:small;">Faktor lingkungan, yang meliputi lingkungan alam dan lingkungan sosial, juga perlu mendapat perhatian. Belajar dalam kondisi alam yang segar selalu lebih efektif dari pada sebaliknya. Demikian pula, belajar padapagi hari selalu memberikan hasil yang lebih baik dari pada sore hari. Sementara itu, lingkungan sosial yang hiruk pikuk, terlalu ramai, juga kurang kondisif bagi proses dan pencapaian hasil belajar yang optimal.</span></div><div class="MsoNormal" style="direction: ltr; margin-bottom: 0pt; margin-left: 14.2pt; margin-top: 0pt; text-align: justify; text-indent: 1cm; unicode-bidi: embed;color:white;"><span lang="EN-US" style="font-size:small;">Yang tak kalah pentingnya untuk dipahami adalah faktor-faktor instrumental, baik yang tergolong perangkat keras (<i>hardware</i>) maupun perangkat lunak (<i>software</i>). Perangkat keras seperti perlangkapan belajar, alat praktikum, buku teks dan sebagainya sangat berperan sebagai sarana pencapaian tujuan belajar. Karenanya, pendidik harus memahami dan mampu mendayagunakan faktor-faktor instrumental ini seoptimal mungkin demi efektifitas pencapaian tujuan-tujuan belajar.</span></div><div class="MsoNormal" style="direction: ltr; margin-bottom: 12px; margin-left: 14.2pt; margin-top: 0pt; text-align: justify; text-indent: 1cm; unicode-bidi: embed;color:white;"><span lang="EN-US" style="font-size:small;">Faktor fisiologis lainnya yang berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar adalah kondisi individual subjek didik sendiri. Termasuk ke dalam faktor ini adalah kesegaran jasmani dan kesehatan indra. Subjek didik yang berada dalam kondisi jasmani yang kurang segar tidak akan memiliki kesiapan yang memadai untuk memulai tindakan belajar.</span></div><div class="MsoNormal" style="direction: ltr; margin-bottom: 12px; margin-left: 18pt; margin-top: 0pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; unicode-bidi: embed;color:white;"><span lang="EN-US" style="font-size:small;">2.<span style="font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal;font-family:Times New Roman;" > </span>Faktor Psikologis</span></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt;color:white;" align="justify"><span lang="EN-US" style="font-size:small;"> Faktor-faktor psikologis yang berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar </span></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt;color:white;" align="justify"><span style="font-size:small;"> </span><span lang="EN-US" style="font-size:small;"> jumlahnya banyak sekali, dan masing-masingnya tidak dapat dibahas secara </span></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt;color:white;" align="justify"><span style="font-size:small;"> </span><span lang="EN-US" style="font-size:small;"> terpisah.</span></div><div class="MsoNormal" style="direction: ltr; margin-bottom: 12px; margin-left: 14.2pt; margin-top: 0pt; text-align: justify; text-indent: 1cm; unicode-bidi: embed;color:white;"><span lang="EN-US" style="font-size:small;">Perilaku individu, termasuk perilaku belajar, merupakan totalitas penghayatan dan aktivitas yang lahir sebagai hasil akhir saling pengaruh antara berbagai gejala, seperti perhatian, pengamatan, ingatan, pikiran dan motif.</span></div><div class="MsoNormal" style="direction: ltr; margin-bottom: 0pt; margin-left: 35.2pt; margin-top: 0pt; text-align: justify; text-indent: -21pt; unicode-bidi: embed;color:white;"><span lang="EN-US" style="font-size:small;">2.1.<span style="font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal;font-family:Times New Roman;" > </span> Perhatian</span></div><div class="MsoNormal" style="direction: ltr; margin-bottom: 0pt; margin-left: 35.45pt; margin-top: 0pt; text-align: justify; text-indent: 35.45pt; unicode-bidi: embed;color:white;"><span lang="EN-US" style="font-size:small;">Tentulah dapat diterima bahwa subjek didik yang memberikan perhatian intensif dalam belajar akan memetik hasil yang lebih baik. Perhatian intensif ditandai oleh besarnya kesadaran yang menyertai aktivitas belajar. Perhatian intensif subjek didik ini dapat dieksloatasi sedemikian rupa melalui strategi pembelajaran tertentu, seperti menyediakan material pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan subjek didik, menyajikan material pembelajaran dengan teknik-teknik yang bervariasi dan kreatif, seperti bermain peran (<i>role playing</i>), debat dan sebagainya.</span></div><div class="MsoNormal" style="direction: ltr; margin-bottom: 12px; margin-left: 35.45pt; margin-top: 0pt; text-align: justify; text-indent: 35.45pt; unicode-bidi: embed;color:white;"><span lang="EN-US" style="font-size:small;">Strategi pemebelajaran seperti ini juga dapat memancing perhatian yang spontan dari subjek didik. Perhatian yang spontan dimaksudkan adalah perhatian yang tidak disengaja, alamiah, yang muncul dari dorongan-dorongan instingtif untuk mengetahui sesuatu, seperti kecendrungan untuk mengetahui apa yang terjadi di sebalik keributan di samping rumah, dan lain-lain. Beberapa hasil penelitian psikologi menunjukkan bahwa perhatian spontan cendrung menghasilkan ingatan yang lebih lama dan intensif dari pada perhatian yang disengaja.</span></div><div class="MsoNormal" style="direction: ltr; margin-bottom: 0pt; margin-left: 35.2pt; margin-top: 0pt; text-align: justify; text-indent: -21pt; unicode-bidi: embed;color:white;"><span lang="EN-US" style="font-size:small;">2.2.<span style="font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal;font-family:Times New Roman;" > </span>Pengamatan</span></div><div class="MsoNormal" style="direction: ltr; margin-bottom: 0pt; margin-left: 35.45pt; margin-top: 0pt; text-align: justify; text-indent: 35.45pt; unicode-bidi: embed;color:white;"><span lang="EN-US" style="font-size:small;">Pengamatan adalah cara pengenalan dunia oleh subjek didik melalui penglihatan, pendengaran, perabaan, pembauan dan pengecapan. Pengamatan merupakan gerbang bai masuknya pengaruh dari luar ke dalam individu subjek didik, dan karena itu pengamatan penting artinya bagi pembelajaran.</span></div><div class="MsoNormal" style="direction: ltr; margin-bottom: 0pt; margin-left: 35.45pt; margin-top: 0pt; text-align: justify; text-indent: 35.45pt; unicode-bidi: embed;color:white;"><span lang="EN-US" style="font-size:small;">Untuk kepentingan pengaturan proses pembelajaran, para pendidik perlu memahami keseluruhan modalitas pengamatan tersebut, dan menetapkan secara analitis manakah di antara unsur-unsur modalitas pengamatan itu yang paling dominan peranannya dalam proses belajar. Kalangan psikologi tampaknya menyepakati bahwa unsur lainnya dalam proses belajar. Dengan kata lain, perolehan informasi pengetahuan oleh subjek didik lebih banyak dilakukan melalui penglihatan dan pendengaran.</span></div><div class="MsoNormal" style="direction: ltr; margin-bottom: 12px; margin-left: 35.45pt; margin-top: 0pt; text-align: justify; text-indent: 35.45pt; unicode-bidi: embed;color:white;"><span lang="EN-US" style="font-size:small;">Jika demikian, para pendidik perlu mempertimbangkan penampilan alat-alat peraga di dalam penyajian material pembelajaran yang dapat merangsang optimalisasi daya penglihatan dan pendengaran subjek didik. Alat peraga yang dapat digunakan, umpamanya ; bagan, chart, rekaman, slide dan sebagainya.</span></div><div class="MsoNormal" style="direction: ltr; margin-bottom: 0pt; margin-left: 35.2pt; margin-top: 0pt; text-align: justify; text-indent: -21pt; unicode-bidi: embed;color:white;"><span lang="EN-US" style="font-size:small;">2.3.<span style="font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal;font-family:Times New Roman;" > </span>Ingatan</span></div><div class="MsoNormal" style="direction: ltr; margin-bottom: 0pt; margin-left: 35.45pt; margin-top: 0pt; text-align: justify; text-indent: 35.45pt; unicode-bidi: embed;color:white;"><span lang="EN-US" style="font-size:small;">Secara teoritis, ada 3 aspek yang berkaitan dengan berfungsinya ingatan, yakni (1) menerima kesan, (2) menyimpan kesan, dan (3) memproduksi kesan. Mungkin karena fungsi-fungsi inilah, istilah “ingatan” selalu didefinisikan sebagai kecakapan untuk menerima, menyimpan dan mereproduksi kesan.</span></div><div class="MsoNormal" style="direction: ltr; margin-bottom: 0pt; margin-left: 35.45pt; margin-top: 0pt; text-align: justify; text-indent: 35.45pt; unicode-bidi: embed;color:white;"><span lang="EN-US" style="font-size:small;">Kecakapan merima kesan sangat sentral peranannya dalam belajar. Melalui kecakapan inilah, subjek didik mampu mengingat hal-hal yang dipelajarinya.</span></div><div class="MsoNormal" style="direction: ltr; margin-bottom: 0pt; margin-left: 35.45pt; margin-top: 0pt; text-align: justify; text-indent: 35.45pt; unicode-bidi: embed;color:white;"><span lang="EN-US" style="font-size:small;">Dalam konteks pembelajaran, kecakapan ini dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, di antaranya teknik pembelajaran yang digunakan pendidik. Teknik pembelajaran yang disertai dengan penampilan bagan, ikhtisar dan sebagainya kesannya akan lebih dalam pada subjek didik. Di samping itu, pengembangan teknik pembelajaran yang mendayagunakan “titian ingatan” juga lebih mengesankan bagi subjek didik, terutama untuk material pembelajaran berupa rumus-rumus atau urutan-urutan lambang tertentu. Contoh kasus yang menarik adalah mengingat nama-nama kunci nada g (gudeg), d (dan), a (ayam), b (bebek) dan sebagainya.</span></div><div class="MsoNormal" style="direction: ltr; margin-bottom: 0pt; margin-left: 35.45pt; margin-top: 0pt; text-align: justify; text-indent: 35.45pt; unicode-bidi: embed;color:white;"><span lang="EN-US" style="font-size:small;">Hal lain dari ingatan adalah kemampuan menyimpan kesan atau mengingat. Kemampuan ini tidak sama kualitasnya pada setiap subjek didik. Namun demikian, ada hal yang umum terjadi pada siapapun juga : bahwa segera setelah seseorang selesai melakukan tindakan belajar, proses melupakan akan terjadi. Hal-hal yang dilupakan pada awalnya berakumulasi dengan cepat, lalu kemudian berlangsung semakin lamban, dan akhirnya sebagian hal akan tersisa dan tersimpan dalam ingatan untuk waktu yang relatif lama.</span></div><div class="MsoNormal" style="direction: ltr; margin-bottom: 0pt; margin-left: 35.45pt; margin-top: 0pt; text-align: justify; text-indent: 35.45pt; unicode-bidi: embed;color:white;"><span lang="EN-US" style="font-size:small;">Untuk mencapai proporsi yang memadai untuk diingat, menurut kalangan psikolog pendidikan, subjek didik harus mengulang-ulang hal yang dipelajari dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama. Implikasi pandangan ini dalam proses pembelajaran sedemikian rupa sehingga memungkinkan bagi subjek didik untuk mengulang atau mengingat kembali material pembelajaran yang telah dipelajarinya. Hal ini, misalnya, dapat dilakukan melalui pemberian tes setelah satu submaterial pembelajaran selesai.</span></div><div class="MsoNormal" style="direction: ltr; margin-bottom: 0pt; margin-left: 35.45pt; margin-top: 0pt; text-align: justify; text-indent: 35.45pt; unicode-bidi: embed;color:white;"><span lang="EN-US" style="font-size:small;">Kemampuan resroduksi, yakni pengaktifan atau prosesproduksi ulang hal-hal yang telah dipelajari, tidak kalah menariknya untuk diperhatikan. Bagaimanapun, hal-hal yang telah dipelajari, suatu saat, harus diproduksi untuk memenuhi kebutuhan tertentu subjek didik, misalnya kebutuhan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam ujian ; atau untuk merespons tantangan-tangan dunia sekitar.</span></div><div class="MsoNormal" style="direction: ltr; margin-bottom: 12px; margin-left: 35.45pt; margin-top: 0pt; text-align: justify; text-indent: 35.45pt; unicode-bidi: embed;color:white;"><span lang="EN-US" style="font-size:small;">Pendidik dapat mempertajam kemampuan subjek didik dalam hal ini melalui pemberian tugas-tugas mengikhtisarkan material pembelajaran yang telah diberikan.</span></div><div class="MsoNormal" style="direction: ltr; margin-bottom: 0pt; margin-left: 35.2pt; margin-top: 0pt; text-align: justify; text-indent: -21pt; unicode-bidi: embed;color:white;"><span lang="EN-US" style="font-size:small;">2.4.<span style="font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal;font-family:Times New Roman;" > </span>Berfikir</span></div><div class="MsoNormal" style="direction: ltr; margin-bottom: 0pt; margin-left: 35.45pt; margin-top: 0pt; text-align: justify; text-indent: 35.45pt; unicode-bidi: embed;color:white;"><span lang="EN-US" style="font-size:small;">Definisi yang paling umum dari berfikir adalah berkembangnya ide dan konsep (Bochenski, dalam Suriasumantri (ed), 1983:52) di dalam diri seseorang. Perkembangan ide dan konsep ini berlangsung melalui proses penjalinan hubungan antara bagian-bagian informasi yang tersimpan di dalam didi seseorang yang berupa pengertian-perngertian. Dari gambaran ini dapat dilihat bahwa berfikir pada dasarnya adalah proses psikologis dengan tahapan-tahapan berikut : (1) pembentukan pengertian, (2) penjalinan pengertian-pengertian, dan (3) penarikan kesimpulan.</span></div><div class="MsoNormal" style="direction: ltr; margin-bottom: 12px; margin-left: 35.45pt; margin-top: 0pt; text-align: justify; text-indent: 35.45pt; unicode-bidi: embed;color:white;"><span lang="EN-US" style="font-size:small;">Kemampuan berfikir pada manusia alamiah sifatnya. Manusia yang lahir dalam keadaan normal akan dengan sendirinya memiliki kemampuan ini dengan tingkat yang reletif berbeda. Jika demikian, yang perlu diupayakan dalam proses pembelajaran adalah mengembangkan kemampuan ini, dan bukannya melemahkannya. Para pendidik yang memiliki kecendrungan untuk memberikan penjelasan yang “selengkapnya” tentang satu material pembelajaran akan cendrung melemahkan kemampuan subjek didik untuk berfikir. Sebaliknya, para pendidik yang lebih memusatkan pembelajarannya pada pemberian pengertian-pengertian atau konsep-konsep kunci yang fungsional akan mendorong subjek didiknya mengembangkan kemampuan berfikir mereka. Pembelajaran seperti ni akan menghadirkan tentangan psikologi bagi subjek didik untuk merumuskan kesimpulan-kesimpulannya secara mandiri.</span></div><div class="MsoNormal" style="direction: ltr; margin-bottom: 0pt; margin-left: 35.2pt; margin-top: 0pt; text-align: justify; text-indent: -21pt; unicode-bidi: embed;color:white;"><span lang="EN-US" style="font-size:small;">2.5.<span style="font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal;font-family:Times New Roman;" > </span>Motif</span></div><div class="MsoNormal" style="direction: ltr; margin-bottom: 0pt; margin-left: 35.45pt; margin-top: 0pt; text-align: justify; text-indent: 35.45pt; unicode-bidi: embed;color:white;"><span lang="EN-US" style="font-size:small;">Motif adalah keadaan dalam diri subjek didik yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu. Motif boleh jadi timbul dari rangsangan luar, seperti pemberian hadiah bila seseorang dapat menyelesaikan satu tugas dengan baik. Motif semacam ini sering disebut motif ekstrensik. Tetapi tidak jarang pula motif tumbuh di dalam diri subjek didik sendiri yang disebut motif intrinsik. Misalnya, seorang subjek didik gemar membaca karena dia memang ingin mengetahui lebih dalam tentang sesuatu.</span></div><div class="MsoNormal" style="direction: ltr; margin-bottom: 0pt; margin-left: 35.45pt; margin-top: 0pt; text-align: justify; text-indent: 35.45pt; unicode-bidi: embed;color:white;"><span lang="EN-US" style="font-size:small;">Dalam konteks belajar, motif intrinsik tentu selalu lebih baik, dan biasanya berjangka panjang. Tetapi dalam keadaan motif intrinsik tidak cukup potensial pada subjek didik, pendidik perlu menyiasati hadirnya motif-motif ekstrinsik. Motif ini, umpamanya, bisa dihadirkan melalui penciptaan suasana kompetitif di antara individu maupun kelompok subjek didik. Suasana ini akan mendorong subjek didik untuk berjuang atau berlomba melebihi yang lain.Namun demikian, pendidik harus memonitor suasana ini secara ketat agar tidak mengarah kepada hal-hal yang negatif.</span></div><div class="MsoNormal" style="direction: ltr; margin-bottom: 0pt; margin-left: 35.45pt; margin-top: 0pt; text-align: justify; text-indent: 35.45pt; unicode-bidi: embed;color:white;"><span lang="EN-US" style="font-size:small;">Motif ekstrinsik bisa juga dihadirkan melalui siasat “<i>self competition</i>”, yakni menghadirkan grafik prestasi individual subjek didik.Melalui grafik ini, setiap subjek didik dapat melihat kemajuan-kemajuannya sendiri. Dan sekaligus membandingkannya dengan kemajuan yang dicapai teman-temannya.Dengan melihat grafik ini, subjek didik akan terdorong untuk meningkatkan prestasinya supaya tidak berada di bawah prestasi orang lain. </span></div><div style="color: black; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt;"><br /></div>Kaka Dens Khttp://www.blogger.com/profile/00479097781151698027noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6814927078196024490.post-79533698997692037022011-01-11T09:34:00.000-08:002011-03-07T05:26:28.205-08:00Mengenal Teori psikologi kepribadian<hr /><p dir="ltr"><span style=";font-family:arial,helvetica,sans-serif;font-size:small;" ><strong></strong><strong><a title="Teori psikologi kepribadian">Teori psikologi kepribadian</a></strong> memiliki ragam yang sangat banyak yang mencakup teori psikoanalisis, behavioris, humanis, fenomenologis, ekstensialis, maupun sosiologis. Bahkan, keragaman itu cenderung akan bertambah sejalan dengan evolusi pemikiran mengenai tingkah laku manusia.</span></p> <p dir="ltr"><span style=";font-family:arial,helvetica,sans-serif;font-size:small;" >Tujuan utama <span style="font-weight: bold;">teori psikologi kepribadian</span> adalah:</span></p> <ul><li dir="ltr"><span style=";font-family:arial,helvetica,sans-serif;font-size:small;" >Mengetahui pola tingkah laku individu.</span></li><li dir="ltr"><span style=";font-family:arial,helvetica,sans-serif;font-size:small;" >Mengetahui sejauh mana individu itu berbeda antara satu dan lainnya dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya.</span></li><li dir="ltr"><span style=";font-family:arial,helvetica,sans-serif;font-size:small;" >Mengetahui sejauh mana individu itu unik.</span></li></ul> <p dir="ltr"><span style="font-family:arial,helvetica,sans-serif;"><strong><span style="font-size:small;">Pendapat Para Tokoh Psikologi</span></strong></span></p> <p dir="ltr"><span style=";font-family:arial,helvetica,sans-serif;font-size:small;" ><span style="font-style: italic;">Teori psikologi kepribadian</span> dirumuskan dengan sejumlah cara oleh pada pemikir psikologi baik aliran psikoanalis, behavioris, humanis, dll. Namun, pada dasarnya pandangan para tokoh itu menekankan pada hal penanaman dan pelekatan tingkah laku dalam kepribadian seseorang dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya.</span></p> <p dir="ltr"><span style=";font-family:arial,helvetica,sans-serif;font-size:small;" >Pendapat para tokoh tersebut mengenai teori psikologi kepribadian:</span></p> <ul><li dir="ltr"><span style=";font-family:arial,helvetica,sans-serif;font-size:small;" >Allport: organisasi dinamis dalam individu yang terdiri dari sistem-sistem psikofisik, yang menentukan tingkah laku dan fikiran individu secara unik</span></li><li dir="ltr"><span style=";font-family:arial,helvetica,sans-serif;font-size:small;" >Murray: tingkah laku lahiriah dari lahir sampai mati</span></li><li dir="ltr"><span style=";font-family:arial,helvetica,sans-serif;font-size:small;" >Freud: integrasi dari id, ego, superego</span></li><li dir="ltr"><span style=";font-family:arial,helvetica,sans-serif;font-size:small;" >Adler: gaya hidup individu dan karakteristik individu dalam menghadapi masalah-masalah hidup termasuk tujuan hidup.</span></li><li dir="ltr"><span style=";font-family:arial,helvetica,sans-serif;font-size:small;" >Cattell: segala sesuatu yang mampu menggambarkan apa yang akan dilakukan seseorang dalam situasi tertentu</span></li><li dir="ltr"><span style=";font-family:arial,helvetica,sans-serif;font-size:small;" >Jung: integrasi ego, ketidaksadaran pribadi dan ketidaksadaran kolektif, kompleks-kompleks, arkhetip-arkhetip serta persona dan anima.</span></li></ul> <p dir="ltr"><span style="font-family:arial,helvetica,sans-serif;"><strong><span style="font-size:small;">Permasalahan Kepribadian</span></strong></span></p> <p dir="ltr"><span style=";font-family:arial,helvetica,sans-serif;font-size:small;" >Permasalahan kepribadian yang paling sederhana adalah ketidakmampuan individu untuk menyesuaikan diri secara terus menerus. Ketidakmampuan ini tidak disertai dengan gangguan psikosa ataupun neurosa namun dapat mengganggu relasi-relasi sosial dan kebahagiaan pribadi. Contoh permasalahan kepribadian ini antara lain adalah perasaan rendah diri, cemburu, iri hati, mencintai kegiatan seksual secara berlebihan, dsb.</span></p> <p dir="ltr"><span style=";font-family:arial,helvetica,sans-serif;font-size:small;" >Dalam <span style="font-weight: bold;">teori psikologi kepribadian</span>, permasalahan kepribadian ini dapat menyebabkan suatu kekacauan kepribadian atau <em>personality disorder</em>. Kekacauan kepribadian adalah kesulitan yang dialami individu dalam penyesuaian diri secara sosial, termasuk ketidakmampuan dan ketidaktepatan motivasi dan emosi dalam merespons sesuatu, misalnya, paranoid, schizoid, gangguan sosioapatis, dll.</span></p> <p dir="ltr"><span style="font-family:arial,helvetica,sans-serif;"><strong><span style="font-size:small;">Pembentukan Kepribadian</span></strong></span></p> <p dir="ltr"><span style=";font-family:arial,helvetica,sans-serif;font-size:small;" >Pembentukan kepribadian dalam <span style="font-style: italic;">teori psikologi kepribadian</span> terdiri atas:</span></p> <ul><li dir="ltr"><span style=";font-family:arial,helvetica,sans-serif;font-size:small;" >Pengaruh biologis atau genetis.</span></li><li dir="ltr"><span style=";font-family:arial,helvetica,sans-serif;font-size:small;" >Pengaruh lingkungan yang terdiri atas pengalaman secara umum, yakni dipengaruhi oleh keyakinan, kebiasaan, dan norma-norma yang diyakini oleh masyarakat dimana individu itu berinteraksi, serta pengalaman unik, yakni berasal dari reaksi individu secara unik dalam menghadapi tekanan dan hambatan sosial.</span></li></ul> <p dir="ltr"><span style="font-family:arial,helvetica,sans-serif;"><strong><span style="font-size:small;">Konsistensi Karakteristik Kepribadian</span></strong></span></p> <p dir="ltr"><span style=";font-family:arial,helvetica,sans-serif;font-size:small;" >Karakteristik <span style="font-style: italic;"> kepribadian </span>individu memiliki konsistensi yang cukup tinggi. Konsistensi tinggi ini biasanya dimiliki oleh subjek dewasa dan cenderung mengalami perubahan-perubahan saat usia remaja.</span></p> <p dir="ltr"><span style="font-family:arial,helvetica,sans-serif;"><strong><span style="font-size:small;">Metode Pengukuran Kepribadian</span></strong></span></p> <p dir="ltr"><span style=";font-family:arial,helvetica,sans-serif;font-size:small;" >Ada beberapa metode yang bisa digunakan untuk mengukur kepribadian individu, yaitu:</span></p> <ul><li><span style=";font-family:arial,helvetica,sans-serif;font-size:small;" >Medote Observasi, yakni mengobservasi perilaku individu dalam keadaan normal, situasi eksperimen, atau melalui interview. Hasil dari observasi ini akan dicatat pada suatu bagan yang sudah dibakukan (alat tes psikologi), seperti <em>rating scale</em> (skala rating).</span></li><li><span style=";font-family:arial,helvetica,sans-serif;font-size:small;" >Metode Inventori, yakni hasil observasi individu terhadap dirinya sendiri yang digali dari pertanyaan dan pernyataan baku (alat tes psikologi) yang harus diisi atau dipilih oleh individu berdasarkan ciri-ciri yang dia anggap mendekati dirinya. Alat tes itu antara lain adalah MMPI, CPI, EPPS, dll.</span></li><li><span style=";font-family:arial,helvetica,sans-serif;font-size:small;" >metode Proyektif, yakni individu diberi kebebasan untuk mengekspresikan diri. Metode ini memiliki alat tes yang sudah baku, seperti TAT, DAM, Wartegg, dan Rorschach. Rorschach, misalnya, berupa suatu rangsang berbentuk gambar yang tidak jelas. Individu dapat mengekspresikan diri secara bebas dengan menafsirkan sesuka hati gambar-gambar itu. Nah, persepsi individu terhadap gambar-gambar tersebut tentu dipengaruhi oleh berbagai pengalamannya di masa lampau. Itulah sisi yang diukur.</span><br /></li></ul><span style="font-style: italic;">Sumber: http://www.anneahira.com/teori-psikologi-kepribadian.htm</span><br /><hr /><span style="font-size:78%;"><br /></span><center> <span style="font-size:78%;"><a href="http://infointermedia.com/">training center</a> | <a href="http://infointermedia.com/">pelatihan humas</a> | <a href="http://infointermedia.com/">pelatihan jurnalistik</a> | <a href="http://infointermedia.com/">workshop jurnalistik</a> | <a href="http://kakadens.blogspot.com/">psikologi</a> | <a href="http://kakadens.blogspot.com/">psikologi kepribadian</a> | <a href="http://kakadens.blogspot.com/">psikologi pendidikan</a> | <a href="http://kakadens.blogspot.com/">psikologi sosial</a> | <a href="http://kakadens.blogspot.com/">psikologi anak</a> | <a href="http://kakadens.blogspot.com/">psikologi umum</a></span></center>Kaka Dens Khttp://www.blogger.com/profile/00479097781151698027noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6814927078196024490.post-27700740770715848242011-01-11T09:22:00.000-08:002011-03-07T05:26:28.221-08:00Contoh Makalah Psikologi Kepribadian<hr /><strong><a title="makalah psikologi kepribadian">makalah </a></strong>.<span style=";font-family:arial,helvetica,sans-serif;font-size:small;" > merupakan sesuatu yang wajib ditemui bagi Anda yang telah menempuh pendidikan di perguruan tinggi, baik swasta maupun negeri. Makalah juga salah satu tugas yang pastinya pernah diberikan oleh dosen-dosen Anda, entah dalam mata kuliah apapun. Ada makalah yang bertopik ekonomi, makalah yang bertopik sosiologi, makalah yang bertopik perpajakan dan sebagainya. Dan salah satu contoh makalah adalah <span style="font-weight: bold;">contoh </span><span style="font-weight: bold;"><strong></strong></span><strong style="font-weight: bold;"><a title="makalah psikologi kepribadian">makalah psikologi kepribadian</a></strong>.</span> <p style="text-align: left;"><span style=";font-family:arial,helvetica,sans-serif;font-size:small;" ><br /><strong>Psikologi</strong></span></p> <p style="text-align: left;"><span style=";font-family:arial,helvetica,sans-serif;font-size:small;" >Psikologi merupakan salah satu cabang ilmu yang mempelajari kepribadian seseorang dengan sesama manusia dan lingkungan sekitarnya. Psikologi pada dasarnya bukanlah mata pelajaran yang akan ditemukan di tingkatan Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA) ataupun Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Tentu saja mata kuliah ini dipelajari di bangku perkuliahan.</span></p> <p style="text-align: left;"><span style=";font-family:arial,helvetica,sans-serif;font-size:small;" >Pada artikel kali ini akan mencoba membahas tentang contoh makalah psikologi kepribadian. Walaupun demikian, Anda juga dapat menerapkan penulisan makalah berikut untuk contoh-contoh makalah lainnya. </span></p> <p style="text-align: left;"><span style=";font-family:arial,helvetica,sans-serif;font-size:small;" ><br /><strong>Makalah Psikologi Kepribadian</strong></span></p> <p style="text-align: left;"><span style=";font-family:arial,helvetica,sans-serif;font-size:small;" >Untuk penulisan makalah psikologi sendiri, sebenarnya tidak jauh berbeda dengan penulisan makalah pada umumnya. Bahwa, sebuah makalah pun turut mematuhi penulisan sistematika yang benar dan tepat.</span></p> <p style="text-align: left;"><span style=";font-family:arial,helvetica,sans-serif;font-size:small;" >Berikut ini adalah sistematika penulisan untuk makalah yang benar:</span></p> <p style="text-align: left;"><strong><span style=";font-family:arial,helvetica,sans-serif;font-size:small;" >A. Bagian Pendahuluan: </span></strong></p> <p style="text-align: left;"><span style=";font-family:arial,helvetica,sans-serif;font-size:small;" >Bagian pendahuluan dari sebuah makalah haruslah mencantumkan beberapa hal di bawah ini. Sebab, bagian pendahuluan akan mengantarkan pembaca pada bagian depan makalah Anda. </span></p> <p style="text-align: left;"><span style=";font-family:arial,helvetica,sans-serif;font-size:small;" >Dan berikut ini adalah tiga hal yang seharusnya ada di bagian pendahuluan:</span></p> <ol><li><span style=";font-family:arial,helvetica,sans-serif;font-size:small;" >Halaman judul, halaman ini memuat judul dari sebuah makalah Anda, yang dapat mewakili seluruh isi dari makalah. Karena ini adalah contoh makalah psikologi, Anda mungkin bisa menggunakan istilah psikologi sebagai judul;<br /><br /></span></li><li><span style=";font-family:arial,helvetica,sans-serif;font-size:small;" >Kata pengantar, halaman ini memuat kata pengantar dari si pengarang atau penulis makalah. Layaknya kata pengantar pada umumnya, makalah psikologi juga menggunakan kata pengantar. Dan tetap ingat, sebisa mungkin gunakan istilah-istilah yang sesuai dengan ilmu kajian Anda; dan<br /><br /></span></li><li><span style=";font-family:arial,helvetica,sans-serif;font-size:small;" >Daftar isi, halaman ini memuat konten-konten ataupun judul dan subjudul dari makalah Anda.</span></li></ol> <p style="text-align: left;"><br /><span style=";font-family:arial,helvetica,sans-serif;font-size:small;" ><strong>B. Bagian Isi: </strong></span></p> <p style="text-align: left;"><span style=";font-family:arial,helvetica,sans-serif;font-size:small;" >Bagian isi dari sebuah makalah harus juga mencantumkan beberapa hal penting, yang sangat berguna bagi pembaca Anda untuk memahami dan mengerti isi sajian dari makalah Anda. Dan selalu ingat bahwa bagian isi wajib ditulis sesuai dengan sistematika. Berikut ini adalah bagian-bagian dari isi, yaitu:</span></p> <ol><li><span style=";font-family:arial,helvetica,sans-serif;font-size:small;" >Bab I, bab pertama berisi perihal permasalahan apa yang akan Anda angkat sebagai tema. Untuk contoh <span style="font-weight: bold;">makalah psikologi</span>, mungkin Anda dapat menggunakan permasalahn berikut: “Misteri Kepribadian Ganda”;<br /><br /></span></li><li><span style=";font-family:arial,helvetica,sans-serif;font-size:small;" > Bab II, bab kedua berisi perihal metode dan teori kajian yang Anda pergunakan dalam makalah Anda. Untuk metode dan teori kajian sendiri, Anda bisa memilih satu dari ketiga metode berikut: metode pustaka; metode survey ke lapangan; atau metode campuran pustaka dan survey;<br /><br /></span></li><li><span style=";font-family:arial,helvetica,sans-serif;font-size:small;" >Bab III, bab ketiga berisi perihal ulasan dan paparan Anda tentang permasalah yang telah Anda angkat. Harus tetap diingat bahwa untuk bab ketiga ini Anda harus turut memperkuat argument Anda dengan berdasarkan buku referensi <span style="font-weight: bold;">psikologi</span> sejenis agar paparan Anda tidak diragukan mengenai misteri kepribadian ganda tersebut; dan<br /><br /></span></li><li><span style=";font-family:arial,helvetica,sans-serif;font-size:small;" >Bab IV, bab keempat berisi perihal kesimpulan dari permasalah yang Anda angkat. Usahakan pada kesimpulan ini Anda benar-benar telah sampai pada kesimpulan dari misteri kepribadian ganda, yang meliputi segala aspek tentunya.</span></li></ol> <p style="text-align: left;"><br /><span style=";font-family:arial,helvetica,sans-serif;font-size:small;" ><strong>C. Bagian Penunjang: </strong></span></p> <p style="text-align: left;"><span style=";font-family:arial,helvetica,sans-serif;font-size:small;" >Bagian penunjang dari sebuah makalah harus juga mencantumkan pendukung dari isi makalah Anda. Maksudnya adalah, lampirkan beberapa data penambah jika bisa. Dan tentu saja, Anda harus mencantumkan daftar pustaka yang berisi buku bacaan apa saja yang Anda pergunakan selama penulisan makalah.</span></p> <span style=";font-family:arial,helvetica,sans-serif;font-size:small;" >Demikianlah sajian mengenai contoh makalah <span style="font-weight: bold;">psikologi kepribadian</span>, yang dapat juga Anda aplikasikan pada contoh-contoh makalah lainnya. Selamat menulis makalah!</span><br /><br />Sumber: http://www.anneahira.com/contoh-makalah-psikologi-kepribadian.htm<br /><hr /><span style="font-size:78%;"><br /></span><center> <span style="font-size:78%;"><a href="http://infointermedia.com/">training center</a> | <a href="http://infointermedia.com/">pelatihan humas</a> | <a href="http://infointermedia.com/">pelatihan jurnalistik</a> | <a href="http://infointermedia.com/">workshop jurnalistik</a> | <a href="http://kakadens.blogspot.com/">psikologi</a> | <a href="http://kakadens.blogspot.com/">psikologi kepribadian</a> | <a href="http://kakadens.blogspot.com/">psikologi pendidikan</a> | <a href="http://kakadens.blogspot.com/">psikologi sosial</a> | <a href="http://kakadens.blogspot.com/">psikologi anak</a> | <a href="http://kakadens.blogspot.com/">psikologi umum</a></span></center>Kaka Dens Khttp://www.blogger.com/profile/00479097781151698027noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6814927078196024490.post-70283153780360538052011-01-11T09:04:00.000-08:002011-03-07T05:26:28.236-08:00Psikologi Kepribadian<div style="margin-bottom: 15px;"> Oleh: <a href="http://www.asianbrain.com/" class="blue">AnneAhira.com</a> Content Team </div> <p>Kepribadian menurut <strong>psikologi</strong> akan dijelaskan oleh George Kelly yang memandang bahwa kepribadian sebagai cara yang unik dari individu dalam mengartikan pengalaman-pengalaman hidupnya. Sementara Gordon Allport merumuskan kepribadian sebagai “sesuatu” yang terdapat dalam diri individu yang membimbing dan memberi arah kepada seluruh tingkah laku individu yang bersangkutan.</p> <p>Menurut Allport <span style="font-weight: bold;">kepribadian</span> adalah suatu organisasi yang dinamis dari sistem psikofisik individu yang menentukan tingkah laku dan pikiran individu secara khas. Allport menggunakan istilah sistem psikofisik dengan maksud menunjukkan bahwa jiwa dan raga manusia adalah suatu sistem yang terpadu dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain, serta diantara keduanya selalu terjadi interaksi dalam mengarahkan tingkah laku.</p> <p>Sedangkan istilah khas dalam batasan kepribadian Allport itu memiliki arti bahwa setiap individu memiliki kepribadiannya sendiri. Tidak ada dua orang yang berkepribadian sama, karena itu tidak ada dua orang yang berperilaku sama.<br /></p><br /><span style="font-style: italic; font-weight: bold; color: rgb(0, 0, 0);font-size:78%;" ><span style="color: rgb(204, 204, 204);">Sumber: http://www.anneahira.com/psikologi-kepribadian.htm</span></span><br /><hr style="font-weight: bold; color: rgb(51, 0, 51);"><span style="font-size:78%;"><br /></span><center> <span style="font-size:78%;"><a href="http://infointermedia.com/">training center</a> | <a href="http://infointermedia.com/">pelatihan humas</a> | <a href="http://infointermedia.com/">pelatihan jurnalistik</a> | <a href="http://infointermedia.com/">workshop jurnalistik</a> | <a href="http://kakadens.blogspot.com/">psikologi</a> | <a href="http://kakadens.blogspot.com/">psikologi kepribadian</a> | <a href="http://kakadens.blogspot.com/">psikologi pendidikan</a> | <a href="http://kakadens.blogspot.com/">psikologi sosial</a> | <a href="http://kakadens.blogspot.com/">psikologi anak</a> | <a href="http://kakadens.blogspot.com/">psikologi umum</a></span></center>Kaka Dens Khttp://www.blogger.com/profile/00479097781151698027noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6814927078196024490.post-26504101918768179402011-01-11T08:51:00.000-08:002011-03-07T05:26:28.273-08:00Psikologi Pendidikan adalah<hr /> <span style="font-size:85%;"><span class="article-title"><h1 id="article-title" class="article-title"><strong>Psikologi pendidikan</strong></h1></span></span> <div style="margin-bottom: 15px;"> Oleh: <a href="http://www.asianbrain.com/" class="blue">AnneAhira.com</a> Content Team </div> <p><strong>Psikologi pendidikan</strong> adalah yang mengkaji perilaku individu dalam situasi pendidikan dengan tujuan untuk menemukan berbagai fakta, generalisasi dan teori-teori psikologi yang berkaitan dengan pendidikan, yang diperoleh dari melalui metode ilmiah tertentu, dalam rangka pencapaian efektivitas proses pendidikan.</p> <p>Kegiatan pendidikan, khususnya pada pendidikan formal, seperti pengembangan kurikulum, proses belajar mengajar, sistem evaluasi, dan bimbingan konseling merupakan beberapa kegiatan utama yang dalam pendidikan yang di dalamnya membutuhkan psikologi.</p> <p>Pendidikan merupakan sesuatu yang kegiatan yang di dalamnya banyak melibatkan orang, diantaranya pendidik, peserta didik, masyrakat, orangtua. Oleh karena itu, agar tujuan pendidikan dapat tercapai maka setiap orang yang berhubungan dengan pendidikan harus mengerti atau memahami perilaku individu sekaligus dapat menunjukan perilakunya secara efektif. Pendidikan memang tidak bisa lepas dari psikologi. </p><p style="color: rgb(255, 255, 255); font-style: italic;"><br /></p><p><span style="font-style: italic; color: rgb(0, 0, 0);font-size:85%;" ><span style="color: rgb(204, 204, 204);">Sumber : http://www.anneahira.com/psikologi-pendidikan.htm</span></span><br /></p><br /><br /><hr /><span style="font-size:78%;"><br /></span><center> <span style="font-size:78%;"><a href="http://infointermedia.com/">training center</a> | <a href="http://infointermedia.com/">pelatihan humas</a> | <a href="http://infointermedia.com/">pelatihan jurnalistik</a> | <a href="http://infointermedia.com/">workshop jurnalistik</a> | <a href="http://kakadens.blogspot.com/">psikologi</a> | <a href="http://kakadens.blogspot.com/">psikologi pendidikan</a> | <a href="http://kakadens.blogspot.com/">psikologi sosial</a> | <a href="http://kakadens.blogspot.com/">psikologi anak</a> | <a href="http://kakadens.blogspot.com/">psikologi umum</a></span></center>Kaka Dens Khttp://www.blogger.com/profile/00479097781151698027noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6814927078196024490.post-12850875506259106152011-01-11T01:58:00.000-08:002011-03-07T05:26:28.292-08:00Pengertian Psikologi PendidikanPsikologi Pendidikan adalah Satu cabang dari ilmu jiwa yang menyoroti atau mempelajari tentang aspek – aspek pendidikan.<br /><br />Menurut ensiklopedia amerika, Psikologi pendidikan adalah ilmu yang lebih berprinsip dalam proses pengajaran yang terlibat dengan penemuan – penemuan dan menerapkan prinsip – prinsip dan cara untuk meningkatkan keefisien di dalam pendidikan.<br /><br />Menurut Barrow, Psikologi Pendidikan adalah seperangkat ilmu yang diperoleh dari penelitian psikologi sebagai acuan lebih efektif di dalam proses belajar mengajar.<br /><br />Menurut Witheringron pada 1978, Education Psikologi is a sistematic study of the process and factor involved in the education of human being.<br /><br />Menurut Muhibin Syah pada tahun 2002, mengartikan psikologi Pendidikan adalah sebuah disiplin psikologi yang menyelidiki masalah psikologis yang terjadi dalam dunia pendidikan.<br /><br />Menurut Ellio, dkk di tahun 1999, Education of Pshycology is the aplication of phsycology to the study of development, learning, motivation, instruction, and related issues.<br /><br /><span style="font-style: italic;font-size:78%;" ><span style="font-weight: bold;">Unknow Source"</span></span><br /><hr /><span style="font-size:78%;"><br /></span><center> <span style="font-size:78%;"><a href="http://infointermedia.com/">training center</a> | <a href="http://infointermedia.com/">pelatihan humas</a> | <a href="http://infointermedia.com/">pelatihan jurnalistik</a> | <a href="http://infointermedia.com/">workshop jurnalistik</a> | <a href="http://kakadens.blogspot.com/">psikologi</a> | <a href="http://kakadens.blogspot.com/">psikologi pendidikan</a> | <a href="http://kakadens.blogspot.com/">psikologi sosial</a> | <a href="http://kakadens.blogspot.com/">psikologi anak</a> | <a href="http://kakadens.blogspot.com/">psikologi umum</a></span></center>Kaka Dens Khttp://www.blogger.com/profile/00479097781151698027noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6814927078196024490.post-15954404603290004862011-01-10T08:45:00.000-08:002011-03-07T05:26:28.306-08:00Psikologi Pendidikan >> Dampak Psikologis HIV AIDS<span><a href="http://kakadens.blogspot.com/">Psikologi Pendidikan</a> >> <a href="http://kakadens.blogspot.com/2011/01/psikologi-pendidikan-dampak-psikologis.html">Dampak Psikologis HIV AIDS</a><br /><br />By Muhammad Baitul Alim<br /><br /></span>AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome) adalah sindrom dengan gejala penyakit infeksi oportunistik atau kanker tertentu akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh oleh infeksi HIV (Human Immunodeficiecy syndrome) yang akhirnya akan membawa kematian pada akhirnya. <p>Pada umumnya masyarakat tidak mengetahui secara memadai tentang pengertian penyakit <a href="http://kakadens.blogspot.com/2011/01/psikologi-pendidikan-dampak-psikologis.html">HIV/AIDS</a>. Pengetahuan tentang berbagai faktor yang menyebabkan penyakit <a href="http://kakadens.blogspot.com/2011/01/psikologi-pendidikan-dampak-psikologis.html">HIV/AIDS</a> misalnya, masyarakat umumnya juga kurang mengetahui secara rinci. Masyarakat hanya mengetahui penyebab penyakit <a href="http://kakadens.blogspot.com/2011/01/psikologi-pendidikan-dampak-psikologis.html">HIV/AIDS</a>, yang berasal dari perilaku seksual yang menyimpang.</p> <p>Kosa kata atau istilah yang dipakai masyarakat untuk menyebut perilaku seksual yang menyimpang adalah “suka jajan”, “punya simpanan”, dan hubungan sesame jenis. Sementara itu juga ada yang mneyebut berasal dari alat suntik (yang tercemar virus HIV), dan yang lainnya menyebut tertular dari ibu yang sedang mengandung. Secara teoritis masih banyak kelompok yang beresiko terkena penyakit <a href="http://kakadens.blogspot.com/2011/01/psikologi-pendidikan-dampak-psikologis.html">HIV/AIDS</a> seperti orang yang bekerja ditempat-tempat hiburan, hotel, karaoke, orang yang sering bepergian jauh, dan sebagainya termasukorang yang tinggal di lokalisasi.</p> <p>Sekitar 75-90 % pasien AIDS mengalami patologi otak dengan berbagai sindrome neuropsikiatri, pada 10 % pasien dengan infeksi HIV, komplikasi neuropsikiatri merupakan gejala utama. Pada pasien dengan infeksi HIV dan AIDS dapat ditemukan kelainan-kelainan psikiatri klasik seperti depresi, ansietas, psikosis dan lain-lain. Selain itu juga terdapat dampak psikososial yang dapat ditemukan pada pasien <a href="http://kakadens.blogspot.com/2011/01/psikologi-pendidikan-dampak-psikologis.html">HIV/AIDS</a>.</p> <p>Ketika seseorang diberitahukan bahwa hasil tes HIV-nya positif, mereka dikonfrontasikan pada kenyataan bahwa mereka berhadapan dengan suatu keadaan terminal. Kenyataan ini akan memunculkan perasaan shock, penyangkalan, tidak percaya, depresi, kesepian, rasa tak berpengharapan, duka, marah, dan takut. Hal ini dapat menimbulkan kecemasan dan depresi.</p> <p>Selama tahun-tahun awal di mana belum muncul gejala, stres akan berkurang. Tetapi, dengan berjalannya waktu di mana fungsi imun semakin menurun dan mulai ada tanda-tanda berhubungan dengan HIV seperti ruam-ruam kulit, penurunan berat badan, sesak napas, dan sebagainya, kecemasan serta depresi dapat timbul lagi. Mungkin disertai pula gagasan bunuh diri, gangguan tidur, dan sebagainya.</p> <p>Pasien <a href="http://kakadens.blogspot.com/2011/01/psikologi-pendidikan-dampak-psikologis.html">HIV/AIDS</a> memiliki kebutuhan-kebutuhan khusus yang perlu dipertimbangkan dengan menetapkan tujuan terapi sebagai berikut:</p> <ol><li>Membantu pasien mempertahankan kontrol akan hidupnya dan membantu mereka menemukan mekanisme pertahanan yang sehat, termasuk sikap yang selalu positif dalam menghadapi begitu banyak tantangan dan stres dalam perjalanan penyakitnya.</li><li>Membantu pasien menghadapi perasaan bersalah, penyangkalan, panik, dan putus asa.</li><li>Bekerja bersama pasien menciptakan perasaan self-respect (menghormati diri sendiri) dan menyelesaikan konflik mereka jika ada (misalnya homoseksualitas, penggunaan obat-obat terlarang, dan sebagainya).</li><li>Membantu mereka berkomunikasi dengan keluarga, pasangan hidup dan teman-teman mengenai penyakit mereka dan rasa takut akan penolakan serta ditinggalkan. Juga membantu mereka membina hubungan interpersonal yang memuaskan.</li><li>Membantu mereka membangun strategi untuk berhadapan dengan krisis nyata yang mungkin terjadi, baik dalam kesehatan maupun sosioekonomi, dan hal-hal dalam kehidupan lainnya.</li></ol><br /><br /><hr /><span style="font-size:78%;"><br /></span><center> <span style="font-size:78%;"><a href="http://infointermedia.com/">training center</a> | <a href="http://infointermedia.com/">pelatihan humas</a> | <a href="http://infointermedia.com/">pelatihan jurnalistik</a> | <a href="http://infointermedia.com/">workshop jurnalistik</a> | <a href="http://kakadens.blogspot.com/">psikologi</a> | <a href="http://kakadens.blogspot.com/">psikologi pendidikan</a> | <a href="http://kakadens.blogspot.com/">psikologi sosial</a> | <a href="http://kakadens.blogspot.com/">psikologi anak</a> | <a href="http://kakadens.blogspot.com/">psikologi umum</a></span></center>Kaka Dens Khttp://www.blogger.com/profile/00479097781151698027noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6814927078196024490.post-77873789369660862382011-01-10T08:32:00.000-08:002011-03-07T05:26:28.321-08:00Psikologi Pendidikan >> Definisi Kecemasan<h2><a href="http://kakadens.blogspot.com/"><span style="font-weight: bold;font-size:100%;" >Definisi Kecemasan</span></a><br /></h2><span>By Muhammad Baitul Alim<br /><br /></span>Lazarus (1969), kecemasan merupakan suatu respon dari pengalaman yang dirasa tidak menyenangkan dan di ikuti perasaan gelisah, khawatir, dan takut. Kecemasan merupakan aspek subjektif dari emosi seseorang karena melibatkan faktor perasaan yang tidak menyenangkan yang sifatnya subjektif dan timbul karena menghadapi tegangan, ancaman kegagalan, perasaan tidak aman dan konflik dan biasanya individu tidak menyadari dengan jelas apa yang menyebabkan ia mengalami kecemasan. <p>The New Encyclopedia Britannica (1990) kecemasan <span id="more-1040"></span>atau anxiety adalah suatu perasaan takut, kekuatiran atau kecemasan yang seringkali terjadi tanpa ada penyebab yang jelas. Kecemasan dibedakan dari rasa takut yang sebenarnya, rasa takut itu timbul karena penyebab yang jelas dan adanya fakta-fakta atau keadaan yang benar-benar membahayakan, sedangkan kecemasan timbul karena respon terhadap situasi yang kelihatannya tidak menakutkan, atau bisa juga dikatakan sebagai hasil dari rekaan, rekaan pikiran sendiri (praduga sbuyektif), dan juga suatu prasangka pribadi yang menyebabkan seseorang mengalami kecemasan.</p> <p>Pendekatan-pendekatan kecemasan :</p> <ol><li>Psikoanalitik menyatakan bahwa sumber-sumber kecemasan adalah adanya suatu konflik bawah sadar. Freud meyakini bahwa kecemasan merupakan hasil dari konflik antara dorongan-dorongan id dan desakan-desakan ego, dan superego. Dorongan ini dapat merupakan ancaman bagi setiap individu karena berlawanan dengan nilai-nilai personal dan social (Atkinson, dkk, 1983 : 431-432).</li><li>Teori perilaku menyatakan bahwa kecemasan adalah suatu respon yang dibiaskan terhadap stimuli lingkungan spesifik. Pengertian kognitif keadaan kecemasan nonfobik menyatakan bahwa pola berpikir yang salah, terdistorsi, atau tidak produktif (counterproductive) menyertai atau mendahului perilaku maladaptive dan gangguan emosional. Subjek yang menderita gangguan kecemasan cenderung menilai lebih (overestimate) terhadap derajat bahaya dan kemungkinan bahaya di dalam situasi tertentu dan cenderung menilai rendah (underestimate) kemampuan dirinya untuk mengatasi ancaman yang datang kepada kesehatan fisik dan psikologisnya.</li></ol> <p>Sue (dalam Herber dan Runyon, 1984) membagi kecemasan dalam empat cara, yaitu :</p><ol><li>Cara kognif yaitu dapat berubah dari rasa khawatir hingga panik, preokupasi pada bahaya yang tidak mengenakkan untuk diketahui, ketidakmampuan berkonsentrasi dan mengambil keputusan, dan sulit tidur.</li><li>Cara motorik yaitu sering menunjukkan gerakan-gerakan tidak beratur, gemetar, individu sering menunjukkan beberapa perilaku seperti gelisah, melangkah mondar-mandir, menggigit-gigiti bibir dan kuku, dan gugup.</li><li>Cara otomatis yaitu perubahan pada sistem saraf otonom dan sering direfleksikan dalam bentuk sesak nafas, mulut kering, tangan dan kaki jadi dingin, sering buang air kecil, jantung berdebar-debar, tekanan darah meningkat, keringat berlebihan, ketegangan otot dan gangguan pencernaan.</li><li>Cara afektif yaitu seperti merasa tidak enak dan khawatir mengenai bahaya yang akan datang.</li></ol> <p>Tipe Kecemasan :</p> <ol><li>Maramis (1990) membagi kecemasan menjadi 3 bagian :</li><li>kecemasan yang mengambang (free floating anxiety), kecemasan yang menyerap dan tidak ada hubungannya dengan suatu pemikiran.</li><li>Agitasi, kecemasan yang disertai kegelisahan motorik yang hebat.</li><li>Panik, serangan kecemasan yang hebat dengan kegelisahan dan kebingungan serta hiperaktifitas yang tidak terkontrol.</li></ol> <p>Freud (dalam Suryabrata, 1982), membagi kecemasan berdasarkan sumbernya :</p> <ol><li>kecemasan neurotis yang timbul karena id (rangsangan insting yang menuntut pemuasan segera) muncul sebagai suatu rangsangan yang mendorong ego untuk melakukan hel-hal yang tidak dapat diterima oleh lingkungan. Ciri kecemasan neurotic yang dapat dilihat dengan jelas adalah ketakutan yang tegang dan tidak rasional phobia).</li><li>kecemasan moral, individu yang superego berkembang baik cenderung untuk merasa berdosa apabila ia melakukan atau bahkan berpikir untuk melakukan sesuatu yang bertentangan dengan norma-norma moral. Kecemasan moral ini juga mempunyai dasar dalam realitas karena dimasa yang lampau orang telah mendapatkan hukuman sebagai akibat dari perbuatan yang melanggar kode moral dan mungkin akan mendapatkan hukuman lagi.</li><li>kecemasan realistis, kecemasan yang timbul karena adanya ancaman dari dunia luar. Kecemasan ini sering kali di interpretasikan sebagai rasa takut. Kecemasan realistis ini adalah kecemasan yang paling pokok sedangkan dua kecemasan yang lain (neurotik dan moral) berasal dari kecemasan ini.</li></ol> <p>Freud (Hillgrad & Atkinson, 1979), membagi kecemasan menjadi dua bagian :</p> <ol><li>Kecemasan objektif, kecemasan ini dinilai Freud sebagai suatu respon yang tidak relistik terhadap bahaya eksternal yang mulanya sama dengan rasa takut.</li><li>kecemasan neurotis, kecemasan yang timbul dari konflik alam bawah sadar dalam diri individu karena konflik itu tidak disadari, individu tidak mengatahui alasan kecemasannya.</li></ol><p><br /></p><p><span style="font-style: italic;font-size:78%;" >Source: http://www.psikologizone.com/definisi-kecemasan-apa-itu-kecemasan</span></p><p><br /></p><br /><br /><hr /><span style="font-size:78%;"><br /></span><center> <span style="font-size:78%;"><a href="http://infointermedia.com/">training center</a> | <a href="http://infointermedia.com/">pelatihan humas</a> | <a href="http://infointermedia.com/">pelatihan jurnalistik</a> | <a href="http://infointermedia.com/">workshop jurnalistik</a> | <a href="http://kakadens.blogspot.com/">psikologi</a> | <a href="http://kakadens.blogspot.com/">psikologi pendidikan</a> | <a href="http://kakadens.blogspot.com/">psikologi sosial</a> | <a href="http://kakadens.blogspot.com/">psikologi anak</a> | <a href="http://kakadens.blogspot.com/">psikologi umum</a></span></center>Kaka Dens Khttp://www.blogger.com/profile/00479097781151698027noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6814927078196024490.post-16059473125132647352011-01-09T20:50:00.000-08:002011-03-07T05:26:28.337-08:00Psikologi Pendidikan Menurut Encyclopedia Amerika<p>Pengertian Psikologi Pendidikan Menurut Encyclopedia Amerika</p> <p>Education Psychology is concerned with finding and applying principles and techniques that promote efficiency in instruction</p> <p>According Barlow ( 1985 ) said Education Psychology is a body of knowledge grounded in psychologycal research wich providers repertoire of resourses to aid you in funcioning more effectively in teaching – learning process</p> <p>Witherington ( 19778 ) said Education Psychology is a systematic study of the process and factors involved in the education of human being<span id="more-39"></span></p> <p>Muhibbin Syah ( 2002 ) Said education Psychology is sebuah disiplin psychology yang menyelidiki masalah psikologis yang terjadi dalam dunia pendidikan</p> <p>Elliot, dkk ( 1999 ) Said Education Psychology is the application of psychology to the study of development, learning, motivation, instruction and related issues</p><br /><br /><br /><hr /><span style="font-size:78%;"><br /></span><center> <span style="font-size:78%;"><a href="http://infointermedia.com/">training center</a> | <a href="http://infointermedia.com/">pelatihan humas</a> | <a href="http://infointermedia.com/">pelatihan jurnalistik</a> | <a href="http://infointermedia.com/">workshop jurnalistik</a> | <a href="http://kakadens.blogspot.com/">psikologi</a> | <a href="http://kakadens.blogspot.com/">psikologi pendidikan</a> | <a href="http://kakadens.blogspot.com/">psikologi sosial</a> | <a href="http://kakadens.blogspot.com/">psikologi anak</a> | <a href="http://kakadens.blogspot.com/">psikologi umum</a></span></center>Kaka Dens Khttp://www.blogger.com/profile/00479097781151698027noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6814927078196024490.post-5988044242915749752011-01-09T12:45:00.000-08:002011-03-07T05:26:28.350-08:00Psikologi Pendidikan dan GuruPsikologi Pendidikan dan Guru<br /><br />Secara etimologis, psikologi berasal dari kata “psyche” yang berarti jiwa atau nafas hidup, dan “logos” atau ilmu. Dilihat dari arti kata tersebut seolah-olah psikologi merupakan ilmu jiwa atau ilmu yang mempelajari tentang jiwa. Jika kita mengacu pada salah satu syarat ilmu yakni adanya obyek yang dipelajari, maka tidaklah tepat jika kita mengartikan psikologi sebagai ilmu jiwa atau ilmu yang mempelajari tentang jiwa, karena jiwa merupakan sesuatu yang bersifat abstrak dan tidak bisa diamati secara langsung.<br />Berkenaan dengan obyek psikologi ini, maka yang paling mungkin untuk diamati dan dikaji adalah manifestasi dari jiwa itu sendiri yakni dalam bentuk perilaku individu dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Dengan demikian, psikologi kiranya dapat diartikan sebagai suatu ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu dalam berinteraksi dengan lingkungannya.<br />Psikologi terbagi ke dalam dua bagian yaitu psikologi umum (general phsychology) yang mengkaji perilaku pada umumnya dan psikologi khusus yang mengkaji perilaku individu dalam situasi khusus, diantaranya :<br />Psikologi Perkembangan; mengkaji perilaku individu yang berada dalam proses perkembangan mulai dari masa konsepsi sampai dengan akhir hayat.<br />Psikologi Kepribadian; mengkaji perilaku individu khusus dilihat dari aspek – aspek kepribadiannya.<br />Psikologi Klinis; mengkaji perilaku individu untuk keperluan penyembuhan (klinis)<br />Psikologi Abnormal; mengkaji perilaku individu yang tergolong abnormal.<br />Psikologi Industri; mengkaji perilaku individu dalam kaitannya dengan dunia industri.<br />Psikologi Pendidikan; mengkaji perilaku individu dalam situasi pendidikan<br />Disamping jenis – jenis psikologi yang disebutkan di atas, masih terdapat berbagai jenis psikologi lainnya, bahkan sangat mungkin ke depannya akan semakin terus berkembang, sejalan dengan perkembangan kehidupan yang semakin dinamis dan kompleks.<br />Psikologi pendidikan dapat dikatakan sebagai suatu ilmu karena didalamnya telah memiliki kriteria persyaratan suatu ilmu, yakni :<br />Ontologis; obyek dari psikologi pendidikan adalah perilaku-perilaku individu yang terlibat langsung maupun tidak langsung dengan pendidikan, seperti peserta didik, pendidik, administrator, orang tua peserta didik dan masyarakat pendidikan.<br />Epistemologis; teori-teori, konsep-konsep, prinsip-prinsip dan dalil – dalil psikologi pendidikan dihasilkan berdasarkan upaya sistematis melalui berbagai studi longitudinal maupun studi cross sectional, baik secara pendekatan kualitatif maupun pendekatan kuantitatif.<br />Aksiologis; manfaat dari psikologi pendidikan terutama sekali berkenaan dengan pencapaian efisiensi dan efektivitas proses pendidikan.<br />Dengan demikian, psikologi pendidikan dapat diartikan sebagai salah satu cabang psikologi yang secara khusus mengkaji perilaku individu dalam konteks situasi pendidikan dengan tujuan untuk menemukan berbagai fakta, generalisasi dan teori-teori psikologi berkaitan dengan pendidikan, yang diperoleh melalui metode ilmiah tertentu, dalam rangka pencapaian efektivitas proses pendidikan.<br />Pendidikan memang tidak bisa dilepaskan dari psikologi. Sumbangsih psikologi terhadap pendidikan sangatlah besar. Kegiatan pendidikan, khususnya pada pendidikan formal, seperti pengembangan kurikulum, Proses Belajar Mengajar, sistem evaluasi, dan layanan Bimbingan dan Konseling merupakan beberapa kegiatan utama dalam pendidikan yang di dalamnya tidak bisa dilepaskan dari psikologi.<br />Pendidikan sebagai suatu kegiatan yang di dalamnya melibatkan banyak orang, diantaranya peserta didik, pendidik, adminsitrator, masyarakat dan orang tua peserta didik. Oleh karena itu, agar tujuan pendidikan dapat tercapai secara efektif dan efisien, maka setiap orang yang terlibat dalam pendidikan tersebut seyogyanya dapat memahami tentang perilaku individu sekaligus dapat menunjukkan perilakunya secara efektif.<br />Guru dalam menjalankan perannya sebagai pembimbing, pendidik dan pelatih bagi para peserta didiknya, tentunya dituntut memahami tentang berbagai aspek perilaku dirinya maupun perilaku orang-orang yang terkait dengan tugasnya,–terutama perilaku peserta didik dengan segala aspeknya–, sehingga dapat menjalankan tugas dan perannya secara efektif, yang pada gilirannya dapat memberikan kontribusi nyata bagi pencapaian tujuan pendidikan di sekolah.<br />Di sinilah arti penting Psikologi Pendidikan bagi guru. Penguasaan guru tentang psikologi pendidikan merupakan salah satu kompetensi yang harus dikuasai guru, yakni kompetensi pedagogik. Muhibbin Syah (2003) mengatakan bahwa “diantara pengetahuan-pengetahuan yang perlu dikuasai guru dan calon guru adalah pengetahuan psikologi terapan yang erat kaitannya dengan proses belajar mengajar peserta didik”<br />Dengan memahami psikologi pendidikan, seorang guru melalui pertimbangan – pertimbangan psikologisnya diharapkan dapat :<br />1. Merumuskan tujuan pembelajaran secara tepat.<br />Dengan memahami psikologi pendidikan yang memadai diharapkan guru akan dapat lebih tepat dalam menentukan bentuk perubahan perilaku yang dikehendaki sebagai tujuan pembelajaran. Misalnya, dengan berusaha mengaplikasikan pemikiran Bloom tentang taksonomi perilaku individu dan mengaitkannya dengan teori-teori perkembangan individu.<br />2. Memilih strategi atau metode pembelajaran yang sesuai.<br />Dengan memahami psikologi pendidikan yang memadai diharapkan guru dapat menentukan strategi atau metode pembelajaran yang tepat dan sesuai, dan mampu mengaitkannya dengan karakteristik dan keunikan individu, jenis belajar dan gaya belajar dan tingkat perkembangan yang sedang dialami siswanya.<br />3. Memberikan bimbingan atau bahkan memberikan konseling.<br />Tugas dan peran guru, di samping melaksanakan pembelajaran, juga diharapkan dapat membimbing para siswanya. Dengan memahami psikologi pendidikan, tentunya diharapkan guru dapat memberikan bantuan psikologis secara tepat dan benar, melalui proses hubungan interpersonal yang penuh kehangatan dan keakraban.<br />4. Memfasilitasi dan memotivasi belajar peserta didik.<br />Memfasilitasi artinya berusaha untuk mengembangkan segenap potensi yang dimiliki siswa, seperti bakat, kecerdasan dan minat. Sedangkan memotivasi dapat diartikan berupaya memberikan dorongan kepada siswa untuk melakukan perbuatan tertentu, khususnya perbuatan belajar. Tanpa pemahaman psikologi pendidikan yang memadai, tampaknya guru akan mengalami kesulitan untuk mewujudkan dirinya sebagai fasilitator maupun motivator belajar siswanya.<br />5. Menciptakan iklim belajar yang kondusif.<br />Efektivitas pembelajaran membutuhkan adanya iklim belajar yang kondusif. Guru dengan pemahaman psikologi pendidikan yang memadai memungkinkan untuk dapat menciptakan iklim sosio-emosional yang kondusif di dalam kelas, sehingga siswa dapat belajar dengan nyaman dan menyenangkan.<br />6, Berinteraksi secara tepat dengan siswanya.<br />Pemahaman guru tentang psikologi pendidikan memungkinkan untuk terwujudnya interaksi dengan siswa secara lebih bijak, penuh empati dan menjadi sosok yang menyenangkan di hadapan siswanya.<br />7. Menilai hasil pembelajaran yang adil.<br />Pemahaman guru tentang psikologi pendidikan dapat mambantu guru dalam mengembangkan penilaian pembelajaran siswa yang lebih adil, baik dalam teknis penilaian, pemenuhan prinsip-prinsip penilaian maupun menentukan hasil-hasil penilaian.<br /><br />Disadur dari http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/02/02/psikologi-pendidikan-dan-guru/<br /><br /><br /><br /><hr /><span style="font-size:78%;"><br /></span><center> <span style="font-size:78%;"><a href="http://infointermedia.com/">training center</a> | <a href="http://infointermedia.com/">pelatihan humas</a> | <a href="http://infointermedia.com/">pelatihan jurnalistik</a> | <a href="http://infointermedia.com/">workshop jurnalistik</a> | <a href="http://kakadens.blogspot.com/">psikologi</a> | <a href="http://kakadens.blogspot.com/">psikologi pendidikan</a> | <a href="http://kakadens.blogspot.com/">psikologi sosial</a> | <a href="http://kakadens.blogspot.com/">psikologi anak</a> | <a href="http://kakadens.blogspot.com/">psikologi umum</a></span></center>Kaka Dens Khttp://www.blogger.com/profile/00479097781151698027noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6814927078196024490.post-12242813956210227152011-01-09T12:23:00.000-08:002011-03-07T05:26:28.366-08:00Peranan >> Psikologi Pendidikan<a href="http://kakadens.blogspot.com/2011/01/peranan-psikologi-pendidikan.html">PERANAN PSIKOLOGI-PENDIDIKAN PADA PENDIDIKAN ANAK USIA DINI</a><br /><br />Kajian psikologi pendidikan telah melahirkan berbagai teori yang mendasari sistem pembelajaran. Kita mengenal adanya sejumlah teori dalam pembelajaran, seperti : teori classical conditioning, connectionism, operant conditioning, gestalt, teori daya, teori kognitiff dan teori-teori pembelajaran lainnya. Terlepas dari kontroversi yang menyertai kelemahan dari masing masing teori tersebut, pada kenyataannya teori-teori tersebut telah memberikan sumbangan yang signifikan dalam proses pembelajaran. Di samping itu, kajian psikologi pendidikan telah melahirkan pula sejumlah prinsip-prinsip yang melandasi kegiatan pembelajaran Nasution (Daeng Sudirwo,2002) mengetengahkan tiga belas prinsip dalam belajar, yakni :<br /><br />1. Agar seorang benar-benar belajar, ia harus mempunyai suatu tujuan<br />2. Tujuan itu harus timbul dari atau berhubungan dengan kebutuhan hidupnya dan bukan karena dipaksakan oleh orang lain.<br />3. Orang itu harus bersedia mengalami bermacam-macam kesulitan dan berusaha dengan tekun untuk mencapai tujuan yang berharga baginya.<br />4. Belajar itu harus terbukti dari perubahan kelakuannya.<br />5. Selain tujuan pokok yang hendak dicapai, diperolehnya pula hasil sambilan.<br />6. Belajar lebih berhasil dengan jalan berbuat atau melakukan.<br />7. Seseorang belajar sebagai keseluruhan, tidak hanya aspek intelektual namun termasuk pula aspek emosional, sosial, etis dan sebagainya.<br />8. Seseorang memerlukan bantuan dan bimbingan dari orang lain.<br />9. Untuk belajar diperlukan insight. Apa yang dipelajari harus benar-benar dipahami. Belajar bukan sekedar menghafal fakta lepas secara verbalistis.<br />10. Disamping mengejar tujuan belajar yang sebenarnya, seseorang sering mengejar tujuan-tujuan lain.<br />11. Belajar lebih berhasil, apabila usaha itu memberi sukses yang menyenangkan.<br />12. Ulangan dan latihan perlu akan tetapi harus didahului oleh pemahaman.<br />13. Belajar hanya mungkin kalau ada kemauan dan hasrat untuk belajar. <div color="transparent" style="overflow: hidden; color: rgb(0, 0, 0); text-decoration: none; border: medium none;"><br /><br /><hr /><span style="font-size:78%;"><br /></span><center> <span style="font-size:78%;"><a href="http://infointermedia.com/">training center</a> | <a href="http://infointermedia.com/">pelatihan humas</a> | <a href="http://infointermedia.com/">pelatihan jurnalistik</a> | <a href="http://infointermedia.com/">workshop jurnalistik</a> | <a href="http://kakadens.blogspot.com/">psikologi</a> | <a href="http://kakadens.blogspot.com/">psikologi pendidikan</a> | <a href="http://kakadens.blogspot.com/">psikologi sosial</a> | <a href="http://kakadens.blogspot.com/">psikologi anak</a> | <a href="http://kakadens.blogspot.com/">psikologi umum</a></span></center><br /></div>Kaka Dens Khttp://www.blogger.com/profile/00479097781151698027noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6814927078196024490.post-57382896206486667682011-01-09T11:36:00.000-08:002011-03-07T05:26:28.378-08:00Ruang Lingkup >> Psikologi Pendidikan<p><a href="http://kakadens.blogspot.com/2011/01/ruang-lingkup-psikologi-pendidikan_09.html">Ruang lingkup psikologi pendidikan</a> menurut Good & Broopy ( 1997 )<br />· Hubungan antara psikologi dengan guru<br />· Manajemen kelas : Perkembangan dan sosialisasi anak kepemimpinan dan dinamika kelompok, modelling, reward, punishment, extinction. Hasil – hasil penelitian manajemen kelas, persiapan dan pelaksanaan pengajaran yang baik.<br />· Mengurai masalah belajar : pengertian, prinsip, perbedaan individu dalam belajar, model dan desain belajar dan prinsip pengajaran<span id="more-522"></span><br />· Pertumbuhan dan perkembangan dalam pendidikan : Prinsop dalam perkembangan fisik, kognitif, sosial dan kepribadian, kreativitas dan aplikasinya dalam pendidikan<br />· Motivasi : Pengertian, teori dan aplikasinya dalam pendidikan<br />· Evaluasi dalam belajar : pengertian, macam, cara menyusun, prosedur penilaian, monitoring kemajuan siswa, validiras dan realibilitas penggunaan statistik dalam pengolahan hasil tes<br />Namun menurut Sumadi Suryobroto ( 1984 ) Ruang Lingkup <span>psikologi pendidikan</span> meliputi :<br />· Pengetahuan tentang <span style="font-weight: bold;">psikologi pendidikan</span> : pengertian ruang lingkup, tujuan mempelajari dan sejarah munculnya <span style="font-weight: bold;">psikologi pendidikan</span><br />· Pembawaaan<br />· Lingkungan fisik dan psikologis<br />· Perkembangan siswa<br />· Proses – proses tingkah laku<br />· Hakekat dan ruang lingkup belajar<br />· Faktor yang mempengaruhi belajar<br />· Hukum dan teori belajar<br />· Pengukuran pendidikan<br />· Aspek praktis pengukuran pendidikan<br />· Transfer belajar<br />· Ilmu statistik dasar<br />· Kesehatan mental<br />· Pendidikan membentuk watak / kepribadian<br />· Kurikulum pendidikan sekolah dasar<br />· Kurikulum pendidikan sekolah menengah<br />Menurut Elliot, dkk ( 1999 )<br />Introduction to edicational psychology :<br />· Educational psychology : teaching and learning<br />· Research and educational psychology<br />· Deversity in the classroom : Culture, Class, and Gender<br />The Development of student<br />· Cognitive and language development<br />· Psychosicial and moral development<br />· Excepcional students<br />Learning teori and practice<br />· Behavioral psychology and learning<br />· Cognitive psychology and learning<br />· Thingking skill and problem solving strategies<br />· Motivation in the classroom<br />Desaign and management of classroom instruction<br />· Planning for essential learning outcomes<br />· Effective teaching strategies and the desaign of instruction<br />· Classroom management : Organitation and control<br />· Teaching and technology<br />Assesment learning and evaluating education<br />· Teacher construction test and perfomance assesment method<br />· Standardized test and rating scale in the classroom<br />Manfaat <span style="font-weight: bold;">Psikologi Pendidikan</span><br />Menurut Moh Surya ( 1972 )<br />· Untuk membantu para guru dalam mengembangkan pemahaman yang lebih baik mengenai pendidikan dan profesinya<br />Menurut Chaplin ( 1972 )<br />· Untuk membantu memcahkan masalah yang terdapat dalam dunia pendidikan yang meliputi guru, siswa, materi, metode, dalam masalah belajar – mengajar</p><p><br />Terdapat beberapa macam – macam kegiatan yang memerlukan prinsip psikologis :<br />· Seleksi penerimaan siswa baru<br />· Perencanaan pendidikan<br />· Penyusun kurikulum<br />· Penelitian kependidikan<br />· Administrasi kependidikan<br />· Pemilihan materi pelajaran<br />· Interaksi belajar – mengajar<br />· Pelayanan bimbingan dan konseling<br />· Evaluasi belajar</p><p><br /></p><p><br /></p><br /><br /><hr /><span style="font-size:78%;"><br /></span><center> <span style="font-size:78%;"><a href="http://infointermedia.com/">training center</a> | <a href="http://infointermedia.com/">pelatihan humas</a> | <a href="http://infointermedia.com/">pelatihan jurnalistik</a> | <a href="http://infointermedia.com/">workshop jurnalistik</a> | <a href="http://kakadens.blogspot.com/">psikologi</a> | <a href="http://kakadens.blogspot.com/">psikologi pendidikan</a> | <a href="http://kakadens.blogspot.com/">psikologi sosial</a> | <a href="http://kakadens.blogspot.com/">psikologi anak</a> | <a href="http://kakadens.blogspot.com/">psikologi umum</a></span></center>Kaka Dens Khttp://www.blogger.com/profile/00479097781151698027noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6814927078196024490.post-89728243789352074652011-01-09T11:11:00.000-08:002011-03-07T05:26:28.391-08:00Studi >> Psikologi Pendidikan<a href="http://kakadens.blogspot.com/">Psikologi pendidikan</a> adalah studi ilmiah tentang perilaku dan proses mental. <span style="font-weight: bold;">Psikologi pendidikan</span> adalah cabang ilmu psikologi yang mengkhususkan diri pada cara memahami pengajaran dan pembelajaran dalam lingkungan pendidikan. <span style="font-weight: bold;">Psikologi pendidikan</span> adalah bidang yang sangat luas sehingga dibutuhkan satu buah bahasan tersendiri untuk menjelaskannya. <p>Awal mula munculnya <span style="font-weight: bold;">psikologi pendidikan</span> berawal dari tokoh pertama, William James (1842-1910) memberikan serangkaian kuliah bertajuk “<em>Talks to Teachers</em>”. Dalam kuliah ini ia mendiskusikan aplikasi psikologi untuk mendidik anak. Ia menegaskan pentingnya mempelajari proses belajar dan mengajar di kelas guna meningkatkan mutu pendidikan. Salah satu rekomendasinya adalah mulai mengajar pada titik yang sedikit lebih tinggi di atas tingkat pengetahuan dan pemahaman anak dengan tujuan untuk memperluas cakrawala pemikiran anak.</p> <p>Tokoh kedua, John Dewey (1859-1952) merupakan motor penggerak pengaplikasian psikologi dalam tingkat praktis, sehingga kemudian ia membangun laboratorium <span style="font-weight: bold;">psikologi pendidikan</span> pertama di Universitas Columbia Amerika Serikat (1894). Beberapa kajian yang penting darinya adalah pertama, kita mendapatkan pandangan tentang anak sebagai pembelajar aktif (<em>active learning</em>), dimana anak bukan pasif duduk diam menerima pelajaran tetapi juga aktif agar proses belajar anak akan lebih baik.</p> <p>Kedua, pendidikan harus difokuskan pada anak secara keseluruhan dan kemampuan anak untuk beradaptasi dengan lingkungannya. Dewey percaya bahwa anak-anak seharusnya tidak mendapatkan pelajaran akademik saja, tetapi juga harus mempelajari cara untuk berpikir dan beradaptasi dengan lingkungan luar sekolah, seperti mampu untuk memecahkan masalah dengan baik. Ketiga, ia berpendapat bahwa semua anak berhak mendapatkan pendidikan yang selayaknya, mulai dari kaya dan miskin, laki-laki dan perempuan, semua golongan etnis, sampai pada semua lapisan ekonomi-sosial.</p> <p>Tokoh ketiga, E.L Thorndike (1874-1949) berpendapat bahwa salah satu tugas pendidikan di sekolah yang paling penting adalah menanamkan keahlian penalaran anak. Thorndike sangat ahli dalam melakukan studi belajar dan mengajar secara ilmiah. Thorndike mengajukan gagasan bahwa <span style="font-weight: bold;">psikologi pendidikan</span> harus punya basis ilmiah dan harus berfokus pada pengukuran.</p> <p><strong>Mengajar : Antara Seni dan Ilmu Pengetahuan</strong></p> <p>Seberapa ilmiahkah pendekatan mengajar yang dipakai seorang guru? Baik sains maupun seni dan pengalaman keahlian mengajar berperan penting bagi keberhasilan seorang guru. Bidang <span style="font-weight: bold;">psikologi pendidikan</span> banyak mengambil sumber teori dan riset psikologi yang lebih luas. Misalnya, teori perkembangan kognitif dan bicara dalam rangka memberikan informasi bagi guru tentang bagaimana mendidik anak.</p> <p><span style="font-weight: bold;">Psikologi pendidikan</span> juga banyak memanfaatkan teori dan riset yang disusun dan dilakukan langsung oleh para ahli <span style="font-weight: bold;">psikologi pendidikan</span> dan dari pengalaman praktis para guru. Misalnya, motivasi, mengajar dan pembelajaran yang seharusnya diterapkan dalam proses pendidikan. Ahli <span style="font-weight: bold;">psikologi pendidikan</span> juga mengakui bahwa mengajar terkadang harus mengabaikan saran-saran ilmiah, tetapi menggunakan improvisasi dan spontanitas.</p> <p>Sebagai sebuah ilmu, tujuan <span style="font-weight: bold;">psikologi pendidikan</span> adalah memberi kita pengetahuan riset yang dapat secara efektif di aplikasikan untuk situasi mengajar. Tetapi, pengajaran kita tetap merupakan sebuah seni mengajar. Selain hal-hal yang bisa kita pelajari dari riset, kita juga akan terus-menerus membuat penilaian penting di kelas berdasarkan keahlian dan pengalaman pribadi kita, dan juga berdasarkan saran yang bijak dari guru-guru lain yang lebih berpengalaman.</p> <p>Daftar Pustaka:<br />santrock, W John. 2004.<em> Educational Psychology: 2nd Editio</em>n. McGraw-Hill Company, inc.</p><p><br /></p><br /><br /><hr /><span style="font-size:78%;"><br /></span><center> <span style="font-size:78%;"><a href="http://infointermedia.com/">training center</a> | <a href="http://infointermedia.com/">pelatihan humas</a> | <a href="http://infointermedia.com/">pelatihan jurnalistik</a> | <a href="http://infointermedia.com/">workshop jurnalistik</a> | <a href="http://kakadens.blogspot.com/">psikologi</a> | <a href="http://kakadens.blogspot.com/">psikologi pendidikan</a> | <a href="http://kakadens.blogspot.com/">psikologi sosial</a> | <a href="http://kakadens.blogspot.com/">psikologi anak</a> | <a href="http://kakadens.blogspot.com/">psikologi umum</a></span></center>Kaka Dens Khttp://www.blogger.com/profile/00479097781151698027noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6814927078196024490.post-2778049988246089632011-01-09T10:37:00.000-08:002011-03-07T05:26:28.407-08:00Makalah >> Psikologi Pendidikan<span style="font-weight: bold;">Makalah Psikologi Pendidikan</span><br /><br /><a href="http://www.4shared.com/file/237332598/3d4809e/tugaskuliahinfo-Psikologi-Pend.html">DOwnload Lengkap Makalah disini </a><br /><br />Ringkasan isi<br />Pendidikan merupakan proses tiada henti sejak manusia dilahirkan hingga akhir hayat. Bahkan banyak pendapat mengatakan bahwa pendidikan sudah dimulai sejak manusia masih berada dalam kandungan (pra-natal). Pastinya, proses pendidikan akan dan harus dialami dan dijalani oleh setiap manusia di setiap waktu. Masa usia dini (2 – 5 tahun) adalah salah satu fase pendidikan yang dijalani oleh manusia. Masa ini merupakan masa pendidikan yang lebih terfokus pada psikomotor anak serta penanaman akhlaq dan sikap hidup anak didik. Psikologi pendidikan sebagai salah satu cabang ilmu psikologi, memberikan kontribusi penting pada proses pendidikan anak usia dini. Tidak bisa dipungkiri lagi bahwa sudah sejak lama bidang psikologi pendidikan telah digunakan sebagai landasan dalam pengembangan teori dan praktek pendidikan dan telah memberikan kontribusi yang besar terhadap pendidikan, diantaranya terhadap pengembangan kurikulum, sistem pembelajaran dan sistem penilaian.<br />B. RUMUSAN MASALAH<br />Banyak masalah yang dapat diangkat mengenai psikologi pendidikan dalam pendidikan anak usia dini. Pada makalah ini penulis akan mengangkat masalah “Bagaimana peranan psikologi pendidikan pada pendidikan anak usia dini”. Beberapa pertanyaan masalah yang akan penulis bahas yaitu:<br />1. Apa yang dimaksud dengan psikologi pendidikan?<br />2. Apa yang dimaksud dengan pendidikan anak usia dini?<br />3. Bagaimana peranan psikologi pendidikan pada pendidikan anak usia dini?<br /><br />2<br />BAB II PEMBAHASAN<br />A. PSIKOLOGI PENDIDIKAN<br />Psikologi (dari bahasa Yunani Kuno: psyche = jiwa dan logos = kata) dalam arti bebas psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang jiwa/mental. Psikologi tidak mempelajari jiwa/mental itu secara langsung karena sifatnya yang abstrak, tetapi psikologi membatasi pada manifestasi dan ekspresi dari jiwa/mental tersebut yakni berupa tingkah laku dan proses atau kegiatannya, sehingga Psikologi dapat didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku dan proses mental.<br />Psikologi adalah ilmu yang tergolong muda (sekitar akhir 1800an.) Tetapi, orang di sepanjang sejarah telah memperhatikan masalah psikologi. Seperti filsuf yunani terutama Plato dan Aristoteles. Setelah itu St. Augustine (354-430) dianggap tokoh besar dalam psikologi modern karena perhatiannya pada intropeksi dan keingintahuannya tentang fenomena psikologi. Descrates (1596-1650) mengajukan teori bahwa hewan adalah mesin yang dapat dipelajari sebagaimana mesin lainnya. Ia juga memperkenalkan konsep kerja refleks. Banyak ahli filsafat terkenal lain dalam abad tujuh belas dan delapan belas—Leibnits, Hobbes, Locke, Kant, dan Hume—memberikan sumbangan dalam bidang psikologi. Pada waktu itu psikologi masih berbentuk wacana belum menjadi ilmu pengetahuan. Wilayah Aplikasi psikologi adalah wilayah-wilayah dimana kajian psikologi dapat diterapkan. walaupun demikian, belum terbiasanya orang-orang indonesia dengan spesialisasi membuat wilayah aplikasi ini rancu. misalnya, seorang ahli psikologi pendidikan mungkin saja bekerja pada HRD sebuah perusahaan, atau sebaliknya.<br /><br /><br /><hr /><span style="font-size:78%;"><br /></span><center> <span style="font-size:78%;"><a href="http://infointermedia.com/">training center</a> | <a href="http://infointermedia.com/">pelatihan humas</a> | <a href="http://infointermedia.com/">pelatihan jurnalistik</a> | <a href="http://infointermedia.com/">workshop jurnalistik</a> | <a href="http://kakadens.blogspot.com/">psikologi</a> | <a href="http://kakadens.blogspot.com/">psikologi pendidikan</a> | <a href="http://kakadens.blogspot.com/">psikologi sosial</a> | <a href="http://kakadens.blogspot.com/">psikologi anak</a> | <a href="http://kakadens.blogspot.com/">psikologi umum</a></span></center>Kaka Dens Khttp://www.blogger.com/profile/00479097781151698027noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6814927078196024490.post-743898604771627372011-01-09T09:53:00.000-08:002011-03-07T05:26:28.424-08:00Pengertian >> Psikologi PendidikanPSIKOLOGI PENDIDIKAN<br /><br />A. PENGERTIAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN<br />1. Pengertian Psikologi<br />Secara harafiah (Syah, 1997 / hal. 7)<br />Berasal dari bahasa Yunani, yang terdiri dari dua kata yaitu : psyche dan logos. Psyche berarti jiwa dan logos berarti ilmu. Jadi, psikologi berarti ilmu jiwa.<br /><br />William James (Syah, 1997/ hal. 8) menganggap psikologi sebagai ilmu pengetahuan tentang kehidupan mental<br /><br />John B. Watson (Syah, 1997 / hal.8) mengubah definisi psikologi menurut James menjadi ilmu pengetahuan tentang tingkah laku (behaviour) organisme.<br /><br />Caplin (Syah, 1997 / hal. 8) mendefinisikan psikologi sebagai<br />“..... the science of human and animal behavior, the study of of the organisme in all its variety and complexity as it responds to the flux and flow of the physical and social events which make up the environment”<br />(Psikologi adalah ilmu pengetahuan mengenai perilaku manusia dan hewan, juga penyelidikan terhadap organisme dalam segala ragam dan kerumitannya ketika mereaksi arus dan perubahan lingkungan).<br /><br />Edwin G. Boring dan Herbert S. Langfeld (Sarwono dalam Syah, 1997 / hal.8) mendefinisikan psikologi sebagai studi tentang hakikat manusia.<br /><br />Poerbakawatja dan Harahap (Syah, 1997 / hal.8) membatasi psiklogi sebagai “cabang ilmu pengetahuan yang mengadakan penyelidikan aas gejala-gejala dan kegiatan-kegiatan jiwa”. Dimana gejala-gejala dan kegiatan-kegiatan jiwa tersebut meliputi respon organisme dan hubungannya dengan lingkungannya.<br /><br />Syah (1997 / hal.9) membuat kesimpulan tentang pengertian psikologi dari beberapa definisi di atas, dimana psikologi adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki dan membahas tingkah laku terbuka dan tertutup pada manusia, baik selaku individu maupun kelompok, dalam hubungannya dengan lingkungan. Lingkungan dalam hal ini meliputi semua orang, barang, keadaan dan kejadian yang ada di sekitar manusia.<br /><br />2. Pengertian Pendidikan<br />Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Syah, 1997 / hal.10)<br />Pendidikan berasal dari kata “didik”, yang mendapat awal me sehingga menjadi “mendidik” artinya memelihara dan memberi latihan. Dalam memelihara dan memberi latihan diperlukan adanya ajaran, tuntunan, dan pimpinan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran.<br />Pendidikan ialah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan<br /><br />Menurut McLeod (Syah, 1997 / hal. 10)<br />Dalam bahasa Inggris, education (pendidikan) berasal dari kata educate (mendidikan) artinya memberi peningkatan (to elicit, to give rise to), dan mengembangkan (to evolve, to develop).<br />Dalam pengertian yang sempit, education atau pendidikan berarti perbuatan atau proses perbuatan untuk memperoleh pengetahuan<br /><br />Tardif (Syah, 1997 / hal. 10)<br />Secara luas, pendidikan adalah proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan.<br />Secara luas dan representatif, pendidikan ialah .....the total process of developing human abilities and behaviors, drawing on almost all life’s experience (seluruh tahapan pengembangan kemampuan-kemampuan dan perilaku-perilaku manusia dan juga proses penggunaan hampir seluruh pengalaman kehidupan)<br /><br />Menurut Dictionary of Psychology (Syah, 1997 / hal. 11)<br />Pendidikan diartikan sebagai ..... the institutional procedures which are employed in accomplishing the development of knowledge, habits, attitudes etc. Usually the term is applied to formal institution.<br />Jadi pendidikan berarti tahapan kegiatan yang bersifat kelembagaan (seperti sekolah, madrasah) yang dipergunakan untuk menyempurnakan perkembangan individu dalam menguasai pengetahuan, kebiasaan, sikap dan sebagainya. Pendidikan dapat berlangsung secara informal dan nonformal disamping secara formal seperti sekolah, madrasah dan institusi-institusi lainnya.<br />Bahkan menurut definisi di atas, pendidikan juga dapat berlangsung dengan cara mengajar diri sendiri (self-instruction)<br /><br />Poerbakawatja dan Harahap (Syah, 1997 / hal. 11)<br />Pendidikan adalah usaha secara sengaja dari orang dewasa untuk dengan pengaruhnya meningkatkan si anak ke kedewasaan yang selalu diartikan mampu menimbulkan tanggung jawab moril dari segala perbuatannya.<br /><br />3. Pengertian Psikologi Pendidikan<br />Arthur S. Reber (Syah, 1997 / hal. 12)<br />Psikologi pendidikan adalah sebuah subdisiplin ilmu psikologi yang berkaitan dengan teori dan masalah kependidikan yang berguna dalam hal-hal sebagai berikut :<br />a. Penerapan prinsip-prinsip belajar dalam kelas<br />b. Pengembangan dan pembaharuan kurikulum<br />c. Ujian dan evaluasi bakat dan kemampuan<br />d. Sosialisasi proses-proses dan interaksi proses-proses tersebut dengan pendayagunaan ranah kognitif<br />e. Penyenggaraan pendidikan keguruan<br /><br />Barlow (Syah, 1997 / hal. 12)<br />Psikologi pendidikan adalah ...... a body of knowledge grounded in psychological research which provides a repertoire of resource to aid you in functioning more effectively in teaching learning process.<br />Psikologi pendidikan adalah sebuah pengetahuan berdasarkan riset psikologis yang menyediakan serangkaian sumber-sumber untuk membantu anda melaksanakan tugas-tugas seorang guru dalam proses belajar mengajar secara efektif.<br /><br />Tardif (Syah, 1997 / hal. 13)<br />Psikologi pendidikan adalah sebuah bidang studi yang berhubungan dengan penerapan pengetahuan tentang perilaku manusia untuk usaha-usaha kependidikan.<br /><br />Witherington (Buchori dalam Syah, 1997 / hal. 13)<br />Psikologi pendidikan sebagai “ A systematic study of process and factors involved in the education of human being.<br />Psikologi pendidikan adalah studi sistematis tentang proses-proses dan faktor-faktor yang berhubungan dengan pendidikan manusia.<br /><br /><br /><br /><hr /><span style="font-size:78%;"><br /></span><center> <span style="font-size:78%;"><a href="http://infointermedia.com/">training center</a> | <a href="http://infointermedia.com/">pelatihan humas</a> | <a href="http://infointermedia.com/">pelatihan jurnalistik</a> | <a href="http://infointermedia.com/">workshop jurnalistik</a> | <a href="http://kakadens.blogspot.com/">psikologi</a> | <a href="http://kakadens.blogspot.com/">psikologi pendidikan</a> | <a href="http://kakadens.blogspot.com/">psikologi sosial</a> | <a href="http://kakadens.blogspot.com/">psikologi anak</a> | <a href="http://kakadens.blogspot.com/">psikologi umum</a></span></center>Kaka Dens Khttp://www.blogger.com/profile/00479097781151698027noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6814927078196024490.post-81522402459986428602011-01-07T12:31:00.000-08:002011-03-07T05:26:28.439-08:00psikologi sosial<h2 id="post-16">Hubungan <a href="http://kakadens.blogspot.com">psikologi sosial</a> dengan ilmu-ilmu sosial lainnya</h2><p style="text-indent: 18pt; margin: 0pt;" class="MsoNormal"><span style="font-family:Times New Roman;">Serge moscovici seorang <span style="font-weight: bold;">psikolog sosial</span> perancis menyatakan bahwa <a href="http://kakadens.blogspot.com">psikologi</a> sosial adalah jembatan diantara cabang-cabang pengetahuan sosial lainnya. Sebab psikologi sosial mengakui pentingnya memandang individu dalam suatu system sosial yang lebih luas dan karena itu menarik kedalamnya sosiologi, ilmu politik, antropologi, dan ekonomi. <span style="font-weight: bold;">Psikologi</span> sosial mengakui aktifitas manusia yang rentangnya luas dan pengaruh budaya serta perilaku manusia dimasa lampau. Dalam mengambil fokus ini <span style="font-weight: bold;">psikologi</span> sosial beririsan dengan filsafat, sejarah, seni dan musik. Selain itu <span style="font-weight: bold;">psikologi</span> sosial memiliki perspektif luas dengan berusaha memahami relevansi dari proses internal dari aktivitas manusia terhadap perilaku sosial. Dalam hal ini <span style="font-weight: bold;">psikologi</span> sosial misalnya mungkin mempertanyakan bagaimana keadaan orang setelah menyaksikan suatu kejadian menakutkan akan mempengaruhi <em>arousal </em>secara fisiologis, seperti tekanan darah dan serangan jantung. Karena perspektif ini, maka dibahas tentang persepsi, kognisi dan respon fisiologis.</span></p> <p style="text-indent: 18pt; margin: 0pt;" class="MsoNormal"><span style="font-family:Times New Roman;">Meskipun demikian, perlu dicatat bahwa cirikhas dari <span style="font-weight: bold;">psikologi</span> sosial adalah memfokuskan pada individu daripada kelompok atau unit.sementara ahli ilmu sosial yang lain mempergunakan analisis kemasyarakatan yakni mempergunakan faktor-faktor secara luas untuk menjelaskan perilaku sosial. Misalnya sosiologi lebih tertarik pada struktur dan fungsi kelompok. Kelompok itu dapat kecil (keluarga), atau moderat (perkumpulan mahasiswa, klub sepakbola), atau luas (suatu masyarakat).</span></p> <p style="text-indent: 18pt; margin: 0pt;" class="MsoNormal"><span style="font-family:Times New Roman;">Sementara bidang studi lain dari <span style="font-weight: bold;">psikologi</span> yang tertarik pada keunikan dari perilaku individu adalah <span style="font-weight: bold;">psikologi</span> kerpibadian. Pendekatan <a href="http://kakadens.blogspot.com/2011/01/psikologi-kepribadian.html">psikologi kepribadian</a> adalah membandingkan masing-masing orang. Sementara pendekatan <span style="font-weight: bold;">psikologi sosial</span> adalah mengidentifikasikan respon (cara bereaksi) dari sebagian besar atau kebanyakan orang dalam suatu situasi dan meneliti bagaimana situasi itu mempengaruhi respon tersebut.</span></p> <p style="text-indent: 18pt; margin: 0pt;" class="MsoNormal"><span style="font-family:Times New Roman;">Marilah kita bandingkan ketiga pendekatan tersebut dengan menggunakan contoh yang spesifik untuk menganalisis terjadinya tindak kekerasan. Pendekatan kemasyarakatan cenderung menunjukkan adanya kaitan antara tingkat kejahatan yang tinggi dengan kemiskinan, urbanisasi yang cepat, dan industrialisasi dalam suatu masyarakat. Untuk membuktikan kesimpulan ini, mereka menunjukkan beberapa fakta tertentu : orang yang miskin lebih sering melakukan kejahatan; kejahatan lebih banyak timbul di daerah kumuh ketimbang di lingkungan elit; kriminalitas meningkat pada masa resesi ekonomi dan menurun di saat kondisi ekonomi membaik.</span></p> <p style="text-indent: 18pt; margin: 0pt;" class="MsoNormal"><span style="font-family:Times New Roman;">Sementara pendekatan individual dalam bidang <span style="font-weight: bold;">psikologi</span> yang lain (<a href="http://kakadens.blogspot.com/2011/01/psikologi-kepribadian.html">psikologi kepribadian</a>, perkembangan dan klinis) cenderung menjelaskan kriminalitas berdasarkan karakteristik dan pengalaman criminal individu yang unik. Pendekatan ini akan mempelajari perbedaan individual yang menyebabkan sebagian orang melakukan tindak criminal, yang tidak dilakukan oleh orang lain dengan latar belakang yang sama, untuk itu, biasanya mereka memusatkan pada latar belakang individu, misalnya bagaimana perkembangan orang itu? Disiplin apakah yang diterapkan orang tuanya? Mungkin orang tua yang kasar cenderung menumbuhkan anak belajar berperilaku kasar?. Penelitian dapat dilakukan dengan membandingkan latar belakang keluarga anak yang nakal dengan yang tidak nakal. Jadi analisis semacam ini memusatkan pada bagaimana dalam situasi yang sama orang dapat melakukan perilaku yang berbeda karena pengalaman masa lalu yang unik.</span></p> <p style="text-indent: 18pt; margin: 0pt;" class="MsoNormal"><span style="font-family:Times New Roman;">Sebaliknya <span style="font-weight: bold;">psikologi sosial</span> lebih berpusat pada usaha memahami bagaimana seseorang bereaksi terhadap situasi sosial yang terjadi. <span style="font-weight: bold;">Psikologi sosial</span> mempelajari perasaan subyektif yang biasanya muncul dalam situasi sosial tertentu, dan bagaimana perasaan itu mempengaruhi perilaku. Situasi interpersonal apa yang menimbulkan perasaan marah, dan meningkatkan atau menurunkan kemungkinan munculnya perilaku agresi? Sebagai contoh, salah satu prinsip dasar <span style="font-weight: bold;">psikologi sosial</span> adalah bahwa situasi frustasi akan membuat orang marah, yang memperbesar kemungkinan timbulnya mereka melakukan perilaku agresi. Akibat situasi yang menimbulkan frustasi ini merupakan penjelasan alternative mengenai sebab timbulnya kejahatan. Hubungan itu tidak hanya menjelaskan mengapa perilaku agresif terjadi dalam situasi tertentu, tetapi juga menjelaskan mengapa faktor ekonomi dan kemasyarakatan menimbulkan kejahatan. Misalnya, orang miskin berduyun-duyun dating ke kota akan mengalami frustasi; mereka ternyata sulit mencari pekerjaan, mereka tidka dapat membeli apa yang mereka inginkan, tidak dapat hidup layak seperti yang mereka bayangkan. Dan frustasi ini merupakan sebab utama munculnya sebagian besar perilaku criminal. <span style="font-weight: bold;">Psikologi sosial</span> biasanya juga menyangkut perasaan-perasaan subyektif yang ditimbulkan situasi interpersonal, yang kemudian mempengaruhi perilaku individu. Dalam contoh ini situasi frustasi menimbulkan kemarahan, yang kemudian menyebabkan timbulnya perilaku agresif.</span></p> <p style="text-indent: 18pt; margin: 0pt;" class="MsoNormal"><span style="font-family:Times New Roman;">Kesimpulan : pada dasarnya <span style="font-weight: bold;">psikologi sosial</span> sangat berhubungan dengan ilmu sosial lain nya, dimana <span style="font-weight: bold;">psikologi sosial</span> merupakan bagian dari semua cabang ilmu sosial lainnya!</span></p><p style="text-indent: 18pt; margin: 0pt;" class="MsoNormal"><br /></p><p style="text-indent: 18pt; margin: 0pt;" class="MsoNormal"><br /></p><p style="text-indent: 18pt; margin: 0pt;" class="MsoNormal">Source: http://trescent.wordpress.com/<br /></p><br /><br /><hr /><span style="font-size:78%;"><br /></span><center> <span style="font-size:78%;"><a href="http://infointermedia.com/">training center</a> | <a href="http://infointermedia.com/">pelatihan humas</a> | <a href="http://infointermedia.com/">pelatihan jurnalistik</a> | <a href="http://infointermedia.com/">workshop jurnalistik</a> | <a href="http://kakadens.blogspot.com/">psikologi</a> | <a href="http://kakadens.blogspot.com/">psikologi pendidikan</a> | <a href="http://kakadens.blogspot.com/">psikologi sosial</a> | <a href="http://kakadens.blogspot.com/">psikologi anak</a> | <a href="http://kakadens.blogspot.com/">psikologi umum</a></span></center>Kaka Dens Khttp://www.blogger.com/profile/00479097781151698027noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6814927078196024490.post-15570679257320290102011-01-07T12:20:00.000-08:002011-03-07T05:26:28.455-08:00Psikologi Anak Usia Dini >> Menggali Rasa Ingin Tahu AnakJangan bingung apalagi merasa terganggu menghadapi si kecil yang ceriwis dan banyak tanya. Kita harus optimal menggali rasa ingin tahunya agar ia tak jadi pribadi “kerdil”. <p>Kalau kita cuek atau malah merasa terganggu, bisa merugikan perkembangan wawasan dan kepribadian anak. Begitu pun kalau kita selalu melarang atau sebaliknya, kelewat melindungi. Nanti ia jadi enggak PD, lo, alias tak percaya diri, enggak punya inisiatif, selalu ragu-ragu, dan cenderung menarik diri dalam pergaulan. Kasihan, kan?<span id="more-984"></span></p> <p>Itulah mengapa, tegas Evi Sukmaningrum, SPsi , orang tua harus bekerja keras menggali rasa ingin tahu anak sedini mungkin. Soalnya, di usia 2-3 tahun biasanya anak mulai pintar ngoceh banyak tanya mengenai hal-hal yang ada di sekitarnya. “Rasa ingin tahunya begitu besar karena ia tengah memasuki masa bermain. Anak mulai nenangga dan berinteraksi dengan orang lain. Ia bertemu dengan hal-hal baru di luar rumah dan tak lagi terbatas pada lingkungan di rumahnya saja,” papar pengajar di Fakultas Psikologi Unika Atma Jaya, Jakarta, ini. Meskipun sebetulnya rasa ingin tahu anak sudah muncul sejak usia 1 tahun. Hanya saja di usia itu anak masih sebatas observer . Gerakannya masih terbatas pada sekadar mengamati dan memegang, belum bisa mengekspresikan rasa ingin tahunya secara verbal. Itulah mengapa, komunikasi verbal yang intens antara orang tua dan anak sangat diperlukan karena akan melatih keterampilannya bicara, disamping dapat membantu mengembangkan kemampuan otaknya.</p> <p>SERTAI ALAT PERAGA</p> <p>Jadi, Bu-Pak, bila si kecil usianya sudah 2-3 tahun namun cenderung pasif dan enggak banyak tanya, saran Evi, cari tahu penyebabnya. Bila mengalami keterlambatan bicara seperti yang banyak terjadi, berarti hambatan untuk berbicara dan bertanya itulah yang harus ditangani lebih dulu. Lewat pemeriksaan yang lebih seksama di bagian saraf, misalnya, karena tak tertutup kemungkinan saraf-saraf yang berkaitan dengan perangkat wicaranyalah yang mengalami gangguan. Atau, bisa jadi otot-otot alat bicaranya, terutama lidah, belum matang atau berkembang sempurna.</p> <p>Tapi kalau perkembangannya berjalan wajar, ketika ia mulai menunjukkan rasa ingintahu, kita harus peka dan segera merespon dengan memberi keterangan sejelas-jelasnya namun singkat dan disesuaikan dengan bahasa anak seusianya. Kita harus bangga dan senang, lo, kalau si kecil rajin bertanya dan ingin tahu sesuatu karena hal ini sangat positif. “Itu tandanya anak punya minat untuk bereksplorasi terhadap lingkungan sosialnya,” jelas Evi. Jadi, kalau ia tanya soal binatang tertentu yang dilihatnya di TV, misalnya, ya, jelaskan. Sebaiknya, penjelasan verbal disertai alat peraga atau contoh konkret agar bisa dimengerti anak.</p><p><br /></p><p>Misalnya, mengajak anak ke kebun binatang, sehingga ia bisa melihat secara konkret seperti apa binatang yang pernah ditanyakannya itu. Terlebih lagi bila pertanyaannya membutuhkan penjelasan yang tak mudah. Misalnya, anak menonton adegan mesra di TV lalu tanya, “Kok, orang itu ciuman?” Jawablah, “Itu berarti sayang,” dan berikan contoh, “Nih, seperti Mama sekarang cium Ade, berarti Mama sayang Ade.” Bagi anak, jawaban dengan contoh tersebut sudah cukup. Ia belum bisa, kok, membedakan antara ciuman bermakna sayang dan yang penuh nafsu.</p> <p>HARUS KONSISTEN</p> <p>Kalau kita memang benar-benar sibuk dan tak bisa sejenak pun meninggalkan kesibukan tersebut untuk menjawab pertanyaan si kecil, saran Evi, cobalah beri pengertian lebih dulu kepadanya. Misalnya, “Sayang, sekarang Mama harus menyelesaikan dulu pekerjaan Mama. Nanti kalau sudah selesai, Mama akan jawab pertanyaan Ade, ya.” Dengan cara ini, jelas Evi, “anak sebetulnya juga terbantu untuk belajar memahami orang tuanya yang sibuk tanpa ia sendiri merasa di-reject atau ditolak.” Tapi tentu kita harus konsisten. Setelah selesai dengan pekerjaan tersebut, kita temui si kecil dan katakan, “Nah, sekarang Mama sudah selesai dengan pekerjaan Mama. Tadi Ade mau tanya apa?”</p> <p>Hasilnya akan sangat berbeda, lo, bila kita bersikap enggak konsisten. “Selain rasa ingin tahu anak terpenuhi, respon orang tua juga akan semakin mendekatkan hubungan dengan anak,” lanjut Evi. Tapi kalau kita enggak konsisten, hanya sekadar berjanji, maka yang ditangkap oleh anak adalah, “Ah, percuma. Mama bohong, kok.” Secara tak langsung, kita pun telah menanamkan nilai buruk tentang kejujuran. Iya, kan? Selain itu, tambah Evi, “anak akan mencari dari sumber lain bila pemenuhan kebutuhan rasa ingin tahunya tak didapat dari orang tua, sementara sumber yang ia tanya belum tentu tepat.”</p> <p>Jikapun sumbernya tepat, tapi kalau tanpa penjelasan yang memadai, bukan tak mungkin pemahaman si anak jadi meleset. Celaka, kan? Belum lagi kalau anak tahu-tahu “pandai” omong kotor atau terbiasa menggunakan umpatan kasar. Bukankah jadi makin gawat? Memang sudah selayaknyalah bila kita mau sedikit “berkorban” untuk menjawab rasa ingin tahu si kecil. Begitu, kan, Bu-Pak?</p> <p>DORONG BERPIKIR KRITIS</p> <p>Penting diketahui, pemenuhan rasa ingin tahu anak menjadi salah satu modal bagi perkembangan kecerdasannya. Itulah mengapa, anak yang kritis dan banyak tanya memiliki korelasi untuk bisa digolongkan sebagai anak cerdas. Artinya, anak yang cerdas menunjukkan rasa ingin tahu dan kemampuannya untuk berpikir kritis. “Bukan berarti anak yang enggak berpikir kritis itu enggak cerdas, lo. Kalau orang tua memberi stimulasi pada anak yang kelihatannya pasif, tentu akan sangat membantu,” tutur Evi.</p> <p>Misalnya, “Ini apa, Nak?” sambil menunjukkan aneka benda berlainan bentuk dan warna. Atau, “ajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengundang kemampuan berpikir anak.” Misalnya, “Kenapa binatang marah kalau diganggu?” Jadi, si kecil yang pendiam belum tentu enggak cerdas, ya, Bu-Pak. Bisa jadi ia pendiam lantaran Bapak-Ibu tak pernah meresponnya untuk banyak bicara ataupun mendorong berpikir kritis. “Yang juga kerap terjadi, orang tua cuma ‘menyuapi’,” tambah Evi.</p> <p>Ada, lo, anak yang pintar dan tinggi daya tangkap serta daya ingatnya, namun enggak kritis. Lantaran, ibu-bapaknya cenderung cuma memberi tahu dan kerap memberi respon negatif bila anak banyak bertanya ataupun memarahi kala si anak protes. Bagaimana jika orang tua tak memberi respon positif karena tak tahu? Tak usah cemas. Menurut Evi, kita bisa, kok, mengejar ketertinggalan si anak.</p> <p>Namun tentu dengan “bayaran” yang lebih mahal. Artinya, terang Evi, “proses pemahaman pengetahuan si anak akan lebih lambat dibanding teman-temannya, karena pemahaman yang sama seharusnya sudah diberikan saat anak berada dalam masa golden age di usia 2-3 tahun.” Bukankah saat itu ia tengah pintar-pintarnya? Jadi, kalau stimulasinya bagus di usia itu, anak akan tumbuh optimal menjadi cerdas. Jangan lupa, lo, meski kecerdasan bersifat herediter atau bawaan, namun tak akan menjadi optimal bila tak dibarengi dengan pemberian gizi yang baik dan stimulasi dari lingkungan.</p> <p>BOLEH, KOK, MELARANG ANAK</p> <p>Yang penting, dalam melarang harus disertai alasan jelas, sehingga ia tahu, ia bukan sekadar dilarang tapi ada hal-hal tertentu yang bisa mencelakakan dirinya ataupun orang lain. Misal, larangan main pisau, bisa dibarengi dengan memberi contoh memotong buah. Jelaskan, “Ade tak boleh main pisau karena pisau ini tajam dan bisa melukai tanganmu. Lihat, nih, Mama potong jeruk. Nah, terbelah, kan?” Anak pun jadi mengerti kenapa dirinya dilarang main pisau. “Dengan selalu mengemukakan reasoning , anak akan terlatih mengenali apa kesalahannya atau mengapa ia harus dimarahi orang tua,” terang Evi . Cara ini juga membiasakan anak belajar konsekuensi, “Saya nggak boleh melakukan ini karena berbahaya buat saya.”</p> <p>Tapi kalau ia selalu dilarang, justru akan membuatnya jadi pembangkang. Coba, deh, perhatikan; semakin dilarang, anak seusia ini, kan, semakin nekat. Apalagi di usia 3 tahun, anak tengah mengembangkan negativismenya. Kalau dibilang “Kamu jangan main hujan ya,” ia malah akan main hujan-hujanan. Jadi, semakin kita melarang, ia justru akan melakukan hal-hal yang kita larang. Alangkah baiknya dalam melarang kita juga mengajaknya berpikir. Misal, “Kalau Ade main hujan, nanti gimana?”</p> <p>Ia mungkin akan menjawab, “Sakit.” Nah, teruskan dengan pertanyaan, “Kalau sakit, nanti Ade bisa ikut jalan-jalan nggak sama Papa-Mama?” Pancing terus si anak hingga akhirnya ia sendirilah yang mengambil keputusan untuk tak main hujan. Dengan cara ini, bukan cuma larangan kita dipatuhi, anak pun jadi belajar berpikir kritis. Nah, mengembangkan kecerdasannya, kan?</p> <p>SEDIAKAN MAINAN BERVARIASI</p> <p>Salah satu bentuk stimulasi yang dianjurkan untuk meningkatkan kecerdasan adalah permainan edukatif. Lewat beragam permainan sederhana, anak terlatih perkembangan kognitifnya, kemampuan motorik kasar dan halus, maupun perkembangan intelegensinya. “Sebaiknya sediakan mainan bervariasi,” anjur Evi .</p> <p>Selain agar anak tak cepat bosan, pilihlah yang memungkinkan anak dapat menemukan semua kebutuhannya akan fungsi tiap-tiap mainan tersebut. Soalnya, ada permainan yang melatih daya ingat melalui gambar-gambar, ada yang mengasah kreativitas, dan ada pula yang bisa mempertajam daya imajinasinya. Sega atau play station , menurut Evi, boleh-boleh saja. Asalkan dibatasi agar tak merusak mata dan menjadikan ketagihan. Selain bentuk permainannya juga harus disesuaikan usia anak. Kalau tidak, apa jadinya bila anak usia 2-3 tahun asyik menikmati kekerasan lewat permainan contra dan sejenisnya.</p> <p>Melakukan berbagai permainan atau aktivitas bersama anak, juga penting untuk mengembangkan kecerdasannya. Misalnya, main kuda-kudaan, pasar-pasaran, atau loncat-loncat, dan sebagainya. Jadi, tak usah malu, ya, Bu-Pak, bila harus terlibat dalam permainan si kecil. Selain itu, beri kebebasan pada anak untuk memanjat atau melompat di tempat yang ia sukai. Bila Ibu-Bapak keberatan si kecil melompat-lompat di tempat tidur, ya, sediakan fasilitas yang memungkinkan ia tetap melakukan aktivitas tersebut.</p> <p>Begitu pun bila keberatan si kecil corat-coret tembok, ya, beri fasilitas untuk kebutuhannya itu. Ulurkan kertas kecil atau besar seperti yang diinginkannya. Jika ia lebih suka corat-coret di tembok, sediakan tembok khusus untuk dicoreti atau tempelkan sejumlah kertas berukuran besar di salah satu bagian tembok. Jelaskan padanya, “Ade boleh corat-coret di sini tapi di tembok lain jangan, ya.” Pendeknya, kita tak boleh menghambat keinginan anak namun kita juga harus melatihnya bertanggung jawab untuk merapikan kembali mainannya atau benda-benda lain setelah ia usia melakukan sesuatu aktivitas.</p> <p>ADE MAU LES MENYANYI</p> <p>Banyak, lo, orang tua yang kelewat getol mengarahkan anak. Menurut Evi , tak ada salahnya bila si anak memang suka. “Yang harus diingat, orang tua hanya sekadar mengarahkan, bukan menyalurkan ambisi pribadinya. Mungkin malah positif bisa mengarahkan anak sedini mungkin. Misal, anak berbakat menyanyi, tentu akan lebih baik bila diikutkan dalam kursus olah vokal. Ini kalau anaknya suka, lo. Kalau tidak, ya, jangan dipaksa.” Jikapun si anak mau, kita juga perlu lihat-lihat lagi.</p> <p>Soalnya, terang Evi, anak seusia ini cenderung akan bilang “mau” kalau ditawari les apa saja. “Dia hanya sekadar ingin tahu, ada apa, sih, di situ atau apa, sih, yang akan dia dapatkan.” Bukankah anak usia ini memang sedang ingin tahu apa saja? “Tapi dia belum ada pengertian jelas kalau ‘mau’ berarti harus ada tindak lanjut apa. Konsekuensi logis untuk setiap tindakan jelas-jelas belum dia pahami sama sekali.” Jadi, jangan salahkan si kecil, lo, Bu-Pak, kalau ia bilang mau tapi setelah beberapa kali ikut les lantas mogok.</p><p><br /></p><p><span style="font-style: italic;font-size:78%;" >Source : http://www.tabloidnova.com/Nova/Keluarga/Anak/Wajib-Lo-Menggali-Rasa-Ingin-Tahu-Anak</span></p><p><br /></p><p><br /></p><br /><br /><hr /> <span style="font-weight: bold;">Baca Juga Info Training disini </span><br /><br /><a href="http://infointermedia.com/">training center</a> <a href="http://infointermedia.com/">pelatihan humas</a> <a href="http://infointermedia.com/">pelatihan jurnalistik</a> <a href="http://www.blogger.com/dalam-era-kolaborasi-ini-anda-dimana">media komunikasi</a> <a href="http://www.blogger.com/dalam-era-kolaborasi-ini-anda-dimana">media informasi</a> <a href="http://www.blogger.com/dalam-era-kolaborasi-ini-anda-dimana">media massa</a> <a href="http://www.blogger.com/dalam-era-kolaborasi-ini-anda-dimana">media elektronik</a> <a href="http://www.blogger.com/dalam-era-kolaborasi-ini-anda-dimana">pengertian media massa</a> <a href="http://www.blogger.com/dalam-era-kolaborasi-ini-anda-dimana">definisi media</a> <a href="http://www.blogger.com/dalam-era-kolaborasi-ini-anda-dimana">media pengajaran</a> <a href="http://www.blogger.com/dalam-era-kolaborasi-ini-anda-dimana">media komunitas</a> <a href="http://www.blogger.com/dalam-era-kolaborasi-ini-anda-dimana">koran media indonesia online</a> <a href="http://www.blogger.com/dalam-era-kolaborasi-ini-anda-dimana">media pembelajaran ekonomi</a><br /><p></p>Kaka Dens Khttp://www.blogger.com/profile/00479097781151698027noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6814927078196024490.post-6468227007141293442011-01-07T12:14:00.000-08:002011-03-07T05:26:28.475-08:00Arti dan Definisi Psikologi Kepribadian<h2 id="post-17">Arti dan Definisi Kepribadian<br /></h2><small></small> <p>Kepribadian itu memiliki banyak arti, bahkan saking banyaknya boleh dikatakan jumlah definisi dan arti dari kepribadian adalah sejumlah orang yang menafsirkannya. Hal ini terjadi karena adanya perbedaan dalam penyusunan teori, penelitian dan pengukurannya.</p> <p>Kepribadian secara umum</p> <p>Personality atau kepribadian berasal dari kata persona, kata persona merujuk pada topeng yang biasa digunakan para pemain sandiwara di Zaman Romawi. Secara umum kepribadian menunjuk pada bagaimana individu tampil dan menimbulkan kesan bagi individu-individu lainnya. Pada dasarnya definisi dari kepribadian secara umum ini adalah lemah karena hanya menilai perilaku yang dapat diamati saja dan tidak mengabaikan kemungkinan bahwa ciri-ciri ini bisa berubah tergantung pada situasi sekitarnya selain itu definisi ini disebut lemah karena sifatnya yang bersifat evaluatif (menilai), bagaimanapun pada dasarnya kepribadian itu tidak dapat dinilai “baik” atau “buruk” karena bersifat netral.</p> <p>Kepribadian menurut Psikologi</p> <p>Untuk menjelaskan kepribadian menurut psikologi saya akan menggunakan teori dari George Kelly yang memandang bahwa kepribadian sebagai cara yang unik dari individu dalam mengartikan pengalaman-pengalaman hidupnya. Sementara Gordon Allport merumuskan kepribadian sebagai “sesuatu” yang terdapat dalam diri individu yang membimbing dan memberi arah kepada seluruh tingkah laku individu yang bersangkutan. </p> <p>Lebih detail tentang definisi kepribadian menurut Allport yaitu kepribadian adalah suatu organisasi yang dinamis dari sistem psikofisik individu yang menentukan tingkah laku dan pikiran individu secara khas.</p> <p>Allport menggunakan istilah sistem psikofisik dengan maksud menunjukkan bahwa jiwa dan raga manusia adalah suatu sistem yang terpadu dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain, serta diantara keduanya selalu terjadi interaksi dalam mengarahkan tingkah laku. Sedangkan istilah khas dalam batasan kepribadian Allport itu memiliki arti bahwa setiap individu memiliki kepribadiannya sendiri. Tidak ada dua orang yang berkepribadian sama, karena itu tidak ada dua orang yang berperilaku sama.</p> <p>Sigmund Freud memandang kepribadian sebagai suatu struktur yang terdiri dari tiga sistem yaitu Id, Ego dan Superego. Dan tingkah laku, menurut Freud, tidak lain merupakan hasil dari konflik dan rekonsiliasi ketiga sistem kerpibadian tersebut.</p> <p>Dari sebagian besar teori kepribadian diatas, dapat kita ambil kesamaan sbb(E. Koswara):</p> <p>1. sebagian besar batasan melukiskan kerpibadian sebagai suatu struktur atau organisasi hipotesis, dan tingkah laku dilihat sebagai sesuatu yang diorganisasi dan diintegrasikan oleh kepribadian. Atau dengan kata lain kepribadian dipandang sebagai “organisasi” yang menjadi penentu atau pengarah tingkah laku kita.<br />2. sebagian besar batasan menekankan perlunya memahami arti perbedaan-perbedaan individual. Dengan istilah “kepribadian”, keunikan dari setiap individu ternyatakan. Dan melalui study tentang kepribadian, sifat-sifat atau kumpulan sifat individu yang membedakannya dengan individu lain diharapkan dapat menjadi jelas atau dapat dipahami. Para teoris kepribadian memandang kepribadian sebagai sesuatu yang unik dan atau khas pada diri setiap orang.<br />3. sebagian besar batasan menekankan pentingnya melihat kepribadian dari sudut “sejarah hidup”, perkembangan, dan perspektif. Kepribadian, menurut teoris kepribadian, merepresentasikan proses keterlibatan subyek atau individu atas pengaruh-pengaruh internal dan eksternal yang mencakup factor-faktor genetic atau biologis, pengalaman-pengalaman social, dan perubahan lingkungan. Atau dengan kata lain, corak dan keunikan kepribadian individu itu dipengaruhi oleh factor-faktor bawaan dan lingkungan.<br /></p><p><br /></p><p><span style="font-style: italic;font-size:78%;" >Source : http://trescent.wordpress.com/category/psikologi-kepribadian/</span><br /></p><br /><br /><hr /> <hr /><span style="font-size:78%;"><br /></span><center> <span style="font-size:78%;"><a href="http://infointermedia.com/">training center</a> | <a href="http://infointermedia.com/">pelatihan humas</a> | <a href="http://infointermedia.com/">pelatihan jurnalistik</a> | <a href="http://infointermedia.com/">workshop jurnalistik</a> | <a href="http://kakadens.blogspot.com/">psikologi</a> | <a href="http://kakadens.blogspot.com/">psikologi kepribadian</a> | <a href="http://kakadens.blogspot.com/">psikologi pendidikan</a> | <a href="http://kakadens.blogspot.com/">psikologi sosial</a> | <a href="http://kakadens.blogspot.com/">psikologi anak</a> | <a href="http://kakadens.blogspot.com/">psikologi umum</a></span></center>Kaka Dens Khttp://www.blogger.com/profile/00479097781151698027noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6814927078196024490.post-66412936858658379942011-01-07T11:43:00.000-08:002011-03-07T05:26:28.488-08:00PSikologi Umum >> Pertahanan Ego<p style="font-weight: bold;">deskripsi dari pertahanan ego:</p><p><br />Represi : Yang palign dasar di antara mekanisme pertahanan lainnya. suatu cara pertahanan untuk menyingkirkan dari kesadaran pikiran dan perasaan yang mengancam. represi terjadi secara tidak disadari.</p> <p>Denial : Memainkan peran defensif, sama seperti represi. orang menyangkal untuk melihat atau menerima masalah atau aspek hidup yang menyulitkan. Denial beroperasi pada taraf preconscius atau conscius</p> <p>Reaction Formation : Salah satu pertahanan terhadap impuls yang mengancam adalah secara aktif mengekspresikan impuls yang bertentangan dengan keinginan yang mengganggu, orang tidak usah harus menghadapi anxietas yang muncul seandainya ia menemukan dimensi yang ini (yang tidak dikehendaki) dari dirinya. individu mungkin menyembunyikan kebencian dengan kepura-puraan cinta, atau menutupi kekejaman dengan keramahan yang berlebihan.</p> <p>Proyeksi : Mengatribusikan pikiran, perasaan, atau motif yang tidak dapat diterima kepada orang lain. mengatakan bahwa impuls-impuls ini dimiliki oleh “orang lain diluar sana, tidak oleh saya”. misalnya seorang laki-laki yang tertarik secara seksual kepada anaknya perempuan, mengatakan bahwa anaknyalah yang bertingkah laku seduktif. dengan demikian ia tidak usah harus menghadapi keinginannya sendiri.</p> <p>Displacement : salah satu cara menghadapi anxietas adalah dengan memindahkannya dari objek yang mengancam kepada objek “yang lebih aman”. misalnya orang penakut yang tidak kuasa melawan atasannya melampiaskan hostilitasnya di rumah kepada anak-anaknya</p> <p>Rasionalisasi : kadang-kadang orang memproduksi alasan-alasan “baik” untuk menjelaskan egonya yang terhantam. rasionalisasi membantu untuk membenarkan berbagai tingkah laku spesifik dan membantu untuk melemahkan pukulan yang berkaitan dengan kekecewaaan. misalnya bila orang tidak mendapatkan posisi yang diinginkannya dalam pekerjaan, mereka memikirkan alasan-alasan logis mengapa mereka tidak mendapatkannya, dan kadang-kadang mereka berusaha membujuk dan meyakinkan dirinya sendiri bahwa sebenarnya dia tidak menghendaki posisi tersebut.</p> <p>Sublimasi : Dari pandangan freud, banyak kontribusi artistik yang besar merupakan hasil dari penyaluran energi sosial atau agresif kedalam tingkah laku kreatif yang diterima secara sosial dan bahkan dikagumi. misalnya impuls agresif dapat disalurkan menjadi prestasi olahraga.</p> <p>Regresi : Beberapa orang kembali kepada bentuk tingkah laku yang sudah ditinggalkan. menghadapi stress atau tantangan besar, individu mungkin sudah berusaha untuk menanggulangi kecemasan dengan bertingkah laku tidak dewasa atau tak pantas.</p> <p>Introyeksi : Mekanisme introyeksi terdiri dari mengambil alih dan “menelan” nilai-nilai standar orang lain. misalnya seorang anak yang mengalami penganiayaan, mengambil alih cara orangtuanya menanggulangi stress, dan dengan demikian mengabadikan siklus penganiayaan anak. introyeksi dapat pula positif, bila yang diambil alih adalah nilai-nilai positif dari orang-orang lain.</p><p><br /></p><p>Source: http://trescent.wordpress.com/</p><p><br /></p><p></p><hr /> <span style="font-weight: bold;">Baca Juga Info Training disini </span><br /><br /><a href="http://infointermedia.com/">training center</a> <a href="http://infointermedia.com/">pelatihan humas</a> <a href="http://infointermedia.com/">pelatihan jurnalistik</a> <a href="http://www.blogger.com/dalam-era-kolaborasi-ini-anda-dimana">media komunikasi</a> <a href="http://www.blogger.com/dalam-era-kolaborasi-ini-anda-dimana">media informasi</a> <a href="http://www.blogger.com/dalam-era-kolaborasi-ini-anda-dimana">media massa</a> <a href="http://www.blogger.com/dalam-era-kolaborasi-ini-anda-dimana">media elektronik</a> <a href="http://www.blogger.com/dalam-era-kolaborasi-ini-anda-dimana">pengertian media massa</a> <a href="http://www.blogger.com/dalam-era-kolaborasi-ini-anda-dimana">definisi media</a> <a href="http://www.blogger.com/dalam-era-kolaborasi-ini-anda-dimana">media pengajaran</a> <a href="http://www.blogger.com/dalam-era-kolaborasi-ini-anda-dimana">media komunitas</a> <a href="http://www.blogger.com/dalam-era-kolaborasi-ini-anda-dimana">koran media indonesia online</a> <a href="http://www.blogger.com/dalam-era-kolaborasi-ini-anda-dimana">media pembelajaran ekonomi</a><br /><p></p>Kaka Dens Khttp://www.blogger.com/profile/00479097781151698027noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6814927078196024490.post-22334277775676450862010-12-24T03:51:00.000-08:002011-03-07T05:26:28.502-08:00<div style="text-align: justify;">Sampai saat ini masalah seksualitas selalu menjadi topik yang menarik untuk dibicarakan. Hal ini dimungkinkan karena permasalahan seksual telah menjadi suatu hal yang sangat melekat pada diri manusia. Seksualitas tidak bisa dihindari oleh makhluk hidup, karena dengan seks makhluk hidup dapat terus bertahan menjaga kelestarian keturunannya.</div><div style="text-align: justify;"><b><i>Pada masa remaja</i></b> rasa ingin tahu terhadap masalah seksual sangat penting dalam pembentukan hubungan baru yang lebih matang dengan lawan jenis. Padahal pada masa remaja informasi tentang masalah seksual sudah seharusnya mulai diberikan, agar remaja tidak mencari informasi dari orang lain atau dari sumber-sumber yang tidak jelas atau bahkan keliru sama sekali. Pemberian informasi masalah seksual menjadi penting terlebih lagi mengingat remaja berada dalam potensi seksual yang aktif, karena berkaitan dengan dorongan seksual yang dipengaruhi hormon dan sering tidak memiliki informasi yang cukup mengenai aktivitas seksual mereka sendiri (Handbook of Adolecent psychology, 1980). Tentu saja hal tersebut akan sangat berbahaya bagi perkembangan jiwa remaja bila ia tidak memiliki pengetahuan dan informasi yang tepat. Fakta menunjukkan bahwa sebagian besar remaja kita tidak mengetahui dampak dari perilaku seksual yang mereka lakukan, seringkali remaja sangat tidak matang untuk melakukan hubungan seksual terlebih lagi jika harus menanggung resiko dari hubungan seksual tersebut.<br /><span id="more-98"></span></div><div style="text-align: justify;">Karena meningkatnya minat remaja pada masalah seksual dan sedang berada dalam potensi seksual yang aktif, maka remaja berusaha mencari berbagai informasi mengenai hal tersebut. Dari sumber informasi yang berhasil mereka dapatkan, pada umumnya hanya sedikit remaja yang mendapatkan seluk beluk seksual dari orang tuanya. Oleh karena itu remaja mencari atau mendapatkan dari berbagai sumber informasi yang mungkin dapat diperoleh, misalnya seperti di sekolah atau perguruan tinggi, membahas dengan teman-teman, buku-buku tentang seks, media massa atau internet.</div><div style="text-align: justify;">Memasuki Milenium baru ini sudah selayaknya bila orang tua dan kaum pendidik bersikap lebih tanggap dalam menjaga dan mendidik anak dan remaja agar ekstra berhati-hati terhadap gejala-gejala sosial, terutama yang berkaitan dengan masalah seksual, yang berlangsung saat ini. Seiring perkembangan yang terjadi sudah saatnya pemberian penerangan dan pengetahuan masalah seksualitas pada anak dan remaja ditingkatkan. Pandangan sebagian besar masyarakat yang menganggap seksualitas merupakan suatu hal yang alamiah, yang nantinya akan diketahui dengan sendirinya setelah mereka menikah sehingga dianggap suatu hal tabu untuk dibicarakan secara terbuka, nampaknya secara perlahan-lahan harus diubah. Sudah saatnya pandangan semacam ini harus diluruskan agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan dan membahayakan bagi anak dan remaja sebagai generasi penerus bangsa. Remaja yang hamil di luar nikah, aborsi, penyakit kelamin, dll, adalah contoh dari beberapa kenyataan pahit yang sering terjadi pada remaja sebagai akibat pemahaman yang keliru mengenai seksualitas.</div><h3><b>Karakteristik Seksual Remaja</b></h3><div style="text-align: justify;">Pengertian seksual secara umum adalah sesuatu yang berkaitan dengan alat kelamin atau hal-hal yang berhubungan dengan perkara-perkara hubungan intim antara laki-laki dengan perempuan. Karakter seksual masing-masing jenis kelamin memiliki spesifikasi yang berbeda hal ini seperti yang pendapat berikut ini :</div><blockquote><i>Sexual characteristics are divided into two types. Primary sexual characteristics are directly related to reproduction and include the sex organs (genitalia). Secondary sexual characteristics are attributes other than the sex organs that generally distinguish one sex from the other but are not essential to reproduction, such as the larger breasts characteristic of women and the facial hair and deeper voices characteristic of men</i> (Microsoft Encarta Encyclopedia 2002).</blockquote><div style="text-align: justify;">Pendapat tersebut seiring dengan pendapat Hurlock (1991), seorang ahli psikologi perkembangan, yang mengemukakan tanda-tanda kelamin sekunder yang penting pada laki-laki dan perempuan. Menurut Hurlock, pada remaja putra : tumbuh rambut kemaluan, kulit menjadi kasar, otot bertambah besar dan kuat, suara membesar dan lain,lain. Sedangkan pada remaja putri : pinggul melebar, payudara mulai tumbuh, tumbuh rambut kemaluan, mulai mengalami haid, dan lain-lain.</div><div style="text-align: justify;">Seiring dengan pertumbuhan primer dan sekunder pada remaja ke arah kematangan yang sempurna, muncul juga hasrat dan dorongan untuk menyalurkan keinginan seksualnya. Hal tersebut merupakan suatu yang wajar karena secara alamiah dorongan seksual ini memang harus terjadi untuk menyalurkan kasih sayang antara dua insan, sebagai fungsi pengembangbiakan dan mempertahankan keturunan.</div><h3><b>Perilaku Seksual</b></h3><div style="text-align: justify;">Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun sesama jenis. Bentuk-bentuk tingkah laku ini dapat beraneka ragam, mulai dari perasaan tertarik hingga tingkah laku berkencan, bercumbu dan senggama. Obyek seksual dapat berupa orang, baik sejenis maupun lawan jenis, orang dalam khayalan atau diri sendiri. Sebagian tingkah laku ini memang tidak memiliki dampak, terutama bila tidak menimbulkan dampak fisik bagi orang yang bersangkutan atau lingkungan sosial. Tetapi sebagian perilaku seksual (yang dilakukan sebelum waktunya) justru dapat memiliki dampak psikologis yang sangat serius, seperti rasa bersalah, depresi, marah, dan agresi.</div><div style="text-align: justify;">Sementara akibat psikososial yang timbul akibat perilaku seksual antara lain adalah ketegangan mental dan kebingungan akan peran sosial yang tiba-tiba berubah, misalnya pada kasus remaja yang hamil di luar nikah. Belum lagi tekanan dari masyarakat yang mencela dan menolak keadaan tersebut. Selain itu resiko yang lain adalah terganggunya kesehatan yang bersangkutan, resiko kelainan janin dan tingkat kematian bayi yang tinggi. Disamping itu tingkat putus sekolah remaja hamil juga sangat tinggi, hal ini disebabkan rasa malu remaja dan penolakan sekolah menerima kenyataan adanya murid yang hamil diluar nikah. Masalah ekonomi juga akan membuat permasalahan ini menjadi semakin rumit dan kompleks.</div><div style="text-align: justify;">Berbagai perilaku seksual pada remaja yang belum saatnya untuk melakukan hubungan seksual secara wajar antara lain dikenal sebagai :</div><ul style="text-align: justify;"><li>Masturbasi atau onani yaitu suatu kebiasaan buruk berupa manipulasi terhadap alat genital dalam rangka menyalurkan hasrat seksual untuk pemenuhan kenikmatan yang seringkali menimbulkan goncangan pribadi dan emosi.</li></ul><ul style="text-align: justify;"><li>Berpacaran dengan berbagai perilaku seksual yang ringan seperti sentuhan, pegangan tangan sampai pada ciuman dan sentuhan-sentuhan seks yang pada dasarnya adalah keinginan untuk menikmati dan memuaskan dorongan seksual.</li></ul><ul style="text-align: justify;"><li>Berbagai kegiatan yang mengarah pada pemuasan dorongan seksual yang pada dasarnya menunjukan tidak berhasilnya seseorang dalam mengendalikannya atau kegagalan untuk mengalihkan dorongan tersebut ke kegiatan lain yang sebenarnya masih dapat dikerjakan.</li></ul><ul style="text-align: justify;"><li>Dorongan atau hasrat untuk melakukan hubungan seksual selalu muncul pada remaja, oleh karena itu bila tidak ada penyaluran yang sesuai (menikah) maka harus dilakukan usaha untuk memberi pengertian dan pengetahuan mengenai hal tersebut.</li></ul><div style="text-align: justify;">Adapun faktor-faktor yang dianggap berperan dalam munculnya permasalahan seksual pada remaja, menurut Sarlito W. Sarwono (Psikologi Remaja,1994) adalah sebagai berikut :</div><ul style="text-align: justify;"><li>Perubahan-perubahan hormonal yang meningkatkan hasrat seksual remaja. Peningkatan hormon ini menyebabkan remaja membutuhkan penyaluran dalam bentuk tingkah laku tertentu</li></ul><ul style="text-align: justify;"><li>Penyaluran tersebut tidak dapat segera dilakukan karena adanya penundaan usia perkawinan, baik secara hukum oleh karena adanya undang-undang tentang perkawinan, maupun karena norma sosial yang semakin lama semakin menuntut persyaratan yang terus meningkat untuk perkawinan (pendidikan, pekerjaan, persiapan mental dan lain-lain)</li></ul><ul style="text-align: justify;"><li>Norma-norma agama yang berlaku, dimana seseorang dilarang untuk melakukan hubungan seksual sebelum menikah. Untuk remaja yang tidak dapat menahan diri memiliki kecenderungan untuk melanggar hal-hal tersebut.</li></ul><ul style="text-align: justify;"><li>Kecenderungan pelanggaran makin meningkat karena adanya penyebaran informasi dan rangsangan melalui media masa yang dengan teknologi yang canggih (cth: VCD, buku stensilan, Photo, majalah, internet, dan lain-lain) menjadi tidak terbendung lagi. Remaja yang sedang dalam periode ingin tahu dan ingin mencoba, akan meniru apa dilihat atau didengar dari media massa, karena pada umumnya mereka belum pernah mengetahui masalah seksual secara lengkap dari orangtuanya.</li></ul><ul style="text-align: justify;"><li>Orangtua sendiri, baik karena ketidaktahuannya maupun karena sikapnya yang masih mentabukan pembicaraan mengenai seks dengan anak, menjadikan mereka tidak terbuka pada anak, bahkan cenderung membuat jarak dengan anak dalam masalah ini.</li></ul><ul style="text-align: justify;"><li>Adanya kecenderungan yang makin bebas antara pria dan wanita dalam masyarakat, sebagai akibat berkembangnya peran dan pendidikan wanita, sehingga kedudukan wanita semakin sejajar dengan pria.</li></ul><h3><b>Pendidikan Seksual </b></h3><div style="text-align: justify;">Menurut Sarlito dalam bukunya Psikologi Remaja (1994), secara umum pendidikan seksual adalah suatu informasi mengenai persoalan seksualitas manusia yang jelas dan benar, yang meliputi proses terjadinya pembuahan, kehamilan sampai kelahiran, tingkah laku seksual, hubungan seksual, dan aspek-aspek kesehatan, kejiwaan dan kemasyarakatan. Masalah pendidikan seksual yang diberikan sepatutnya berkaitan dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat, apa yang dilarang, apa yang dilazimkan dan bagaimana melakukannya tanpa melanggar aturan-aturan yang berlaku di masyarakat.</div><div style="text-align: justify;">Pendidikan seksual merupakan cara pengajaran atau pendidikan yang dapat menolong muda-mudi untuk menghadapi masalah hidup yang bersumber pada dorongan seksual. Dengan demikian pendidikan seksual ini bermaksud untuk menerangkan segala hal yang berhubungan dengan seks dan seksualitas dalam bentuk yang wajar. Menurut Singgih, D. Gunarsa, penyampaian materi pendidikan seksual ini seharusnya diberikan sejak dini ketika anak sudah mulai bertanya tentang perbedaan kelamin antara dirinya dan orang lain, berkesinambungan dan bertahap, disesuaikan dengan kebutuhan dan umur anak serta daya tangkap anak ( dalam Psikologi praktis, anak, remaja dan keluarga, 1991). Dalam hal ini pendidikan seksual idealnya diberikan pertama kali oleh orangtua di rumah, mengingat yang paling tahu keadaan anak adalah orangtuanya sendiri. Tetapi sayangnya di Indonesia tidak semua orangtua mau terbuka terhadap anak di dalam membicarakan permasalahan seksual. Selain itu tingkat sosial ekonomi maupun tingkat pendidikan yang heterogen di Indonesia menyebabkan ada orang tua yang mau dan mampu memberikan penerangan tentang seks tetapi lebih banyak yang tidak mampu dan tidak memahami permasalahan tersebut. Dalam hal ini maka sebenarnya peran dunia pendidikan sangatlah besar.</div><h3><b>Tujuan Pendidikan Seksual</b></h3><div style="text-align: justify;">Pendidikan seksual selain menerangkan tentang aspek-aspek anatomis dan biologis juga menerangkan tentang aspek-aspek psikologis dan moral. Pendidikan seksual yang benar harus memasukkan unsur-unsur hak asasi manusia. Juga nilai-nilai kultur dan agama diikutsertakan sehingga akan merupakan pendidikan akhlak dan moral juga.</div><div style="text-align: justify;">Menurut Kartono Mohamad pendidikan seksual yang baik mempunyai tujuan membina keluarga dan menjadi orang tua yang bertanggungjawab (dalam Diskusi Panel Islam Dan Pendidikan Seks Bagi Remaja, 1991). Beberapa ahli mengatakan pendidikan seksual yang baik harus dilengkapi dengan pendidikan etika, pendidikan tentang hubungan antar sesama manusia baik dalam hubungan keluarga maupun di dalam masyarakat. Juga dikatakan bahwa tujuan dari pendidikan seksual adalah bukan untuk menimbulkan rasa ingin tahu dan ingin mencoba hubungan seksual antara remaja, tetapi ingin menyiapkan agar remaja tahu tentang seksualitas dan akibat-akibatnya bila dilakukan tanpa mematuhi aturan hukum, agama dan adat istiadat serta kesiapan mental dan material seseorang. Selain itu pendidikan seksual juga bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan mendidik anak agar berperilaku yang baik dalam hal seksual, sesuai dengan norma agama, sosial dan kesusilaan (Tirto Husodo, Seksualitet dalam mengenal dunia remaja, 1987).</div><div style="text-align: justify;">Penjabaran tujuan pendidikan seksual dengan lebih lengkap sebagai berikut :</div><ul style="text-align: justify;"><li>Memberikan pengertian yang memadai mengenai perubahan fisik, mental dan proses kematangan emosional yang berkaitan dengan masalah seksual pada remaja.</li><li>Mengurangi ketakutan dan kecemasan sehubungan dengan perkembangan dan penyesuaian seksual (peran, tuntutan dan tanggungjawab)</li><li>Membentuk sikap dan memberikan pengertian terhadap seks dalam semua manifestasi yang bervariasi</li><li>Memberikan pengertian bahwa hubungan antara manusia dapat membawa kepuasan pada kedua individu dan kehidupan keluarga.</li><li>Memberikan pengertian mengenai kebutuhan nilai moral yang esensial untuk memberikan dasar yang rasional dalam membuat keputusan berhubungan dengan perilaku seksual.</li><li>Memberikan pengetahuan tentang kesalahan dan penyimpangan seksual agar individu dapat menjaga diri dan melawan eksploitasi yang dapat mengganggu kesehatan fisik dan mentalnya.</li><li>Untuk mengurangi prostitusi, ketakutan terhadap seksual yang tidak rasional dan eksplorasi seks yang berlebihan.</li><li>Memberikan pengertian dan kondisi yang dapat membuat individu melakukan aktivitas seksual secara efektif dan kreatif dalam berbagai peran, misalnya sebagai istri atau suami, orang tua, anggota masyarakat.</li></ul><div style="text-align: justify;">Jadi tujuan pendidikan seksual adalah untuk membentuk suatu sikap emosional yang sehat terhadap masalah seksual dan membimbing anak dan remaja ke arah hidup dewasa yang sehat dan bertanggung jawab terhadap kehidupan seksualnya. Hal ini dimaksudkan agar mereka tidak menganggap seks itu suatu yang menjijikan dan kotor. Tetapi lebih sebagai bawaan manusia, yang merupakan anugrah Tuhan dan berfungsi penting untuk kelanggengan kehidupan manusia, dan supaya anak-anak itu bisa belajar menghargai kemampuan seksualnya dan hanya menyalurkan dorongan tersebut untuk tujuan tertentu (yang baik) dan pada waktu yang tertentu saja.</div><h3><b>Beberapa Kiat</b></h3><div style="text-align: justify;">Para ahli berpendapat bahwa pendidik yang terbaik adalah orang tua dari anak itu sendiri. Pendidikan yang diberikan termasuk dalam pendidikan seksual. Dalam membicarakan masalah seksual adalah yang sifatnya sangat pribadi dan membutuhkan suasana yang akrab, terbuka dari hati ke hati antara orang tua dan anak. Hal ini akan lebih mudah diciptakan antara ibu dengan anak perempuannya atau bapak dengan anak laki-lakinya, sekalipun tidak ditutup kemungkinan dapat terwujud bila dilakukan antara ibu dengan anak laki-lakinya atau bapak dengan anak perempuannya. Kemudian usahakan jangan sampai muncul keluhan seperti tidak tahu harus mulai dari mana, kekakuan, kebingungan dan kehabisan bahan pembicaraan.</div><div style="text-align: justify;">Dalam memberikan pendidikan seks pada anak jangan ditunggu sampai anak bertanya mengenai seks. Sebaiknya pendidikan seks diberikan dengan terencana, sesuai dengan keadaan dan kebutuhan anak. Sebaiknya pada saat anak menjelang remaja dimana proses kematangan baik fisik, maupun mentalnya mulai timbul dan berkembang kearah kedewasaan.</div><div style="text-align: justify;">Beberapa hal penting dalam memberikan pendidikan seksual, seperti yang diuraikan oleh Singgih D. Gunarsa (1995) berikut ini, mungkin patut anda perhatikan:</div><ul style="text-align: justify;"><li>Cara menyampaikannya harus wajar dan sederhana, jangan terlihat ragu-ragu atau malu.</li><li>Isi uraian yang disampaikan harus obyektif, namun jangan menerangkan yang tidak-tidak, seolah-olah bertujuan agar anak tidak akan bertanya lagi, boleh mempergunakan contoh atau simbol seperti misalnya : proses pembuahan pada tumbuh-tumbuhan, sejauh diperhatikan bahwa uraiannya tetap rasional.</li><li>Dangkal atau mendalamnya isi uraiannya harus disesuaikan dengan kebutuhan dan dengan tahap perkembangan anak. Terhadap anak umur 9 atau 10 tahun t belum perlu menerangkan secara lengkap mengenai perilaku atau tindakan dalam hubungan kelamin, karena perkembangan dari seluruh aspek kepribadiannya memang belum mencapai tahap kematangan untuk dapat menyerap uraian yang mendalam mengenai masalah tersebut.</li><li>Pendidikan seksual harus diberikan secara pribadi, karena luas sempitnya pengetahuan dengan cepat lambatnya tahap-tahap perkembangan tidak sama buat setiap anak. Dengan pendekatan pribadi maka cara dan isi uraian dapat disesuaikan dengan keadaan khusus anak.</li><li>Pada akhirnya perlu diperhatikan bahwa usahakan melaksanakan pendidikan seksual perlu diulang-ulang (repetitif) selain itu juga perlu untuk mengetahui seberapa jauh sesuatu pengertian baru dapat diserap oleh anak, juga perlu untuk mengingatkan dan memperkuat <i>(reinforcement)</i> apa yang telah diketahui agar benar-benar menjadi bagian dari pengetahuannya.</li></ul><div style="text-align: justify;">Saya yakin pasti masih ada cara-cara lain yang dapat anda gunakan dalam mendidik anak remaja anda. Akhir kata saya berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi remaja, orang tua dan pendidik dalam membentuk remaja menjadi generasi penerus bangsa yang memiliki kualitas kehidupan yang lebih tinggi dalam menghadapi tantangan yang lebih berat di masa yang akan datang.</div><b>Oleh: </b><b><br />Zainun Mu’tadin, SPsi., MSi.</b><br /><b>http://belajarpsikologi.com/pendidikan-seksual-pada-remaja/</b>Kaka Dens Khttp://www.blogger.com/profile/00479097781151698027noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6814927078196024490.post-81790427564768327482010-11-23T16:42:00.000-08:002011-01-15T09:52:38.300-08:00n/a<a href="http://kakadens.blogspot.com/"></a><br /><center><span style="font-weight: bold;">Berikut adalah 10 tips cara balikan sama mantan pacar.</span><br />Bagaimana cara balikan sama mantan pacar? Balikan sama mantan pacar memang susah-susah gampang. Susahnya kalau pas dulu putus sama pacar kamu dengan cara-cara yang tidak baik. Pasti menimbulkan rasa sakit hati, patah hati. Entah itu lewat perselingkuhan, pertengkaran yang hebat dengan pacar, atau apalah namanya. Tapi, balikan sama mantan pacar bisa jadi lebih mudah sebab kita sudah mengenal target sebelumnya. Apa kebiasaannya, apa hobinya, apa yang dia suka dan yang tidak dia suka.<br /><br />Nah, buat kamu yang lagi CLBK alias 'cinta lama bau ketek'. Eh, cinta lama bersemi kembali ding..! Saya punya cara jitu untuk bisa balikan sama mantan pacar kamu. Tips balikan sama mantan pacar ini sudah saya praktekan sendiri dan terbukti ampuh. Penasaran, bagaimana cara balikan sama mantan pacar yang terbukti ampuh ini..? Cekidot..!<hr /><span style="font-size: 78%;"><br /></span><center> <span style="font-size: 78%;"><a href="http://infointermedia.com/">training center</a> | <a href="http://infointermedia.com/">pelatihan humas</a> | <a href="http://infointermedia.com/">pelatihan jurnalistik</a> | <a href="http://infointermedia.com/">workshop jurnalistik</a> | <a href="http://kakadens.blogspot.com/">psikologi</a> | <a href="http://kakadens.blogspot.com/">psikologi</a><a href="http://kakadens.blogspot.com/2011/01/mengenal-teori-psikologi-kepribadian.html/"> kepribadian</a> | <a href="http://kakadens.blogspot.com/">psikologi pendidikan</a> | <a href="http://kakadens.blogspot.com/">psikologi sosial</a> | <a href="http://kakadens.blogspot.com/">psikologi anak</a> | <a href="http://kakadens.blogspot.com/">psikologi umum</a></span></center></center>Kaka Dens Khttp://www.blogger.com/profile/00479097781151698027noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6814927078196024490.post-36949227552918249862010-09-15T06:26:00.000-07:002011-03-07T05:26:28.522-08:00Sifat Manusia Berdasarkan Inisial NamanyaSifat Manusia Berdasarkan Inisial Namanya<br /><br />Sifat manusia, karakter, watak dan kepribadian manusia bisa dilihat dari berbagai hal. Ada yang melihat sifat manusia dari warna yang disukainya, Sifat manusia berdasarkan golongan darah, sifat manusia berdasarkan Zodiak atau sifat manusia menurut zodiak, sifat manusia berdasarkan nama, sifat manusia berdasarkan tanggal lahir dan sebagainya. Tapi kali ini saya akan membahas sifat manusia berdasarkan Inisial Namanya, dari A sampai Z. Wow,keren..! Oke langsung saja, Ini akan memakan waktu yang sangant panjang.<br /><br />A<br />Kamu jauh dari romantis. Lebih tertarik pada tindakan, (sedikit bicara banyak bergerak)(apanya yang gerak-gerak?). Ada prinsip 'apa yang dilihat, itulah yang didapat'.(maksudnya apa ya?) Kamu pasti tidak sabar main mata atau pegangan tangan di gedung bioskop.(dag,dig,dug duarrrr) Maunya langsung tancap,(enak ajah main tencep). Maka tidak ada tempat bagi seseorang yang malu-malu kucing, manis, pura pura sopan atau muna.(wah jujur banget) Sudah bukan jamannya isyarat yang tak jelas.(emang orang bisu pake isyarat) Padahal, secara penampilan luar, tidak kelihatan lho, bahwa kamu itu penuh gairah dan seksi.. (jadi berasa seksehhhh)<br /><br />B<br />Duh, romantisnya. Bukankah kamu suka suasana makan malam yang indah? Kamu juga suka menerima hadiah-hadiah sebagai tanda cinta dari pasangan.(waah, romantis bener) Kamu ingin dimanja dan tahu bagaimana memanjakan dia.(tuch baru hebat) Kamu sangat pribadi dalam menunjukkan rasa cinta dan khususnya saat bercinta.(pake trik rahasia dunk) Kamu akan menahan semuanya sampai segala sesuatu sesuai.(kalo ga' tahan lepasin ajah) Kamu mampu mengontrol hasrat dan puasa dari seks bila harus.(kan belum waktunya cuy)Kamu membutuhkan sensasi dan pengalaman baru.(jiwa petualang) Kamu selalu ingin bereksperimen.(tapi jangan pacar kamu yang jadi kelinci percobaan)<br /><br />C<br />Kamu adalah pribadi yang sangat sosial.(cie,cie) Maka hubungan pribadi sangatlah penting. Kamu butuh kedekatan dan kebersamaan.(maonya) Kamu harus dapat bicara dengan pasangan sebelum, selama dan sesudah bercinta.(ngomong apa ke' yang asik) Kamu ingin objek kasih sayang haruslah bisa diterima secara sosial, untuk itu si dia harus ganteng atau cantik. Kamu melihat kekasih sebagai teman dan pendamping.<br />Kamu adalah orang yang sangat seksi dan sensual. Yang kamu butuhkan adalah seseorang yang menghargai dan hampir memuja kamu. Nah, ketika itu tak tercapai, kamu tega meninggalkannya dalam waktu lama tanpa aktivitas mesra/seks sama sekali. Kamu adalah seorang ahli dalam mengontrol keinginan.(wah rumit banget, jadi binun mao koment)<br /><br />D<br />Semangat kamu besar sekali dalam mengejar sesuatu yang diinginkan.(mank harus gitu kan)Kenapa? Seperti tak ada kata menyerah.(kalo masih bisa coba kenapa ngga) Tapi kamu sangat suka ngomong dan peduli pada masalah orang lain.<br />Di luar itu, kamu sangat seksi, bergairah, setia dan penuh semangat dalam membina hubungan meski kadang posesif dan pencemburu. Seks, bagi kamu adalah hal yang menyenangkan dan harus dinikmati. Kamu terdorong oleh hal hal eksentrik dan tak biasa, bebas dan terbuka. Untuk yang terakhir ini waspadalah.<br /><br />E<br />Ternyata, kebutuhan terbesar kamu adalah bicara. Jika teman kencan bukan pendengar yang baik, hubungan bisa buruk. Maka carilah pacar yang menarik secara intelektual. Jika tidak, kamu tak akan tertarik secara seksual padanya. Sehari-hari, kamu benci ketidakharmonisan, tapi menikmati perdebatan. Aneh ya? Kamu juga suka main mata, dengan kilah: tantangan itu lebih penting dibanding tindakan seksual. Boleh dipercaya kok, kamu sangat setia begitu sudah menjatuhkan hati. Tapi kesetiaan itu tak cukup berarti bagi kekasih kamu jika ia bukan orang pintar. Karena kamu bisa tertidur dengan buku di pelukan. Kok, ini ciri ciri gue yah..?<br /><br />F<br />Jangan terlalu idealis-lah. Kamu juga sangat memuja lawan-jenis. Yang kamu cari adalah pasangan hidup terbaik. Nggak gampang lho. Karena kamu merasa sangat setia pada pasangan? Atau karena kamu merasa sensual, seksi? Di depan banyak orang, kamu suka pamer, lho. Suka kemewahan dan kecantikan dibalik sifat romantis yang kamu miliki. Sehingga adegan cinta dramatis adalah fantasi favorit kamu di masa silam. Tapi, sebagai kekasih, kamu sangat baik hati kok.<br /><br />G<br />Kamu orang yang sangat pemilih. Sukanya pada kesempurnaan diri, dan apalagi kekasih. Kamu hanya menanggapi orang-orang yang status serta intelektualitasnya lebih. Di tempat tidur, kamu tahu bagaimana meraih puncak stimulasi erotis karena kamu mengerjakannya dengan amat cermat.<br />kamu bisa menjadi seseorang yang amat aktif secara seksual ketika menemukan waktu yang tepat. Tugas-tugas dan tanggung jawab, mengatasi hal-hal lain. Kamu mungkin sulit dekat secara emosi dengan seorang kekasih, tetapi tidak kesulitan dekat secara seksual.<br /><br />H<br />kamu mencari pasangan yang dapat menaikkan reputasi dan mendapatkan keterampilan. Kamu sangat baik terhadap kekasih sekali waktu menjalani \ komitmen. Hadiah-hadiah kamu sebenarnya merupakan investasi bagi pasangan. Sebelum menjalani komitmen, kamu cenderung berhemat dan berhati-hati terhadap pengeluaran dan kebiasaan berkencan serta sama hati hatinya dengan keterlibatan secara seksual. Kamu adalah kekasih yang sensual dan sabar.<br /><br />I<br />Kamu memiliki kebutuhan besar untuk dicintai, dihargai, bahkan dipuja.<br />Kamu menikmati kemewahan, sensualitas dan kenikmatan ragawi. Kamu mencari kekasih yang tahu apa yang dikerjakan. Kamu tidak tertarik orang orang amatir kecuali mereka yang membutuhkan tutor. Kamu cerewet dan menghabiskan banyak tenaga untuk menjadikan terpenuhinya keinginan.<br />Kamu butuh eksperimen dan mencoba mode baru untuk kegiatan seks. Kamu mudah bosan sehingga membutuhkan petualangan dan perubahan seksual. Kamu lebih sensual daripada seksual tetapi kadang menurun menjadi terlalu bernafsu, hihihi…<br /><br />J<br />Kamu sangat romantis dan terkait dengan kemewahan cinta. Memiliki pasangan adalah hal yang sangat penting bagi kamu. Kamu bebas dalam menyatakan cinta dan ingin mengambil kesempatan, mencoba pengalaman seks dan pasangan baru, membuat semuanya terasa enak. Otak memicu kamu. Kamu harus merasa bahwa pasangan mendorong secara intelektual. Bila tidak, kamu akan kesulitan menjaga hubungan dengannya.<br />Kamu membutuhkan cinta, butuh disayang, butuh suasana yang mewah, pokoknya dihargai.<br /><br />K<br />Tak ada kata lain, kecuali: kamu benar-benar luar biasa mengagumkan ….<br /><br />L<br />kamu sangat romantis, idealis kadang percaya bahwa mencintai itu artinya berkorban. Kamu mengakhiri hubungan atau berhenti menarik hati orang yang punya masalah tak biasa. Kamu melihat diri sendiri sebagai penyelamat kekasih. Kamu tulus, penuh kasih, penuh nafsu dan mimpi. Kamu mudah jatuh cinta. Kamu sering berfantasi dan terdorong oleh film dan majalah. Kamu tidak mengatakan rahasia hidup kepada orang lain, apalagi fantasi seksual kamu.<br /><br />M<br />Emosional dan bersemangat. Ketika terlibat dalam sebuah hubungan, kamu melempar seluruh diri kamu di dalamnya. Tak ada yang bisa menghentikan. Tak satu palang pun mampu menghalang. Kamu habis-habisan, dan mengidamkan seseorang yang sama: penuh kasih dan bersemangat. Kamu percaya pada kebebasan seksual total. Kamu ingin mencoba semua. Pasokan energi seksual kamu seolah tak pernah mati. Kamu juga senang bertindak seperti 'ibu' bagi pasangan.<br /><br />N<br />Kamu mungkin terlihat tidak berdosa, tidak terduga dan pemalu, tapi kita tahu bahwa penampilan dapat menipu. Ketika berbicara mengenai cinta, kamu bukanlah pemula. Dengan mudah kamu mendapatkan ide untuk bercinta. Tapi maaf, Anda payah di tempat tidur!<br /><br />O<br />Kamu sangat tertarik kegiatan seksual tapi sangat tertutup dan malu mengakui hasrat itu. Kamu bisa mengarahkan banyak energi seksual untuk menghasilkan uang dan atau mencari kekuasaan. Kamu dengan mudah dapat memperpanjang periode lajang kamu. Kamu penuh kasih, penuh gairah, pecinta seks, dan menuntut hal yang sama dari pasangan. Seks adalah hal yang serius sehingga kamu meminta keragaman intensitas dan ingin mencoba semua. Kadang, gairah kamu berubah menjadi posesif yang harus terus dicek.<br /><br />P<br />Kamu sangat sadar akan norma sosial. Kamu tak akan berpikir untuk melakukan sesuatu yang membahayakan citra atau reputasi. Penampilan itu penting. Kamu membutuhkan pasangan yang kelihatan tampan atau cantik, tapi juga pandai. Anehnya, kamu memandang pasangan sebagai musuh untuk mendorong getaran seks. Kamu relatif bebas dari gangguan seksual. Kamu mau bereksperimen dan mencoba cara baru. Kamu sangat sosial dan sensual. Kamu menikmati main mata dan membutuhkan cukup banyak penghargaan dari segi fisik.<br /><br />Q<br />Kamu butuh aktivitas dan dorongan konstan. Kamu punya banyak sekali energi fisik. Tak mudah bagi seorang pasangan untuk tetap bersama kamu, baik secara seksual maupun hal lain. Kamu adalah kekasih yang antusias dan cenderung tertarik pada orang dari kelompok etnis lain. Kamu butuh romantisme, jantung hati dan bunga serta perbincangan untuk menaikkan gairah dan berlanjut ke kegiatan seks.<br /><br />R<br />Kamu orang yang sangat logis dan berorientasi pada tindakan. Kamu butuh seseorang yang dapat mengikuti langkah, dan secara intelektual menyamai, syukur lebih cerdas. Kamu menjadi bergairah karena dorongan pikiran dibanding badan yang indah. Tapi, ketertarikan fisik juga amat penting bagi kamu. Maka, si dia harus orang yang bisa dibanggakan. Secara pribadi, kamu sangat seksi, dan beranggapan seks itu penting, sehingga sisi negatifnya kamu dapat menjadi pasangan yang sangat menuntut.<br /><br />S<br />Kamu sangat tertutup, suka menahan diri dan malu. Padahal kamu cukup sensual dan bergairah. Hanya dalam keintiman pribadi kamu membiarkan alam membuka rahasia kamu. Ketika seks menjadi hal fundamental, kamu adalah seorang ahli. Kamu tahu semua trik kecil, dan sanggup bersandiwara atau bermain-main dan membuat kehidupan cinta menjadi sangat serius. Kamu punya kesabaran untuk menunggu orang yang tepat.<br /><br />T<br />Kamu sangat sensitif, pribadi, dan pasif secara seksual. Kamu menyukai pasangan yang mengambil pimpinan. Musik, lampu temaram, dan pikiran romantis menaikkan gairah kamu. Kamu berfantasi tetapi tidak mudah jatuh cinta. Ketika sedang kasmaran, kamu romantis, idealis, menggelegak, dan amat bersemangat. Kamu menikmati saat pikiran dan perasaan terdorong, terangsang dan tergoda. Kamu adalah orang yang mahir dalam bermain mata. Kamu mampu membuat hubungan seperti mimpi.<br /><br />U<br />Kamu antusias dan idealis ketika sedang jatuh cinta. Kamu jatuh pada orang-orang yang memuja. Kamu melihat roman sebagai tantangan. Kamu adalah seorang penjelajah dan butuh petualangan, kehebohan dan kebebasan.<br />Kamu hanya berurusan dengan hubungan yang potensial. Kamu merasa nikmat memberi hadiah dan melihat pasangan terlihat cantik atau tampan.<br />Dorongan seks kamu kuat dan bernafsu untuk langsung dikagumi. Kamu ingin menempatkan kesenangan pasangan diatas keinginan diri sendiri.<br /><br />V<br />Kamu itu individualis dan butuh kebebasan. Kamu menunggu sampai kenal seseorang dengan baik sebelum berkomitmen. Mengenal seseorang, berarti menjiwainya. Kamu merasa butuh mengerti isi kepalanya untuk mengerti apa yang mambuatnya bergerak. Kamu tertarik pada orang-orang eksentrik.<br />Seringkali, ada perbedaan usia antara kamu dan pasangan. Kamu menikmati bahaya, gairah dan ketegangan. Adegan gay membuat kamu bergairah meski kamu bukan gay.<br /><br />W<br />Kamu sangat bangga, tekun dan menolak tantangan jika mengejar cinta. Ego kamu dipertaruhkan. Kamu romantis, idealis dan sering jatuh cinta dengan cinta itu sendiri dan tidak melihat pasangan sebagai dirinya sendiri.<br />kamu merasa benar-benar melemparkan seluruh diri kamu ke dalam hubungan. Tak ada yang terlalu baik untuk pasangan. Kamu menikmati percumbuan.<br /><br />X<br />kamu butuh stimulasi konstan karena mudah bosan. Kamu dapat berpacaran dengan lebih dari satu orang dengan mudah. Kamu tak dapat mematikan pikiran. Kamu terus bicara selagi bercinta. Kamu punya hubungan cinta yang hebat, semuanya oleh diri sendiri dan di dalam kepala.<br /><br />Y<br />Kamu seksi, sensual dan sangat mandiri. Bila tak mendapatkannya dengan cara kamu sendiri, kamu menghentikan segala sesuatunya. Kamu ingin mengontrol hubungan yang tidak selalu berjalan baik. Kamu merespon dorongan fisik, menikmati sentuhan di leher dan menghabiskan berjam-jam hanya untuk menyentuh, merasakan dan mengeksplorasi. Namun jika kamu menghabiskan waktu untuk mencari uang, kamu akan menghentikan kesenangan ragawi ini sementara waktu.<br />Kamu merasa perlu membuktikan pada diri sendiri dan pasangan, betapa hebatnya kamu sebagai seorang kekasih. Kamu ingin umpan balik soal kinerja. Kamu teman tidur yang terbuka, mendorong dan romantis.<br /><br />Z<br />Bagi kamu, bisnis harus didahulukan dibanding seks. Jika kamu diganggu urusan karir, bisnis atau urusan uang, kamu akan susah untuk rileks dan mendapat mood untuk bercinta. Kamu idealis, romantis terhadap tanggung-jawab dan merasa harus sangat sensual. Kamu tak pernah kehilangan kontrol terhadap emosi. Kamu sangat hati-hati sebelum memberikan hati dan tubuh untuk urusan satu ini. Sekali kamu berkomitmen, kamu akan lekat seperti lem<br /><br />Wuih, panjang banget yah..? Nah,itulah sifat, karakter, watak dan kepribadian manusi dilihat dari Inisial namanya.Kaka Dens Khttp://www.blogger.com/profile/00479097781151698027noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6814927078196024490.post-92051009415180805952010-09-15T06:24:00.000-07:002011-03-07T05:26:28.542-08:007 Cowok yang Mudah Dapat PacarSeperti janji saya kemarin, kali ini saya akan membahas tentang tipe-tipe cowok yang mudah dapat pacar. Kalau kamu nggak termasuk ke dalam 10 tipe cowok yang susah dapat pacar kemarin, mungkin kamu termasuk ke dalam 7 tipe cowok yang mudah dapat pacar ini. Nah lho, penasaran kan seperti apa sih cowok cowok yang gampang dapat cewek?<br /><br />Berdasarkan penelitian yang saya lakukan, ada 7 tipe cowok yang gampang dapat cewek. Eh, dapat pacar maksudnya..! Hmm, ternyata cowok yang mudah dapat pacar lebih sedikit dibanding cowok yang susah dapat pacar.<br /><br /><br />1. Cowok ganteng<br />Secara fisik, cowok ganteng ini memang selalu menarik buat cewek. Sama halnya seperti ketika cowok melihat cewek cantik atau cewek seksi. Harus diakui, bahwa yang pertama kali dinilai saat bertemu seseorang adalah tampilan fisiknya. Pertanyaannya, kamu termasuk cowok ganteng bukan yah?<br /><br />2. Cowok kaya<br />Nah, lho... Kemunculan cowok kaya dalam jajaran elite tipe cowok yang mudah dapat pacar tidak begitu mengherankan. Ini membuktikan bahwa masih banyak cewwek matre di dunia ini. Tapi apa pun alasannya, saya ucapkan selamat kepada cowok kaya<br /><br />3. Cool and Percaya diri<br />Tenang dan penuh kepercayaan diri. Cool, itulah kata kuncinya. Bukan rahasia lagi bahwa cowok cool sangat disukai cewek. Sosoknya yang tenang membuat banyak cewek terpikat dan merasa nyaman saat berada di dekat cowok-cowok semacam ini. Indikasi bahwa dia memiliki sisi kedewasaan seorang pria. Dan kepercayaan dirinya yang tinggi, adalah pesona tersendiri.<br /><br />4. Cowok-cowok indo dan oriental<br />Bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, cowok-cowok berwajah indo masih menjadi sosok yang sangat menarik. Begitu juga dengan cowok-cowok berwajah oriental. Secara, cewek-cewek sekarang lagi demam film korea. Setelah dulu ada meteor garden, sekarang muncul BBF. Ini menjadikan cowok-cowok oriental laku keras dipasaran. Jiah, laku keras.., jualaaaan kaleeee..!!!!!<br /><br />5. Cowok-cowok humoris<br />Tipe-tipe cowok humoris seperti ini selalu bisa membuat cewek merasa senang dengan selera humornya. Dia punya sense of humor yang tinggi. Cowok cowok humoris ini juga biasanya memiliki kepercayaan diri yang tinggi.<br /><br />6. Cowok yang cerdas<br />Pintar dan cerdas. Apalagi kalau pintar merayu cewek, pasti gampang banget tuh, buat dapet cewek. Pandai menempatkan diri, tahu bagaimana carta bersikap di depan cewek. Tahu bagaimana cara memperlakukan cewek. Wah, kok kaya ciri-ciri cowok playboy yah..?<br /><br />7. Cowok penantang bahaya<br />Ekstreem..! Mungkin itu kata yang lebih tepat untuk menggambarkan cowok seperti ini. Sekilas mereka nampak berbahaya, tapi justru itulah nilai jualnya. Poin plus++. Ingat sebuah pepatah, "Cewek bermain mata dengan cowok yang berbahaya. Tapi tidak membawanya pulang. Di rumah mereka punya cowok baik baik." Jiah, pepatah dari mana itu? ngarang banget sih..? Oke, secara psikologis, pikiran manusia itu paling mudah dipengaruhi oleh 3 hal, seks, makanan, dan bahaya. Nah, yang ketiga ini yang sedang kita bahas...<br /><br />8 Cowok anak band (update dari komentar di kaskus.com)<br />mantapp,,anak band biasanya dinilai punya aura atau karisma (bukan motor) yang dapat menarik simpati banyak orang,,juga cowok band itu punya banyak temen,,(gpapa cowo gw ancur,,yang penting temen temennya ganteng ) terus juga anak band itu kreatif dan berseni,,kebanyakan cewek lebih prefer ke anak band,,,contohnya cowok drummer,,ceweknya bakal seneng kalo bisa main bass,,cowoknya pianist,,,cewekknya jadi vokalist<br /><br />*ini mau pacaran apa bikin band??*<br /><br /><br />NB: Artikel ini dikopas dan dipublikasikan di kaskus.com (terima kasih)<br /><br /><br />Bagaimana? apakah kamu salah satu diantara 7 cowok yang mudah dapat pacar itu?<br /><br />saya pribadi nggak termasuk..!Kaka Dens Khttp://www.blogger.com/profile/00479097781151698027noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6814927078196024490.post-40391226507232262812010-09-15T06:15:00.000-07:002011-03-07T05:26:28.560-08:004 Tipe Cowok Setia Menurut ZodiakApakah kamu seorang cewek yang sedang mencari tipe cowok setia? Ada banyak cara dan metode yang bisa kamu gunakan untuk mencari cowok setia. Cara yang paling mudah adalah dengan menghubungi saya, sebab saya adalah salah satu dari tipe cowok setia yang langka itu, hehe. Tapi kalau kamu ngga berminat ngga masalah, masih ada cara lain untuk mencari cowok setia. Yaitu dengan melihat zodiaknya. Yups, ada 4 tipe cowok setia menurut zodiak. cekidot..!<br /><br />1. Cowok Scorpio<br />Berada di bawah naungan planet terjauh, cowok Scorpio ini menjelma menjadi salah satu cowok yang paling setia. Cool dan misterius, tapi susah untuk jatuh cinta. Karena itulah, cowok-cowok Scorpio ini tidak akan menyia-nyiakan cewek yang sudah ada di hatinya. Ketika dia sudah mencintai seseorang, maka sulit baginya untuk jatuh cinta lagi. Pantaslah cowok Scorpio ini mendapat julukan sebagai cowok paling setia.<br /><br />Hehe Gwa Bgt ya?<br /><br />2. Cowok Taurus<br />Memiliki elemen bumi di dalam dirinya yang berarti kekuatan dalam hubungan. Tipe cowok seperti ini akan mati-matian mempertahankan hubungan yang sudah ia jalani. Tidak mudah tergoda oleh wanita lain. Kamu adalah satu-satunya cewek yang ada di hatinya. Kalau suatu saat kamu menemukan cowok Taurus ini berselingkuh, maka itu adalah caranya yang paling radikal untuk menunjukkan bahwa dia sudah tidak bisa mempertahankan hubungannya lagi.<br /><br />3. Cowok Virgo<br />Jujur, berfikir positif dan rela berkorban. Itulah sifat dasar yang dimiliki oleh cowok-cowok virgo. Selalu punya cara untuk memperkokoh hubungan. Salah satu sifatnya yang rela berkorban untuk orang-orang dicintainya membuat si cowok virgo ini menjelma menjadi sosok cowok yang setia. Kalau kamu cewek yang sedang mencari cowok setia, kayaknya cowok-cowok virgo harus ada dalam daftar buruan kamu deh..! Jiah.., pemburu cowoknih yeee...!!!<br /><br />4. Cowok Capricorn<br />Bergairah dan memiliki motivasi tinggi dalam berhubungan, itulah sosok cowok capricorn. Selama kamu masih bisa membuatnya bergairah, dia akan tetap ada dalam pelukan kamu. Karena pada dasarnya, mereka adalah tipe cowok-cowok setia.<br /><br />Nah, selamat berburu cowok setia.Kaka Dens Khttp://www.blogger.com/profile/00479097781151698027noreply@blogger.com0